Jumat, 24 Desember 2010

AW SM*SH AW!


Akhir-akhir ini gue sering banget baca timeline di Twitter, mereka mengolok-olok sebuah boyband baru di Indonesia yang ternyata mengikuti gaya boyband dari Korea (sejenis Super Junior dan Shine – gue sebenarnya nggak begitu ngerti dengan boyband Korea ini, secara gue nggak suka juga sama drama Korea). Gue penasaran, sebenarnya boyband baru apa sih yang mereka cemooh.

Lalu di suatu siang, gue membuka sebuah tautan yang dirujuk oleh @aMrazing. Ternyata tautan tersebut mengantarkan gue untuk menjawab kepenasaran gue. Yak, sebuah videoklip boyband bernama SM*SH dengan judul lagu “I Heart You”. Gue nonton videoklipnya dan alhasil gue ngakak nggak berhenti-henti sepanjang video itu diputar. Sampai besok-besoknya kalau gue keingat video itu, gue nyengar-nyengir sendiri. Kocak abis. Kok ada ya, orang yang mau bergabung di band ini? Jelas-jelas bakal habis dijadikan bulan-bulanan.

Beberapa hari kemudian, adik kos gue, Shinta, masuk kamar gue bawa flashdisk. “Mbak, kamu harus ngopy ini pokoknya!” Gue pun mengopy dua file tersebut. Waktu gue buka.. Ternyata file pertama merupakan videoklip SM*SH yang gue tonton waktu itu dan file kedua adalah plesetan videoklip SM*SH yang dibuat oleh anak-anak UNJ. Semakin ngakak aja gue nonton videoklip plesetannya.

Tapi oh tapi, kebencian memang membahayakan sekali deh. Lama-lama lagu “I Heart You” nempel di kuping gue melulu. You know me so well.. Girl I miss you, girl I need you, girl I heart you.

DAMN! Resmi sudah SM*SH dan lagunya, “I Heart You” menjadi guilty pleasure gue (ampuni saya, Tuhan).

Terus, gue pulang ke Bekasi. Gue pun mempertontonkan videoklip tersebut ke kakak gue. Kakak gue ketawa-tawa sambil teriak “Maho! Maho!” Hahaha. Nggak lama nyokap gue ikutan nimbrung. Gue setel lagi videonya dari awal. Ternyata nyokap gue tahu, pernah lihat di acaranya Tukul, Bukan Empat Mata. Malah nyokap gue tahu kalau mereka itu masih anak SMA. Ebuset deh.

Sementara kakak gue mengolok-olok, gue cengar-cengir setengah suka setengah nggak suka sama itu boyband, eh nyokap gue tiba-tiba ngomong, “Bagus ya, gerakannya. Orangnya juga ganteng-ganteng.” Gue diam sebentar. Lalu gue sama kakak gue tertawa terbahak-bahak. Nyokap gue suka juga ternyata sama SM*SH. Jadi nggak nista-nista banget lah gue suka sama SM*SH, ternyata gue ada temannya juga.

Eh, kan gue tadi nggak bilang ya, kalau gue suka sama SM*SH. Gue kan cuma bilang guilty pleasure aja. Tapi karena hampir tiap saat gue bersenandung you know me so well, kakak gue nyamber, “Eh itu sih bukan guilty pleasure lagi namanya. Udah pleasure beneran!”

Hahaha you know me so well lah pokoknya! X)

Oke melenceng dari topik ya, gue mau cerita sedikit. Waktu hari Minggu gue kan main piano di rumah. Terus bokap gue berdiri di belakang gue ngelihatin gue main. Tiba-tiba bokap gue melambai-lambaikan tangannya ke atas, semacam joget-joget, “Ah, papa jadi alay ah.” DANG! Pingsan gue dengarnya, ngakak nggak abis-abis.

“Papa tahu alay dari mana?” tanya gue. Yang jawab nyokap gue, “Papa tahu dari ibu. Nonton di TV. Ternyata alay itu dibayar lho, dek.” Eh jadinya kita malah ngobrolin alay yang di acara musik di TV. Terus nyokap gue bilang, “Aku juga mau ah jadi alay, dibayar kok.” Ebuset deh! :D


Gambar diambil dari sini.


Rabu, 08 Desember 2010

Keberuntungan

Gue pernah berdiskusi dengan beberapa orang mengenai makna kesuksesan. Obrolan tersebut lama-lama merembet ke arah “keberuntungan”. Ternyata, ada satu orang dari teman gue yang tidak percaya akan keberuntungan. Padahal gue dan lima orang teman yang lain percaya akan hal tersebut.

Menurut gue, keberuntungan merupakan salah satu faktor pendukung kesuksesan seseorang. Jika seseorang sudah berusaha sekuat tenaga namun keberuntungan belum berpihak padanya, percuma saja. Keberuntungan bisa didapat dari doa dan memang ada sih orang-orang yang memiliki hoki (keberuntungan) yang besar.

Gue ingat, teman kampus gue pernah bertanya ke salah satu teman gue yang saat ini sudah melewati ujian komprehensif, ”Syl, gimana sih caranya, kok kamu bisa cepet gitu?”

Dengan senang hati, dia membagi tipsnya kepada teman gue dan juga gue yang ikut mencuri dengar (karena memang mereka duduk di sebelah gue), “Aku tuh kalau berdoa sama Allah kayak gini: Ya Allah, berikanlah aku keberuntungan.”

Lalu gue mengangguk-angguk dan di dalam hati: Oh, iya benar juga ya..

Keberuntungan itu perlu. Gue kasih contoh ya. Di jurusan gue, dosen pembimbing skripsi ditentukan sama Ketua Jurusan, jadi kita nggak bisa milih mau dibimbing sama dosen yang mana. Kita hanya bisa mengandalkan keberuntungan masing-masing dan tentu harus tetap berdoa supaya nggak dapat dosen yang “bikin susah”.

Ada teman gue yang kemampuan akademiknya biasa-biasa saja, beruntung mendapatkan dosen yang baik dan mendukung mahasiswanya untuk segera lulus. Malah ada teman gue yang lebih pintar daripada gue, justru mendapatkan dosen yang “bikin susah”. Mungkin dia belum beruntung untuk mendapatkan dosen yang lebih baik.

Pastinya keberuntungan juga melalui ridho Allah SWT. Kalau belum beruntung, ya harus lebih usaha lagi dong. Dan perlu diingat juga ya, Allah SWT tidak akan pernah memberi cobaan di luar batas kemampuanmu.

Jadi, gimana? Masih ada yang nggak percaya kalau keberuntungan itu hal yang mustahil?

PS: Percayalah, keberuntungan itu ada, anak muda! ;)