Filosofi Kasur
Di saat malam tiba, di mana badan mulai lelah dan mata sudah sulit untuk tetap terbuka, kita cenderung untuk pergi ke kamar tidur dan merebahkan diri di atas kasur. Lama kelamaan mata kita pun terpejam dan tanpa sadar jiwa kita masuk ke alam tidur.
Enam sampai delapan jam berlalu, sinar matahari menerobos celah-celah jendela kamar, terdengar burung-burung di langit berkicauan, dan alarm telepon genggam di samping tempat tidur terus-menerus memanggil kita untuk segera bangun menyambut pagi.
Di saat itulah kita mulai tersadar dari lelapnya tidur semalam dan di saat itu pula kita dibuat dilema untuk mengambil dua kemungkinan keputusan. Pertama, kita bisa langsung meraih telepon genggam untuk mematikan alarm, kemudian bergegas meninggalkan kasur untuk membuka tirai jendela agar dapat merasakan kehangatan mentari pagi dan bersiap mengarungi hari. Atau pilihan yang kedua, kita tetap terbaring di atas kasur seraya mematikan alarm telepon genggam untuk membungkam suaranya yang nyaring lantas kita dapat melanjutkan tidur yang masih dirasa kurang dengan tenang.
Dari dua pilihan tersebut, mana yang Anda pilih?
Tergantung pada niat dan kemauan Anda sendiri.
Inilah yang gue maksud dengan filosofi kasur. Di mana gue menganggap kasur sebagai konotasi dari zona nyaman hidup kita.
Ketika kita sudah mulai atau bahkan terlanjur nyaman dengan situasi yang ada pada diri kita saat ini, terkadang kita enggan untuk meninggalkan kondisi yang sudah begitu enaknya kita jalani. Kita merasa tidak perlu lagi menerima kesempatan, tantangan, dan pengalaman baru untuk mengisi rutinitas sehari-hari. Ini adalah analogi dari pilihan pertama yang gue sajikan di atas.
Namun, apakah Anda suka merasa, kalau kelamaan tidur justru badan kita terasa lelah dan cenderung lebih cepat mengantuk lagi? Maka kesimpulan yang dapat kita ambil adalah, ketika Anda tidak berani keluar dari zona nyaman Anda, kondisi hidup Anda akan di situ-situ saja, tidak akan mengalami kemajuan, bahkan akan cendurung mengalami penurunan kualitas hidup.
Hal ini berbeda situasinya saat kita memilih analogi yang kedua yaitu bangun tidur lebih cepat dan segera mandi, pasti kondisi badan kita akan lebih siap menghadapi aktivitas sehari-hari. Begitu pun dengan kesiapan kita dalam meninggalkan zona nyaman kehidupan. Mungkin saja kita mendapatkan kesulitan ketika menjalani kesempatan, tantangan, dan pengalaman hidup yang baru. Namun di situlah letak peningkatan kualitas hidup kita sebagai manusia. Kita akan lebih kuat dan berpengalaman dalam menjalani kehidupan.
Menurut gue, “Seseorang yang berani meninggalkan zona nyaman merupakan kunci kesuksesan bagi dirinya sendiri”.
Jujur, gue termasuk orang yang takut menghadapi tantangan-tantangan kehidupan. Kalau gue merasa tidak bisa menghadapi sesuatu, ada rasa ketakutan yang amat besar di dalam diri gue. Namun, mengapa gue dapat tetap bertahan menjalani hidup hingga saat ini? Adalah orang tua gue yang selalu memberikan motivasi serta doa yang tidak pernah putus, menjadi alasannya.
Pernah suatu hari saat gue duduk di bangku SD, gue takut sekali untuk pergi ke sekolah. Gue lupa penyebabnya pastinya, kalau tidak salah karena gue tidak bisa terhadap salah satu pelajaran di sekolah. Lalu gue cerita ke nyokap bahwa sehari sebelumnya gue merasakan ketakutan yang tidak wajar atas pelajaran tersebut, kemudian nyokap langsung menasihati kurang lebih seperti ini,
“Jalani saja hari ini, belum tentu hari ini sama dengan hari kemarin. Mungkin saja kalau kamu masuk sekolah hari ini, tidak akan terjadi apa-apa.”
Berbekal dengan dorongan dari nyokap, gue pun pagi itu berangkat ke sekolah. Ternyata, benar kata nyokap gue, hari itu gue tidak mengalami apa pun, termasuk ketakutan yang sebelumnya telah gue prediksi.
Hingga hari ini, ketika gue mengalami pelbagai tantangan hidup, gue selalu mengingat kata-kata nyokap gue di atas. Yang terpenting adalah menjalani hari ini sebaik-baiknya dan jangan terbayangi oleh masa lalu, karena situasi hari ini tidak akan pernah sama dengan masa lalu.
Jadi, tunggu apa lagi? Segera tinggalkan zona nyaman Anda dan selamat berjuang menghadapi tantangan-tantangan hidup!
(Sebuah artikel yang juga menjadi catatan bagi diri sendiri)