Kamis, 25 Maret 2010

Maha + Siswa

Dulu, waktu gw kecil, hampir setiap minggu gw berkunjung ke rumah saudara gw yang berada di Jakarta Timur. Memang, jarak usia antara gw dan sepupu-sepupu gw di sana terhitung jauh. Untuk anak Bude gw yang paling kecil, jarak usia kita sekitar empat tahun. Padahal Bude gw mempunyai anak sebanyak lima orang. Jadi, gw dengan anak tertuanya saja mungkin bisa berjarak lebih dari sepuluh tahun.

Oke. Kita tidak akan membahas terlalu jauh mengenai jarak usia. Saat itu gw masih duduk di Sekolah Dasar, sepupu gw yang merupakan anak Bude gw yang ke-empat, sudah berkuliah di salah satu perguruan tinggi swasta, jurusan Sastra Inggris. Pernah suatu kali saat gw bermain ke rumahnya, dia baru pulang dari kampus dengan menggunakan tas kecil serta memegang beberapa buku tebal di dalam genggamannya. Tak lama kemudian, dia berpamitan untuk pergi keluar bersama teman-temannya.

Dari situ gw berpikir, ternyata menjadi mahasiswa itu menyenangkan. Ke Kampus menggunakan tas kecil, terlihat keren karena menggenggam buku-buku tebal di tangan dan tetap modis karena memakai baju bebas (bukan seragam). Dan yang tak kalah penting, sehabis pulang kuliah bisa pergi bermain dan bersenang-senang karena waktunya lebih longgar! Yippieee.. Betapa nikmatnya menjadi mahasiswa di mata sebuah bocah berseragam putih-merah dan berambut kepang seperti gw pada saat itu.

Dan, bertahun-tahun kemudian, akhirnya si bocah kecil berseragam putih merah dan berambut kepang tersebut telah bertransformasi menjadi seorang perempuan semi-dewasa dan tidak berkepang lagi. Kini gw telah memasuki fase yang sama dengan sepupu gw pada saat itu. Gw telah berkuliah namun pandangan gw terhadap sosok mahasiswa pada saat gw kecil ternyata salah besar. Gw telah membuktikannya sendiri. Menjadi mahasiswa tidak senikmat dan sesantai yang gw bayangkan.

Di awal perkuliahan hingga sekarang, sangata jarang gw bisa berkuliah dengan menggunakan tas kecil. Justru gw lebih nyaman menggunakan tas yang berukuran sedang untuk menampung semua barang yang gw bawa ke kampus. Berpakaian pun tidak bisa sembarangan. Boleh menggunakan kaos namun harus berkerah. Dan jangan coba-coba mengenakannya saat ujian, karena kita harus menggunakan kemeja. Pernah gw mempunyai pengalaman diusir keluar kelas tidak boleh mengikuti ujian karena gw menggunakan kaos berkerah saat ujian tengah semester pertama kali. Maklum lah ya, kan waktu itu gw masih mahasiswa baru, jadi gw belum mengetahui aturan-aturan yang ada di kampus gw itu.

Saat awal-awal kuliah, gw masih bisa sering pergi hang out bersama teman-teman gw untuk sekedar nonton, makan enak, atau bermain. Tapi kini, ketika semester tua datang, gw hampir tidak pernah bisa jalan-jalan santai seperti dulu lagi. Gw dan beberapa teman-teman beranggapan, jika ada waktu yang senggang, lebih baik digunakan untuk tidur atau beristirahat. Kini (terpaksa) yang ada di pikiran gw hanya tugas, presentasi, dan kuis. Muak!

Jadi, anggapan gw terhadap sosok mahasiswa saat gw belum merasakannya hingga kini gw merasakan sendiri, sangat bertentangan. Ingin rasanya gw kembali ke zaman sekolah dulu. Di mana gw bisa bebas bertindak sesuka gw, mengatur waktu gw sendiri untuk belajar, organisasi, dan bermain tanpa kekangan namun gw tetap dapat bertanggung jawab. Tidak seperti sekarang, waktu untuk kuliah, tutorial, dan praktikum benar-benar merenggut kebebasan gw. Apalagi jika jauh dari orang tua seperti saat ini, rasanya seluruh tanggung jawab harus dipikul sendiri, mulai dari urusan kuliah, urusan rumah tangga, hingga urusan pribadi. Lelah dan tak seindah bayangan gw. Mungkin ini sebabnya mengapa dinamakan Maha + Siswa, karena kami dituntut untuk menjadi seseorang yang super. Bukan siswa biasa.

Hidup Maha + Siswa! -.-

Aku dan Sendiri

Aku tak suka berkoloni

Jadi biarkan aku sebatang diri

Jangan umpat dan memaki

Sebab aku inginkan sepi

Silahkan komentari saja dirimu sendiri

Jangan limpahi aku dengan argumentasi

Sehingga aku emosi

Aku tak ingin buang-buang energi

Pergi kau pergi!

Aku tak mau melihatmu di sini

Aku ingin bebas menyendiri

Tanpa kehadiran siapa-siapa lagi

Oleh : D. Nariswari

25 Maret 2010

Minggu, 21 Maret 2010

Aku Bukan Kamu

Jangan paksa aku untuk menjadikanku keinginanmu. Sebab aku bukan kamu.

Dan jangan memperlakukanku sebagaimana kamu memperlakukan dirimu. Karena aku adalah aku. Bukan kamu.

Jika aku terdengar seperti tidak mau menerima segala ucapan dan sikapmu. Maafkan aku. Karena sekali lagi, aku bukan kamu.

Seperti inilah aku. Yang selalu bergerak menurut kemauanku dan akan aku tepis jika tak sesuai dengan permohonanku.

Jangan paksa pikiranku untuk berpikiran secerdas kamu. Sebaik kamu. Seindah kamu.

Jangan kira aku mampu seperti yang kamu tahu. Karena aku sendiri tidak percaya pada kemampuanku.

Jika menurutmu aku tak seperti itu. Kamu terlalu salah mengartikanku. Pertanda kamu belum lama mengenal aku.

Beginilah adanya aku. Jika kamu tak mau menerimaku, silahkan berlalu. Karena aku bukan kamu.

Oleh : D. Nariswari

21 Maret 2010

Kamis, 11 Maret 2010

Pantaskah Aku Menangis Untuk Indonesia?

Air dari sudut mataku kembali mengalir
Seraya raga ini pun menahan getir

Lantas, harus seperti inikah sikapku
Terhadap semua carut marut yang dikandung negeri?

Kemudian aku berpikir,
Pantaskah aku melakukan ini?
Padahal mereka tidak peduli
Hanya sibuk memamerkan aksi
Beradu ego dan emosi
Tanpa khawatir terhadap kami

Seperti inikah takdir hidup kami?

Aku bersyukur Engkau telah memilihku
Menempatkanku pada bumi pertiwi
Di bawah Sang Saka Merah Putih
Yang berkibar tiada gentar

Namun, tenggorokanku tercekat
Melihat kepalsuan yang setiap saat dipertontonkan
Mendengar saudara-saudaraku menangis kelaparan
Sedangkan mereka meraup bermilyar-milyar
Tanpa takut dosa yang Kau janjikan

Dan air mataku kembali jatuh

Apa sepantasnya amarah ini aku tuangkan?
Sedangkan mereka menipu kami tiada bosan
Tepatkah aku merasa tersiksa
Atas semua kesengajaan yang mereka lakukan?


Oleh: D. Nariswari
4 Maret 2010