Sabtu, 24 April 2010

Model

Mau tahu model-model Indonesia yang gw sukai? Coba cek di bawah ini. Ada yang setuju sama gw? Langsung komen ya!

1. Sausan M. Machri


Gw lupa kapan pertama kali gw lihat dia. Tapi yang jelas dari pertama kali gw lihat si Sausan ini, gw langsung nge-fans habis-habisan sama dia. Malah mungkin dia model Indonesia pertama yang gw kagumi. Kenapa? Karena badannya keren banget! Atletis. Kulitnya pun nggak putih, wajahnya juga enak dilihat, selain itu setahu gw rambut dia dari dulu selalu pendek model cowok. Pembawaan dirinya juga menyenangkan. Suka banget lah gw sama dia. Keren!


2. Sigi Wimala

Ya, gw juga teramat mengagumi Sigi. Postur badannya menurut gw atletis. Entah kenapa gw selalu suka sama orang-orang atau model yang badannya atletis. Pertama kali gw lihat dia di majalah Gadis. Dia muncul di situ dengan pakaian anak punk. Dan gw langsung jatuh hati sama dia. Keren abis. Ketika dia muncul sebagai pemain film dan pemain FTV, gw justru sedikit terganggu dengan suaranya sebab gw kurang suka dengan suara orang yang kurang jernih, seperti ada dahak di tenggorokannya. Tapi hal tersebut tidak mengurangi kekaguman gw padanya.


3. Shareefa Daanish

Masih ingat MTV Ajang Ajeng? Ya, gw pertama kali lihat Daanish di acara tersebut. Kebetulan saat itu ditayangkan para kontestan sedang latihan di atas catwalk. Daanish selalu salah sehingga latihan dilakukan secara berulang-ulang hanya karena kesalahan yang dibuatnya. Terang saja teman-temannya kesal karena kesalahan selalu terjadi padanya dimana dia merupakan orang terakhir yang berjalan di catwalk. Gw nontonnya sampai ketawa-ketawa sendiri. Gw langsung perhatian sama dia karena saat itu dia malah cengengesan sewaktu melakukan kesalahan. Lucu banget. Dan yang bikin kagetnya lagi, dia malah menjadi salah satu pemenang di kontestan tersebut. Gokil pokoknya. Gw suka dengan kontur wajahnya yang unik sekali, jarang orang berwajah seperti dia. Bakat aktingnya pun juga gw suka, karena dia bisa bermain secara alami.


4. Fanny Fabriana

Awalnya, gw malah nggak tahu kalau dia ini model. Gw lihat dia di film Serigala Terakhir. Meski suaranya setipe dengan Sigi, tapi debut aktingnya disitu bagus kok. Hingga akhirnya ada salah seorang teman yang memberi tahu gw bahwa dia juga jebolan MTV Ajang Ajeng. Setelah itu gw sering melihat dia di infotainment dan muncul kekaguman gw padanya. Orangnya asik. Tak hanya itu saja, kemudian dia juga bermain dalam film Hari untuk Amanda lalu menjadi model iklan Viva Cosmetic. Akhir-akhir ini dia juga bermain dalam FTV. Kalau dilihat dari postur tubuh, badannya bagus meski tidak atletis seperti Sausan dan Sigi. Tapi kepribadiannya yang membuat gw suka sama dia.


5. D. Nariswari

Siapakah model di atas? Yang udah tahu, jangan ketawa! Just intermezzo! :D

Kamis, 22 April 2010

Mengapa Berkuliah di Fakultas Pertanian? (Bagian 2)


-->

Saat gw berangkat ke Malang untuk benar-benar memasuki semester pertama, gw diantar oleh kedua orang tua dan seorang tante gw. Di perjalanan, salah seorang teman baik gw mengirim SMS. Setelah beberapa kali berbalas SMS, pada salah satu SMS ia menyebutkan kurang lebih seperti ini: “Wah Cit, nanti lw jadi orang ndeso di sana (Malang). Hahaha.” Gw tidak membalas. Jujur, saat itu gw tersinggung dengan perkataannya namun setelah gw sadari, berarti dia tidak mengetahui seperti apa itu Malang, karena ke Malang pun dia belum pernah. Malang sama sekali bukan desa melainkan kota. Ya, kota Malang. Berarti teman gw itu sangatlah sok tahu dan gw malah kasihan kepadanya sebab wawasan teman gw itu ternyata kurang luas.
Kemudian, setelah beberapa lama gw berkuliah, gw dan teman gw (masih orang yang sama) menulis comment di Facebook. Dia menuliskan bahwa gw jangan terlalu sibuk untuk bertanam buah-buahan di Malang. Jauh setelah itu, pada kesempatan yang lain, kami chatting di Facebook dan dia berkata bahwa gw jangan terlalu sibuk berbisnis apel. Entah kenapa, mungkin karena gw tahu tipe teman gw itu seperti apa, dari semua komentar yang dia ungkapkan, gw merasa kesemuanya itu memiliki nada yang merendahkan, bahkan cenderung meledek.
Okay. Sekali lagi gw kasihan padanya.
Pada awalnya karena gw sendiri memang merasa kurang sreg dengan jurusan gw ini, maka gw mengikuti perkuliahan dengan setengah hati. Gw bersikap acuh tak acuh, apalagi jika mata kuliah sudah berkaitan dengan pertanian. Bahkan saat belajar mengenai mata kuliah sosial dan atau mata kuliah ekonomi, jika disangkutpautkan dengan pertanian, rasanya gw mau marah-marah sendiri. Karena gw ingin sekali belajar ilmu sosial dan ilmu ekonomi secara umum, tidak terspesifikasi pada bidang pertanian saja. Hal itu tentu tidak mungkin, karena jurusan gw adalah Sosial Ekonomi Pertanian sehingga semua ilmu yang gw dapatkan haruslah berkaitan dengan pertanian.
Namun itu semua tidak berarti gw tidak bangga karena gw berkuliah di sini. Gw tekankan bahwa gw bangga berkuliah di Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Karena apa? Jelas gw bangga karena Universitas Brawijaya merupakan salah satu universitas negeri di Indonesia. Kemudian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya merupakan salah satu fakultas yang menjadi unggulan dan terbaik di lingkungan Universitas Brawijaya sendiri. Dan tak kalah pentingnya, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya menduduki urutan kedua terbaik diantara seluruh Fakultas Pertanian di Indonesia setelah IPB.
Kebanggaan tersebut semakin lama semakin meningkatkan kepercayaan diri gw, bahwa Fakultas Pertanian bukanlah sebuah fakultas yang dapat dipandang sebelah mata. Dan hingga saat ini gw berkuliah di semester enam, sedikit demi sedikit gw telah memahami berbagai hal mengenai pertanian.
Berbicara mengenai manfaat pertanian, setelah gw “terlanjur” tenggelam di dalam bidang ini, akhirnya gw menyadari bahwa sektor pertanian adalah sektor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Masih ingat tiga kebutuhan primer? Di urutan pertama terdapat kebutuhan pangan. Kita semua tidak akan bisa hidup jika tidak mengonsumsi makanan. Kita tidak akan kuat menjalani aktivitas sehari-hari jika kita tidak makan. Kemudian, apakah ada makanan yang tidak bersumber pada sektor pertanian? Jika anda merasa tidak perlu atau tidak doyan makan nasi, sayur, dan buah lalu anda menggantinya dengan roti dan susu, apakah anda pikir roti tidak terbuat dari gandum atau tepung? Apakah susu dari sapi bukan merupakan sektor pertanian? Yang perlu anda ketahui bahwa pertanian secara luas mencakup peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan. Sehingga mau lari kemanapun juga, anda tidak akan bisa terlepas dari sektor pertanian. Sebab sektor pertanian menghidupi semua sektor dalam kehidupan.
Lalu, setelah mengetahui penjelasan singkat di atas, apakah anda masih punya nyali untuk meledek segala hal yang menyangkut pertanian? Tidak berterimakasihkah anda kepada petani-petani yang sudah mau menanam padi sehingga setiap hari anda bisa menemui nasi di piring anda, sedangkan petani merupakan kaum yang selalu tertindas dan tidak pernah bisa menjadi konglomerat? Apakah anda masih memiliki muka setebal tembok jika anda merendahkan seluruh civitas akademika Fakultas Pertanian yang berjuang dalam membangun sektor pertanian untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik (kehidupan anda juga)?
Apa lagi yang dapat anda lecehkan? Kami tidak sama lebih baiknya atau sama lebih buruknya dengan anda. Mari, hargai seluruh aspek kehidupan untuk mencapai sebuah kehidupan yang terbaik bagi kita semua.

***

Update 16 Mei 2015:
Dengan ini gue menyatakan bahwa gue tidak lagi membuka kesempatan bagi kamu yang ingin bertanya tentang Agribisnis melalui e-mail. Silakan baca artikel gue yang berjudul Tanya & Jawab (Frequently Asked Question/FAQ) Agribisnis (klik di sini) bagi kamu yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang Agribisnis. Terima kasih :)

Mengapa Berkuliah di Fakultas Pertanian? (Bagian 1)

Pertanian. Apa yang ada di benak anda? Bertani, petani, buah-buahan, sayur-sayuran, sawah, kerbau, kampung, atau apa?Lain lagi dengan yang ini. Apa yang terlintas di benak anda jika mendengar Fakultas Pertanian? Mungkin beberapa di antara anda ada yang tertarik dan ada pula yang melecehkan.
Ya, saat ini gw berkuliah di Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Gw sering sekali ditanya apa alasan gw mau berkuliah di sini. Hampir setiap orang-orang baru yang gw temui pasti menanyakan hal tersebut.Kalau sedikit kita mundur ke belakang, cita-cita gw sejak kecil adalah menjadi arsitek. Sampai kelas enam sekolah dasar, impian ini masih berkobar-kobar, namun saat gw di SMP, bisa dikatakan gw mulai tidak memperhatikan impian ini lagi. Paling-paling kata “arsitek” seringkali muncul ketika gw mengisi biodata di buku diary atau organizer teman-teman gw. Saat SMA, pikiran gw mulai terbuka, gw ingin jadi jurnalistik, desainer interior, hingga arsitektur lansekap (perencana wilayah dan kota). Gw masih ada keinginan untuk menjadi arsitek, namun gw sadar atas kemampuan diri gw yang tidak begitu kuat dalam hitung-hitungan (baik matematika maupun fisika, meski gw tertarik dengan pelajaran fisika) serta gw tidak mahir dalam menggambar perspektif saat pelajaran seni di kelas satu SMA, sehingga gw memutuskan untuk tidak jadi mengejar cita-cita yang satu itu.Saat kelas tiga SMA, dimana hampir setiap anak meributkan akan kuliah di mana, memilih jurusan apa, dan sebagainya, gw yang merasa belum yakin akan pilihan gw untuk memilih jurusan apa (meski jelas saat itu gw hanya menginginkan satu universitas negeri untuk menjadi kampus gw nantinya), menjadi tidak peduli sama sekali dengan tes-tes semacam ujian mandiri yang diselenggarakan oleh universitas-universitas negeri maupun swasta. Gw hanya fokus kepada SPMB, bahkan UAN pun gw tidak terlalu mempedulikan. Namun ketika mulai memasuki pertengahan semester terakhir di bangku SMA, muncullah secercah kekhawatiran. Akan kuliah di mana gw jika gw tidak diterima di universitas negeri yang satu-satunya gw inginkan itu? Tidak mungkin jika gw harus berkuliah di universitas swasta. Apalagi gw melihat nilai-nilai try out SPMB gw di bimbingan belajar Nurul Fikri untuk jurusan Sastra Indonesia masih belum pernah mencapai nilai kelulusan.Lalu, di sekolah ada pembukaan pendaftaran PMDK Universitas Brawijaya (di sini disebut dengan PSB-Penjaringan Siswa Berprestasi). Gw iseng-iseng ikut mendaftar. Alasan pertama, karena gw mulai khawatir itu tadi dan alasan berikutnya adalah Universitas Brawijaya terletak di Malang. Sebelumnya gw memang sudah pernah ke Malang dan jujur gw jatuh cinta terhadap suasana kota itu. Untuk jurusan yang dipilih, gw menjatuhkan pilihan pada Perencanaan Wilayah dan Kota. Gw sudah sempat menulis jurusan itu di blangko pendaftaran di ruang BP. Ternyata dua orang teman gw pun mengajukan jurusan yang sama. Kemudian kami diberitahu oleh guru bahwa lebih baik memilih jurusan yang lain agar terbuka peluangnya agar semua anak dapat diterima. Melihat syarat yang menyebutkan bahwa untuk fakultas-fakultas tertentu termasuk Fakultas Teknik di dalamnya, bahwa siswa yang mengajukan PSB harus memiliki nilai rata-rata matematika dan fisika sebesar tujuh. Sedangkan gw?? Nilai fisika gw hancur, terutama di kelas dua SMA (anak-anak Etniz pasti tahu tuh, guru fisikanya siapa), sehingga rata-rata gw tidak mencapai tujuh. Awalnya gw masih keras kepala untuk memilih jurusan tersebut, karena ada salah seorang teman gw yang juga memilih jurusan tersebut telah mengundurkan diri. Namun gw diarahkan oleh guru-guru gw yang baik hati untuk memilih jurusan yang lain agar gw bisa diterima di sana. Setelah diskusi bersama keluarga, akhirnya gw memutuskan untuk memilih jurusan Agronomi. Sederhana alasannya, karena gw tidak terlalu menyukai ilmu alam sedangkan untuk PSB harus dilihat berdasarkan jurusan di SMA-nya. Jika jurusan Ilmu Alam harus memilih jurusan-jurusan Ilmu Alam, begitu pula untuk jurusan Ilmu Sosial. Gw dan keluarga gw mengira Agronomi itu mengandung unsur ekonomi. Tetapi ketika gw berdiskusi dengan guru les gw, yang kebetulan lulusan Agribisnis IPB, dia mengingatkan bahwa justru yang mengandung ilmu ekonomi itu adalah jurusan Agribisnis, bukan Agronomi (Agronomi adalah budidaya tanaman pangan). Sehingga akhirnya gw memutuskan untuk mengambil jurusan Agribisnis.Ketika gw diterima, ekspresi gw ketika diberitahu guru BP gw adalah terharu, bingung, sedih, dan senang. Campur-campur. Kenapa sedih? Karena niat awal gw kan hanya iseng-iseng.. Kenapa harus diterima? Sedangkan gw masih ingin ikut SPMB. Padahal kalau sudah diterima, harus diambil, sebab jika tidak diambil maka jatah PSB untuk adik kelas kita bisa dikurangi. Jelas terjadi beban moral yang ada di diri gw karena gw sudah kenal baik dengan guru-guru BP di sekolah gw itu. Dan sialnya lagi, saat pendaftaran ulang PSB bertepatan dengan jadwal SPMB. Kebayang dong, gimana pusingnya gw dalam memutuskan dilema tersebut.
Gw akui gw memang pengecut, karena gw tidak berani mengambil resiko jika akhirnya gw gagal dalam SPMB. Di lain sisi gw juga adalah seseorang yang bertanggung jawab sebab pada akhirnya gw mengambil keputusan untuk mengambil hasil PSB gw.Kemudian pada suatu kesempatan berbincang dengan kakak gw, dia bertanya sama gw,
Kakak gw : “Dek, berarti fakultas-mu pertanian ya?”
Gw : “He? Iya ya?”
Kakak gw : “Iya. Agribisnis kan? Agribisnis kan pertanian!”
Gw : “Oh, iya ya?”Dang. Gw sempat kaget ketika gw mengetahui bahwa Fakultas gw adalah Fakultas Pertanian. Sebab apa? Sebab pelajaran ilmu alam yang paling tidak gw sukai adalah Biologi. Pertanian kan berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan berarti gw akan masuk kedalam fakultas yang ada hubungannya dengan biologi. Entah kenapa gw baru ngeh dan baru diberi tahu kalau Agribisnis itu Fakultas Pertanian setelah gw memutuskan untuk berkuliah di sana. Selain itu, selintas gw berpikir “Fakultas Pertanian? Gak keren banget?”. Kalau mau dipikir-pikir lagi, kalau ada IPB yang lebih dekat dengan rumah gw, kenapa gw gak kuliah di sana aja? Alasan gw adalah karena IPB = Institut Pertanian, sedangkan gw tidak tertarik sama sekali dengan pertanian.
Gw pun beberapa kali sempat dilecehkan oleh orang-orang di sekeliling gw yang tidak mengetahui seperti apa itu Fakultas Pertanian. Namun pada akhirnya setelah gw menyelam sejauh ini di Fakultas Pertanian, gw berani bertaruh bahwa orang-orang yang melecehkan tersebut adalah salah besar dan sok tahu. Ingin tahu kenapa gw berani bertaruh?
Baca posting berikutnya! (Lanjut ke Bagian Dua dan Tanya & Jawab (Frequently Asked Question/FAQ) Agribisnis)

*** 
Update 16 Mei 2015:
Tanpa mengurangi rasa sayang kepada pembaca yang ingin mengetahui tentang Agribisnis, dengan ini gue menyatakan bahwa gue tidak lagi membuka kesempatan untuk bertanya tentang Agribisnis melalui e-mail. Bagi yang masih penasaran dengan Agribisnis, silakan baca artikel gue yang (klik di sini), ya!

Minggu, 18 April 2010

Sepucuk Surat Kepada Hujan

Sabtu, 17 April 2010

Kepada
Hujan
di-
Langit.

Selamat sore, Hujan.
Hujan, kau telah menyakiti aku. Entah sejak kapan kau telah melukai hatiku namun yang paling terasa adalah kehadiranmu dua hari ini. Karena kehadiranmu sangat tidak aku inginkan. Sehingga perasaanku tergores tak karuan.
Hujan, mengapa kau tak permisi dulu padaku? Aku bisa memilihkan hari lain jikalau kau mau. Tapi tidak untuk hari ini dan kemarin. Tidak sederas ini pula kau bermain. Tidak selama ini pun kau mengalir. Serta merta kau ajak teman-temanmu seperti petir turut menghiasi langit di hari ini dan kemarin. Aku benar-benar kecewa denganmu.
Hatiku langsung berkecamuk ketika kau datang. Antara iya aku ingin lanjutkan perjalanan ini atau tidak untuk tetap berada di sini. Semakin lama aliran airmu semakin menusuk hatiku yang sedang beradu pendapat di dalamnya. Ketika aku memutuskan untuk pergi, seakan kau menghambatku, kau menurunkan pasukanmu seribu kali lipat banyaknya sehingga kata “tidak” terus meraung di telingaku. Aku marah. Aku gelisah. Sesaat kemudian kau memberikanku harapan. Kau tarik kembali serdadumu satu persatu ke atas langit. Aku kembali tersenyum seraya berdoa agar kau tidak memberikanku harapan palsu. Secepat kilat aku menyambar semua keperluanku. Namun tidak ku sangka secepat itu kau mempermainkanku. Kau meledekku dengan butiran-butiran air yang semakin lama semakin berciuman dengan tanah yang sudah terlanjur basah.
Sudah, aku lelah. Aku turuti saja kemauanmu untuk terus mengaliri kekosongan ini. Kosong untuk dirimu, tidak untuk diriku. Aku kira sudah cukup aku menyatakan bahwa aku membencimu, meski aku malu-malu. Dan kini, aku kira amarah ini pantas aku curahkan kepadamu. Aku tidak mau kalah denganmu.
Salam.

Aku yang membencimu,
D. Nariswari

Sabtu, 10 April 2010