Jumat, 28 November 2008

Pendapat Tentang Lastri

Satu lagi. Buah karya anak bangsa ini digugat.
Film berjudul “Lastri”.
Ada yang menarik disini. Terus terang aja baru kemarin gw mendengar berita ini di tv. Dan hari ini gw semakin tahu tentang apa yang sebenarnya dipermasalahkan.
Olala. Ormas Islam lagi toh.
Film garapan Eros Djarot ini merupakan adaptasi dari buku yang dikarang oleh Ita F. Nadia yang berjudul Suara Perempuan Tragedi ‘65. Jelas bahwa latar belakang yang diambil adalah situasi pada tahun 1965/ 1966 yaitu pemberontakan PKI.
Lastri merupakan seorang tokoh GERWANI (Organisasi wanita zaman PKI), yang mana menjadi korban perkosaan pascaperistiwa 30 September 1965. Dan Eros Djarot menuturkan bahwa yang diangkat dari film ini bukan tentang komunisme, tetapi justru ke dalam percintaan dan nilai kemanusiaan universal-nya. Dan tidak ada niatan sama sekali untuk menggelorakan semangat Orde Baru. Bahkan, dengan jelas beliau menyatakan bahwa dirinya adalah seorang penentang keras komunisme.
Syuting yang berlokasi di Solo, menjadi awal permasalahan. Ormas Islam Solo dan kepolisian setempat mempermasalahkan film ini karena dianggap film ini memiliki nilai historis dan akan membuka luka lama anggota keluarga korban PKI.
Ironisnya, seniman Solo justru menuntut pihak kepolisian yang dianggap membatasi karya seni di Indonesia.
Namun, semangat Eros Djarot tampaknya tidak akan surut dari berbagai kecaman tersebut. Karena beliau tetap melakukan syuting yang untuk saat ini masih dirahasiakan lokasinya.
Film ini sendiri diperankan oleh Marcella Zalianti (sekaligus bertindak sebagai produser), Dwi Sasono, Slamet Rahardjo, Tio Pakusadewo, Iga Mawarni, Artika Sari Devi, dan Lukman Sardi. Huh, pemain hebat yang digarap oleh sutradara hebat.
Kalo menurut gw pribadi sih. Gw menjadi pihak pro untuk Eros Djarot dan kontra terhadap ormas Islam (ya iyalah). Gw memang seorang muslim, dan bukan sebatas muslim KTP. Tapi gw memposisikan diri gw sebagai seorang manusia yang berpikiran objektif.
Kenapa sih, orang-orang terlalu bersikap negative thinking?? Atau bahasa kasarnya, pada sotoy-sotoy banget sih??
Gini ya, film ini kan belum jadi. Belum ada publik yang menonton dan mengetahui keseluruhan jalan ceritanya secara pasti. Tapi kenapa ormas-ormas tersebut dengan yakinnya langsung menggugat film tersebut?? SOK TAHU! Hhhhhhhh…. (ambil nafas panjang deh gw).
Apa salahnya sih, ngambil setting tahun 1965? Kita semua sering mendengar gembar-gembor dari para petinggi dan penguasa bahwa negara kita ini adalah negara demokrasi. Tapi kenyataannya apa? Lebih tepatnya adalah negara democrazy (seperti nama salah satu acara televisi).
Masak hal seperti itu saja dilarang?? Kapan kita akan maju kalau otak kita terus dirasuki oleh prasangka-prasangka buruk??
Semangat buat Eros Djarot. Karyamu akan selalu kami tunggu.

Cuma Impian

Tulang bergeming bergerincing

Angin ingin beringin

Kering taring anjing

Kantin asin makin


Semua berlomba

Mencari, bermimpi

Tapi kuingin

Meski benak ini nan syahdu

Berteriak menjerit-jerit

Menahan-nahan tangis

Melolong-lolong kedinginan


Lihat apa yang terjadi

Semua dan semua itu

Hanyalah abu

Yang bertiup semakin keras

Yang terasah semakin tajam

Yang berlari semakin kencang


Apa ini ?

Semua orang bertanya. keheranan

Cuma aku atau bahkan kamu

Yang tahu

Walau gurauan ini tak ada berarti

Tapi ini semua segar

Murni dari akal sehat

Dan sentuhan jemari yang mencari-cari

Menyelimuti mimpi




d. Nariswari

07 September 2008


Puisi ini dibuat ketika terjadi penyesalan yang teramat dalam. Penuh keharuan. Penuh tangisan. Penuh kemarahan.

Karena impian yang telah dicapai tak dapat digapai.

Karena itu.

Sabtu, 22 November 2008

Tergila-gila “Malaikat Juga Tahu”

Gw lagi suka banget sama lagunya Dewi Lestari yang judulnya “Malaikat Juga Tahu”. Sangat tergila-gila. Apalagi didukung dengan model video klipnya yang menurut gw ajipp abis: Lukman Sardi.
Duh, Mbak Dewi, keren banget sih! Novel oke, lagu oke. Sukses selalu deh, Mbak!
Buat lw-lw yang pengen ikutan nyanyi-nyanyi pas denger ini lagu, nih gw lampirin lirik lagunya. Makasih buat Tia yang udah nyantumin lirik ini di Notes Facebook-nya. Buat yang belum pernah denger, duh norak banget sih lw. Cepet nonton Dahsyat atau Inbox deh, video klip-nya masih suka diputer kok. Apa?? Gak ada waktu buat nonton tv kata lw?? Bawel banget sih..


Malaikat Juga Tahu
(Dewi Lestari)

Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu, bahagiaku pasti
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati

Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu
Ada cinta yang nyata

Setiap hadir di setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski sering kali kau malah asyik sendiri

Karena kau tak lihat
Terkadang malaikat
Tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan
Namun kasih ini
Silahkan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya

Hampamu tak 'kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan
Untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi, siap untuk diuji
Ku percaya diri
Cintaku lah yang sejati

Namun tak kau lihat
Terkadang malaikat
Tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan
Namun kasih ini
Silahkan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya

Kau selalu meminta
Terus ku temani
Dan kau selalu bercanda
Andai wajahku diganti
Biarkan ku pergi
Karena tak sanggup sendiri

Namun tak kau lihat
Terkadang malaikat
Tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan
Namun kasih ini
Silahkan kau adu
Malaikat juga tahu aku 'kan jadi juaranya

Oke Okke's Blog

Gw baru baca blog-nya Okke ‘Sepatumerah’ yang menurut gw dahsyat abis. Ya wajar aja sih, dia udah nge-blog sekitar delapan tahunan. Kalo dibandingin sama gw? Ya elah, baru juga dalam hitungan berapa bulan gw aktif nge-blog.

Itu baru satu blog yang gw baca. Belum blog dari blogger-blogger lainnya.

Sering sih, gw baca blog-nya Raditya Dika. Tapi, harus gw akuin, Raditya Dika masih kalah sama MbakOkke. Mbak Okke keren banget! Jadi nge-fans.. ^_^ V

Gw sekarang ini lagi nikmatin novel solo perdananya Mbak Okke yang judulnya “Indonesian Idle”. Oh, tentu iya dong, gw pinjem novel itu dari Mbak Nura -mbak kos gw. Hehe.. maaf ya Mbak Okke, saya emang seorang tukang pinjem!

Novel-nya Mbak Okke ini gak kalah oke sama blog-nya. Bener kata Ninit Yunita yang ngasih komentar: “Okke memang pencerita yang handal.”


Gw pernah baca di salah satu novel yang gw punya, kata penulisnya begini: Kalau ingin jadi penulis, maka orang itu harus memiliki kehidupan yang menarik.

Gw setuju banget tuh. Karena kalo gw sendiri nih, kebanyakan dapet inspirasi dari apa yang pernah gw alamin. Tapi gw punya penyakit sulit untuk menyelesaikan satu tulisan. Menggebu di awal, melemah di akhir. Makanya gw lagi banyak-banyak belajar dari kesalahan dan kemalasan gw.

Tapi, dari kata pengantarnya Mbak Okke di “Indonesian Idle”, ia mengaku bahwa ia juga sulit untuk menyelesaikan apa yang telah ia mulai. Hmm.. berarti gak gw aja yang kayak gitu. Hei, lw yang lagi baca postingan gw ini, ada gak yang kayak gw juga?

Well, balik lagi ke yang sebelumnya gw omongin tentang “kehidupan yang menarik”. Dari blog-nya Mbak Okke, gw baca salah satu postingan tentang dia menjadi sukarelawan di Timor. Dia menceritakan tentang pengalamannya itu, bahkan dia sebetulnya tidak secara gamblang mengisahkan semua pengalamannya. Hanya saja, dia menceritakan alasan-alasan di balik mengapa dia tidak mau bercerita terlalu banyak mengenai pengalamannya itu. Salut!

Sedangkan gw? Jujur aja sekarang gw sedang mengalami ‘kemunduran’ pengalaman hidup. Apalagi setelah hidup dengan penuh keterpaksaan di kota Malang ini. Sekarang aja gw jadi mahasiswa KUPU-KUPU (KUliah PUlang-KUliah PUlang) dan mencoba untuk ‘memperbaiki’ hidup gw sendiri yang sempat terpuruk karena suatu kejadian di pertengahan tahun ini.

Dan kenapa gw gak aktif berorganisasi seperti zaman gw sekolah dulu? Jawabannya simple: Gw gak cocok sama orang-orangnya.

Tadinya gw berpikir, dasar emang gw-nya aja kali ya, yang gak bisa bergaul. Tapi sikap seolah-menyalahkan-diri-sendiri gw ini tiba-tiba mendapat pencerahan dari salah satu tulisannya Mbak Okke di “Indonesian Idle”. Berikut kutipannya:

“… Belum tentu orang yang nggak bisa membaur dengan satu kelompok itu salah atau kuper. Nggak ada yang salah sama orang tersebut, juga nggak ada yang salah sama kelompok baru-nya─emang pada dasarnya nggak cocok aja. Kalo sampe maksa untuk masuk, pasti bakal ada yang terlalu banyak mengorbankan diri untuk berubah. Kalo nggak cocok, ya udah… nggak usah maksa dan nggak usah ganggu.”

Fuhhh.. top abis kalimat Mbak Okke diatas.

Jadi, emang bukan keslahan gw untuk tidak bisa bergabung dengan orang-orang disini. Karena harus gw akuin, pemikiran gw masih idealis sekali. Yang mana gw berusaha untuk selalu bersikap penuh tanggung jawab dan tidak munafik.


Mungkin jejak langkah yang baru gw tapaki ini masih belum bisa mengejar Mbak Okke. Walau saat ini bisa dibilang gw adalah seorang yang minim dengan pengalaman hidup, namun gw mempunyai satu impian untuk mengejar ketertinggalan itu, dan gw harus bisa untuk berada di depannya. Amin..


Ohya, buat yang penasaran sama blognya Mbak Okke, klik aja:

http://blog.sepatumerah.net

Jumat, 14 November 2008

Monopoly Syndrome

Kosan gw lagi kena sindrom akut nih.

Sindrom maen monopoli!!

Haha.. gak semuanya sih yang kena sindrom ini, lebih tepatnya cuma gw, Mbak Sovi, sama Mbak Nita. Iya, kita bertiga doang!! Dasar anak-anak yang laen chicken ahh.. maen ginian aja gak berani!

Udah dua malem ini kita begadang ngabisin malem buat maen monopoli. Taukah kamu, kita tidur jam berapa? Jam 02.00!! Secara awal maennya emang jam 21.00, biasalah.. gw sama Mbak Nita nonton Heroes dulu.. (My really fave tv series)

Jadi awalnya begini. KR 35 punya monopoli atas usulan seorang wanita yang sudah bosan menjalani hidupnya di Malang ini. Untuk menaikkan semangat hidupnya, dia membujuk temannya, Nope, agar berkenan untuk patungan membeli monopoli. Lalu, siapakah wanita itu? Ya siapa lagi kalo bukan gw sendiri!

Waktu jalan-jalan ke Matahari PasBes, kita liat-liat maenan. Ada monopoli, halma, de el el deh. Tapi harganya itu loh bok.. belasan sampe puluhan ribu semua! Ah, kalo begini caranya, kita harus ngurangin jatah makan siang tiga hari nih..

Tapi, gw gak putus asa. Berhubung Nope sebentar lagi pulang ke Madiun, jadilah gw nitip dia supaya beli di deket rumahnya aja. Habis, kalo di Malang sini kita gak tau dimana ada toko yang jual monopoli murah(an). Hehe..

Hari berganti hari, Nope akhirnya kembali lagi ke Malang. Gw sambut dia dengan ceria (tampang penuh harap).

Gw: “Bawa apa Pe? Mana oleh-olehnya?” –basa basi banget deh gw-

Nope: “Nggak, nggak bawa apa-apa. Cuma titipan buat Ibuk.”

Gw: “Oh..”

Nope: “Tapi aku bawa titipanmu.”

Gw: “Yee.. asiikkk.. Eh, berapa harganya?”

Nope: “ Sembilan ribu.”

Gw: “Oh, bagus-bagus..” -Gw tersenyum kemenangan-

Setelah itu gw sama Nope liat-liat maenan baru yang dia bawa. Wih, keren Cing! Satu lembar karton itu ada lima maenan yang berbeda! Ada monopoli (pastinya), halma, ludo, catur, dan ular tangga. Puas deh tuh.. tinggal pilih aja mau maen apa. Tapi malem itu gak ada yang maenin. Gw ajak sana sini gak ada yang mau maenan sama gw. Nope Cuma mau jadi bank. Yang laen pada sibuk sama urusannya masing-masing. Yah, masak gw maen sendiri?? Giling apa gw??

Keesokan malemnya, Mbak Sovi teriak-teriak ngajakin gw maen. Gw sih mau banget, tapi setelah nonton Heroes dong.

Jam 21.00 permaenan di mulai. Pesertanya cuma gw sama Mbak Sovi. Nope jadi bank. Gak papa lah, berdua doang, daripada gak maen sama sekali. Berhubung cuma berdua, permainan berjalan tanpa tantangan. Walau pada akhirnya gw ngutang sama Mbak Sovi 5000 dollar!

Mbak Nita naek ke ruang tv, tempat kita maen monopoli. Mbak Nita mau bergabung ikut maen. Eh, si Nope malah lengser. Jadinya kita maen bertiga tanpa banker. Awalnya permaenan smooth-smooth aja. Sempet mati lampu sesaat di kosan, tapi gak menyurutkan niat kita untuk terus maen monopoli. Uang hasil pajak yang ada di tengah papan udah bertumpuk banyak banget jumlahnya. Siapa yang dapet bebas parkir, berhak mengambil uang yang ada di tengah papan. Semua pemain pastilah ngincer uang yang banyak itu. Kita bikin janji, kalo uang itu belum cair, permainan kita gak akan berhenti. Sampe jam 4 subuh pun kita jabanin deh! Eh, sekitar sejam berikutnya, Mbak Nita dapetin angka dadu 6.

1, deg deg.. 2, 3, deg deg.. 4, 5, deg deg.. 6, BEBAS PARKIR!!

Hwa.. gw langsung tepar ke karpet, disusul Mbak Sovi. Jam satu malem kita teriak-teriak kayak orang depresi berat. Penantian dan harapan kita selama ini dengan mudahnya didapetin oleh Mbak Nita!! Hwaaaa.. Harga diri gw dan Mbak Sovi hancur berkeping-keping.

Permainan pun dilanjutkan, walau tanpa semangat lagi. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Mbak Nita makin kaya, gw sama Mbak Sovi makin miskin. Akhirnya gw sama Mbak Sovi berkoalisi. Tapi tetep aja pailit. Soalnya Mbak Nita punya dua rumah di kompleks Afrika, kompleks termahal. Angka dadu gw kedapetan berhenti disitu. Gw gak sanggup bayar cash, yang ada gw jadinya utang. Melihat sikon yang gak mungkin dilanjutin lagi, kita berhenti jam dua malem.

Besok malemnya, kita maen lagi. Di permaenan pertama, Mbak Sovi dapetin bebas parkir. Gw langsung lari ke tangga, mau bunuh diri. Lebih baik gw mati daripada harga diri gw jatuh lagi. Pokoknya kali itu Mbak Sovi berjaya banget. Gw lagi-lagi utang banyak banget sama dia. Mbak Nita yang digantiin Mbak Ve –gara-gara Mbak Nita dapet telepon- juga ikutan melarat.

Permaenan kedua, gw yang dapet bebas parkir! Yes.. tapi kebahagiaan itu gak berlangsung lama. Dalam hitungan gak sampe sejam, gw udah bangkrut lagi. Gimana nggak, Mbak sovi sama Mbak Nita gila-gilaan bangun rumah disana sini. Satu kompleks dua sampe tiga rumah. Sedangkan jarang banget ada pemain yang berhenti di tanah punya gw. Sampe akhirnya gw berhenti di Afrika punya Mbak Sovi yang ada tiga rumahnya. Gw bisa bayar tapi alhasil uang gw cuma tersisa 30 dollar. Dan sialnya lagi, gw berhenti di tanah Mbak Nita yang ada tiga rumahnya lagi. Sudahlah. Gw mau berbuat apapun juga gak ada yang bisa nambahin uang gw. Gw undur diri dari dunia monopoli. Karena saat itu Mbak Sovi lagi berjaya dan dia masih bertahan pengen maen, gw disuruh ngasihin semua investasi gw ke Mbak Nita. Gw didaulat jadi banker dan megangin duit Mbak Nita. Menit demi menit berlalu, Mbak Nita melesat jauh ke depan dengan uang yang jumlahny besar. Mbak Sovi semakin mundur, hampir semua kompleks dihipotikkin buat bayar ke Mbak Nita. Karena gak sanggup lagi, permainan pun usai. Mbak Nita menang dengan uang 30.000 dollar lebih!

Jadilah gw menganugerahi Mbak Nita sebagai juara bertahan. Dan gw, sebagai si kalah bertahan.

19.30 - 1 comment

Afgan Oh Afgan

Udah lama banget gw pengen nonton live performance-nya si ganteng Afgan. Tapi kalo dia show-show di Jakarta gitu, gak mungkin lah gw dateng. Secara gak ada yang nganterin. Cinta dipucuk ulam pun tiba, pas lagi libur semester dua kemaren, finally, gw bisa liat dia juga!! Uhuii..
Pas hari Senin pertama gw di Bekasi, seperti biasalah, kalo di rumah kerjaannya paling cuma tidur-makan-nonton tv (nikmatnya dunia). Pagi itu gw nonton Inbox di SCTV yang lagi diadain di Bekasi Cyber Park (BCP). Bintang tamunya ada tiga, gw lupa, pokoknya salah satunya ada Tangga. Pengen juga sih liat Tangga, tapi males ah, nonton di tv aja. Waktu itu keadaan di BCP masih lengang-lengang aja, gak ada tanda-tanda keramaian yang begitu berarti. Pas acara udah mau berakhir, Ramon Y. Tungka sama Ciko Jerico –hostnya- nyebutin bintang tamu besoknya siapa-siapa aja yang akan tampil. Ternyata oh ternyata, bintang tamunya itu: Afgan, D’Masiv, dan Baron Soulmate.
Apa?? Iya, AFGAN!!
Alhamdulillah, akhirnya doa gw terjawab juga. Gw langsung sibuk sms sana-sini, ngajakin orang yang mau diajakin nonton. Bingung juga sih, mau ngajak siapa. Secara pagi-pagi, kan gak enak juga ngajak anak orang pergi pagi-pagi buta. Acaranya dimulai jam 7.30, berarti mesti stand by disana jam 7-an, itu aja menurut gw pasti udah banyak orang. Gw sms Novay, gak dibales. Sms ke Rinai dibales, tapi dia-nya gak bisa gara-gara dia harus ke rumah neneknya yang ulang tahun. Huhu.. ya sudahlah, gw berangkat sendiri aja. Gw cerita ke bonyok, kalo gw mau berangkat pagi-pagi supaya dapet tempat paling depan.
Alhasil, besoknya gw bangun jam 6.30. Karena hati gw bimbang dan ragu harus ke BCP sendirian. Emang sih, jarak rumah gw ke BCP gak begitu jauh, justru lebih jauh jarak dari rumah gw ke SMA. Tapi, namanya juga udah lama nggak pergi sendirian di Bekasi, jadinya gw agak jiper aja.
Habis mandi, siap-siap. Jam 7.20-an gw nyalain SCTV. Di layar tv udah terlihat muka gantengnya Afgan aja. BCP udah dibanjiri oleh orang-orang yang mau nonton.What?? Jam segini udah dimulai aja acaranya?? Nyokap bokap malah nyindir gw gara-gara gw mengingkari janji gw sendiri yang katanya mau datang pagi-pagi. Langsung lah gw tancap naik Koasi 05. Sepanjang perjalanan gw berdoa supaya Afgan jangan tampil dulu sebelum gw sampe sana. Duh, mana angkotnya nge-tem pula! Abang supirnya gak tau apa ya, kalo gw ngebet ketemu Afgan.
Sampe gerbang BCP, gw ngedenger:
Takkan terulang lagi semua.. kesalahanku/ Yang pernah menyakitimu..
OMG.. Afgan udah nyanyi bait-bait terakhir Terima Kasih Cinta! Huhu.. ya sudah, gak papa.. gw gak mau putus asa. Tenang Cit, masih satu lagu kok.
Gw pun menerobos ke antara kerumunan warga Bekasi yang antusias sekali ngeliat Afgan. Mereka terdiri atas tua muda, cewek cowok, dan mayoritas anak sekolah yang jumlahnya gak kehitung. Gw heran, ini anak-anak sekolah gak takut ketahuan gurunya apa ya?? Kali aja gurunya saat itu lagi nyetel SCTV di ruang guru.. Malah, gw sempet mergokin adek kelas gw di SMA yang harusnya sekarang kelas XII, lagi pake baju bebas sambil ribet megang HP, pengen dapetin fotonya Afgan. Duh.. duh..
Gw celingak celinguk cari tempat pewe. Udah gak mungkin banget gw dapet tempat paling depan deket barikade. Ya udah, gw masuk ke BCP. Di dalemnya pun buanyak banget orang berdiri menghadap ke luar. Gw melangkah ke depan kaca “teras” BCP yang deket sama tempat host dan bintang tamu Inbox duduk. Lebih tepatnya sih, belakang drum. Biarin lah gak dapet tempat paling depan di luar, tapi gw dapet tempat paling depan dari dalem BCP.
Saat itu, Afgan style-nya biasa banget. Kayak orang mau maen. Pake T-shirt, hoodie, skinny jeans, dan sneakers. Gw udah lupa semua warnanya, kalo ga salah hoodie-nya warna abu-abu, sepatunya warna putih.
Walau gw cuma bisa liat host dan bintang tamu Inbox dari samping, untungnya ada big screen yang terbentang di seberang sana. Jadi gw masih bisa ngeliat muka mereka (Hoho, ini mah sama aja kayak nonton tv di rumah!).
Afgan nyanyi dua lagu lagi, Biru dan Sadis. Dengan diselingi penampilan D’Masiv (yang gitarisnya kribo manis itu) dan Baron Soulmate tentunya. Tapi, yang gw gak suka, Inbox kan maenannya Lipsync. Jadi gw gak bisa tau suara Afgan aslinya kayak gimana. Mana gw mupeng banget ngeliat orang-orang yang diluar bisa salaman sama Afgan. Gw dari balik kaca cuma bisa ngiler, hehe.. Tapi dia sempet ngelambaiin tangannya ke arah “akuarium” –kaca- kok.. Pastinya dengan diiringi teriakan histeris dari kita-kita.
Well, Sadis jadi lagu terakhir yang Afgan nyanyiin saat itu. Habis itu dia pulang, berjalan dengan pengamanan ketat dari bodyguard, ke arah McD situ. Namun Inbox terus berjalan sampe penampilan terakhir ditutup oleh D’Masiv.
Gw pun pulang. Kurang puas. Pengen nonton Afgan lagi. Nonton yang Afgan-nya bener-bener jelas, dapet tempat paling depan, dan dengerin suara aslinya.
Hhhh.. kapan ya, bisa kesampean??
Bisa dong! Bukan Citta namanya kalo gak bisa dapetin sesuatu yang diinginkan. Iya, akhirnya mimpi gw itu bisa terwujud lagi. Nonton Afgan di Malang. Mau tau gimana ceritanya?? Sabar.. nanti gw bikin judul baru lagi. Karena lumayan panjang cerita di balik semua itu.
Citta cinta Afgan deh pokoknya.

Selasa, 11 November 2008

Stupid Farmer.. Duh.. Duh..!!

Sabtu ini tadi, gw bareng anak-anak yang ngambil mata kuliah Kesuburan Tanah, fieldtrip ke Hutan Konservasi Cangar dan kebun apel di Pujon. Gw ini masuk ke kelompok ABCDE, yang kelompok FGHIJ dan KLMNO beda-beda lagi tujuannya. Kebetulan aja gw, Tita, Devi kedapetan satu kelompok. Tapi dewi fortuna gak berpihak pada Usna yang masuk ke kelompok F, jadinya dia pergi fieldtrip ke tujuan yang berbeda sama kita bertiga –huhu.. sabar ya Na, udah ada Aziz kan yang jagain ?? :p- .

Udah disuruh ngumpul jam 6 pagi, dasar ngaret dan koordinasi yang kurang bagus (menurut gw), alih-alih berangkat jam 7.30, sinting!! Untung aja dapet snack, jadi ga makin dongkol aja tuh gw.

Kita berangkat naek angkot warna ungu pastel, so cute! Sama kayak fieldtrip tahun kemaren ke Coban Rondo, gw sama Tita duduk paling depan. Ini emang udah rencana, abisnya kalo perjalanan ke daerah atas kayak gitu kan jalanannya berkelok-kelok, kalo duduk di belakang bisa mabok deh gw. Gw duduk samping mas supir yang sedang bekerja. Tita duduk deket jendela.

Supir angkotnya masih agak muda, jadi gw manggilnya “Mas”. Ada temen gw yang duduk di belakang manggil si Mas Supir dengan sebutan “Pak”. Eeh.. si Mas Supir ga terima, “Aku belum bapak-bapak,” gitu katanya. Haha.. gokil banget si..

Ditengah-tengah perjalanan ke Cangar, gw ditanya-tanyain sama si Mas Supir. Berikuy percakapan gw dengan Mas Supir (MS):

MS: “Semester berapa?”

Gw: “Semester tiga.”

MS: “Pertanian ya Mbak?”

Gw: “Iya.”

MS: “Saya ini juga anak pertanian lho, Mbak. Bapak Ibu saya petani.”

-Duh mas, bilang aja anak petani, bukan anak pertanian. Artinya beda lho, Mas.-

Gw: “Oh ya, dimana Mas?”

MS: “Di Batu sana.”

Gw: “Nanem apa aja, Mas?”

MS: “Macem-macem, Mbak. Ada seledri, kubis, apel.”

Obrolan kita gak terhenti sampe situ. Tita juga sesekali menimpali. Si Mas Supir cerita-cerita tentang kubis di ladang Pakde-nya yang kemaren habis di ekspor ke Taiwan. Wah, oke juga tuh. Tapi, gw mulai berasa bego waktu ditanyain begini:

MS: “Mbak-Mbak, saya mau nanya.”

-Jleg, jangan nanya yang aneh-aneh ya..-

MS: “Kenapa ya Mbak, sekarang ini pemerintah nganjurin pertanian organik?”

-Eng ing eng. Betul kan, nanya yang aneh-aneh. Ketahuan deh gw begonya-

Gw: “Engh..ngh..”

–gw ngelirik ke Tita. Tita ngejawab dengan suara yang gak yakin-

Gw: “Organik kan bebas pestisida..”

????!!!!!!

Jlepp. Obrolan mengenai petanian organik akhirnya tersingkirkan. Iya. Maksud gw tuh, kalo bebas pestisida kan jadinya sayur dan buah terbebas dari bahan kimia dan membuat itu semua segar. Makanya, mungkin pemerintah sekarang menganjurkan itu. Tadinya mau gw jawab panjang lebar gitu, tapi gw malu. Karena temen-temen yang duduk di belakang bisa aja dengerin argumen gw, dan berpikiran bego-banget-sih-lw-Cit. Tapi gw kira, ada juga yang berpikiran bego-banget-sih-lw-Cit setelah mendengar jawaban gw yang sepotong itu tanpa penjelasan apapun. Hih, mana si Tita diem aja, ga ngebantuin!

Gak lama si Mas Supir nanya lagi.

MS: “Mbak, masuk pertanian alasannya apa?”

Gw: -nyengir kuda- “Hehe..hehe..”

MS: “Kenapa, Mbak? Jadi petani itu sulit.”

Gw: “Hehe.. kenapa ya? Nasib..”

MS: “ Hah? Maksud saya, temen-temen yang lain itu (temen-temen gw yang duduk di belakang-cZRed) masuk pertanian karena apa?”

Gw: “Hehe.. gak tau deh.”

Mendengar jawaban gw yang terdengar aneh bin ajaib itu, Mas Supir mengalihkan pembicaraan ke arah lain. Dia nanya-nanya nanti pas fieldtrip ngapain aja, apa yang diteliti, dan sebagainya. Itu sih masih bisa gw jawab dengan jawaban ala kadarnya. Sampai dia nanya sesuatu yang gw gak bisa tahu jawabannya lagi. Masak dia nanya, kalo dia mau neliti sample tanah ladang-nya ke Unibraw, kira-kira mahal apa enggak. Ya meneketehe. Dan lagi-lagi gak ada seorangpun yang bantuin gw jawab. Syake banget deh..

Yah, gitu lah. Tapi ada enaknya juga si Mas Supir bawel tanya sana sini. Sepanjang perjalanan, Alhamdulillah gw gak mabok! Walaupun sebetulnya gw ngantuk banget pengen tidur kayak temen-temen gw yang laen. Tapi gak mungkin, coz gw gak enak sama Mas Supirnya. Pas kita diem aja, dia bolak-balik nanya, “Kok diem?”. Alhasil gw terjaga sepanjang perjalanan.

Pas fieldtripnya, semua penjelasan yang dikasih mungkin sekitar 10%-nya aja yang gw serap. Sisanya kemana? Have fun! Have taken a lot of photos! Haha..

Dasar Citta, petani yang bodoh..

Which better, dirty inside clean outside or clean inside dirty outside ??

Kosan gw, Kertorejo 35, mencakup 20 manusia bergender wanita yang beragam baik dari segi fisik maupun sifat. Fisik okelah, ada yang cantik, ada yang biasa-biasa aja. Ada yang kulitnya item banget sampe ada yang putihnya kayak Donita. Kalo masalah fisik sih gak ngeganggu, guys.

Tapi kalo udah ngomongin masalah sifat, nah ini nih yang suka bikin jadi masalah. Ya iyalah, secara manusia emang dilahirkan dengan sifat yang berbeda-beda. Dan gw rasa Allah pasti membuat sifat manusia ada yang baik dan ada yang buruknya. Gak mungkinlah ada orang yang baek mulu tanpa ada jahat-jahatnya, gitupun sebaliknya. Moga-moga aja perkiraan gw ini ga salah, coz ada aja orang yang menanggapi kalo orang jahat ya jahat aja, gak ada baek-baeknya, apalagi kalo orang itu udah sebel banget sama si orang yang gak disukainya itu (ini sih gw banget, hehe..).

Well, di kosan gw bernaung ini, udah biasa lah ya gw dengerin temen-temen yang lagi cekakak-cekikik di lantai dua sambil nyalain tv bervolume besar pas gw lagi belajar ataupun lagi sakit. Gw rasa di setiap kosan mana aja pasti ada yang kayak gitu, apalagi kosan cewek. Yah namanya juga cewek. Tapi keadaan yang kayak gitu buat gw agak jadi masalah. Apalagi kayaknya ga ada yang bisa toleransi sama perasaan penghuni yang lain. Huh.. Gw cuma bisa geleng-geleng kepala atau ngambil nafas panjang kalo udah kayak gitu.

Nah, yang mau gw bahas dalem-dalem disini adalah tentang kebersihan! Tentu aja ada sangkut pautnya sama sifat seseorang. Kosan gw ini dimiliki oleh seorang ibu yang sangat memperhatikan kebersihan. Temen gw aja pernah kena semprot waktu dia kepergok masuk kosan gw tanpa lepas sepatu. Sampe sekarang, si Ibuk (panggilan ibu kos gw) agak sensi kalo ketemu sama temen gw itu. Terus, di depan kamar gw ini terdapat loker sepatu semua anak. Dan anak-anak kosan pada suka males kalo harus langsung masukin sepatunya ke dalem loker. Gw juga biasanya gitu, apalagi kalo basah langsung dimasukkin ke loker kan jadinya lembab. Makanya suka gw diemin dulu sehari-dua hari di luar. Jadilah di dalem kosan ini penuh sepatu berserakan. Pernah suatu hari, sandal-sepatu kita yang berserakan itu tiba-tiba raib. Semua pada bingung ilangnya kemana. Ternyata, dimasukkin karung sama si Kiki (pembantunya Ibuk)!

Hah.. Tapi agak spesial sama cerita yang satu ini.

Ada seorang mbak kos gw yang joroknya gak ketulungan. Sebut saja Mbak Jorok (tentu bukan nama yang sebenarnya). Semua anak kosan maupun Ibuk sebel sama kelakuan dia. Udah dikasih tau berulang kali tetep aja bebel. Mulai dari dirinya sendiri, kamarnya, sampe keluar kamarnya pun ikut dijorokin sama dia. Kata anak-anak yang udah pernah masuk kamarnya, banyak CD (celana dalem, ups!) berkeliaran disana-sini (ada juga yang dikeringin diatas monitor!). Trus, banyak buku bertumpuk diatas tempat tidurnya, sampe-sampe ga ada space buat manusia tidur diatasnya –gw juga bingung selama ini dia tidur diatas kasur atau enggak-. Malah, dalam sebuah percakapan antar gw dan Yani (temen kos), pernah seperti ini:

Gw: ”Ih, gw ga pernah loh, masuk kamarnya dia.”

Yani: “Jangan, Cit.. Jangan ! “

Gw: “Kenapa emang?”

Yani: “Gw aja lho, masuk kamarnya dia harus tahan nafas.”

Haduh, emang seburuk itu ya kamarnya dia? Makin penasaran aja gw pengen liat kamarnya dia.

Itu kalo di dalem kamar, laen lagi sama kelakuan dia diluar kamar. Di ruang tv misalnya. Kita suka pada ngumpul di ruang tv kalo lagi makan. Anak-anak langsung pada gak nafsu makan kalo dia tiba-tiba ikut nimbrung di tengah-tengah kita. Baik dari cara makan maupun bau yang bersumber dari arahnya (Astaghfirullah..). Belum lagi kalo dia nyampah sampe berhari-hari ga dibuang. Itu baru tentang makan, belum tentang nyuci. Sekalinya nyuci tuh seabrek-abrek, nyempitin jemuran, dan parahnya lagi dia suka lupa (atau emang males) ngambilan jemuran. Jadinya di tempat jemuran tuh isinya entah CD entah bajunya dia semua yang dari basah-sampe- kering-sampe-bau-lagi. Huuaahhh..

Lain halnya dengan seorang mbak yang kamarnya selantai sama gw. Dia udah angkatan tua, jadinya sering pulang balik kosan-rumahnya. Kalo ada dia di kosan, tempat cuci piring lantai satu baunya suka gak sedap gara-gara dia kalo naruh piring bekas makan sampe berhari-hari gak dicuci. Bahkan sampe dia kelupaan tuh piring ditinggal tanpa dicuci waktu dia pulang ke rumah. Mending kuah bekasnya dibuang dulu kek, ini mah enggak. Gw sebel banget. Padahal orangnya tuh cantik.. duh duh tapi kok gitu ya..

Kepala rumah tangga lantai satu gw juga gitu. Pernah suatu saat gw nemuin kain pel bergantungan di atas kran buat wudhu. Gimana mau suci kalo pas kita wudhu, kepala kita kena kain pel? Pas gw tanyain ke kepala RT gw, ternyata dia bilang itu punya dia. Malah gw ditawarin, kalo mau pakai, disuruh ambil aja. What?? Dikira gw mau pinjem kali ya.. padahal niat gw mau negur. Huh CePeDe!

Ehm.. kalo gw nih.. jujur aja ya. Gw orangnya males banget. Di rumah aja hampir gak pernah kerja. Tapi kalo di kosan, karena ga ada yang ngerjain, jadi sekarang harus ngerjain sendiri . Kamar gak disapu dua-tiga hari biasa dong (hehe..). Walaupun gw males, tapi gw ga jorok. Kalaupun harus jorok, menurut gw, cukup di dalem kamar aja. Jangan sampe dibawa-bawa ke luar. Misalnya nih, pastinya gw juga males kalo harus langsung nyuci sendok habis makan. Tapi gak gw telantarkan begitu aja di tempat cuci piring. Jadi, sendok-sendok yang belum kecuci, gw taruh diatas ember yang ada di dalem kamar gw. Jadinya sendok gw juga gak kecipratan air-air berkuman. Beres kan?

Ternyata prinsip jorok-di-kamar-sendiri ini juga disetujui oleh Mbak Lia. Karena menurut kita, jangan sampe kejorokan kita itu mengganggu penghuni lain. Tapi tentu ya, jangan sampe jorok-di-kamar-sendiri ini bikin kita atau orang yang masuk kamar kita jadi gak betah di kamar kita. Caranya? Ya jangan sampe menumpuk berhari-hari dan jaga kamar tetap wangi! Supaya tamu yang masuk ke kamar kita gak modar.

So, which do you choose, dirty inside clean outside or clean inside dirty outside ??