Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 24 Mei 2013

Cerita: Aku, Kamu, Kita



Aku tak lagi bercerita tentang kamu.
Tentang hari-hari kita yang terisi dengan tawa. Tentang jari-jari kita yang berpagut di antara suka.
Kini semua tiada.
Ujung mataku basah oleh derainya air mata. Ujung hatimu tertoreh penuh sayatan luka.
Yang dulu tak ada, sekarang ada.
Kata-kata yang pernah terucap dalam bulir tanpa sendu kini sirna.
Sumpah serapah, caci maki, dan hina tanpa logika, tanpa tujuan kepada siapa.
Aku yang dulu bercerita tentang kamu. Kini semua tak ada.
Memendamkan lara, menenggelamkan rasa tanpa salam apa-apa.

Gambar dari weheartit.

Oleh:  
            16 Mei 2013

Minggu, 03 Februari 2013

06.10 - 4 comments

Lain Tempat


Aku tertawa
Tapi aku tak di situ
Aku berada di sana
Jauh

Aku menangis
Tapi aku tak di situ
Aku berada di sana
Berdiri lusuh

Aku tenang
Tapi aku tak disitu
Aku berada di sana
Penuh kisruh

Aku tak ada di situ
Aku ada di sana
Penuh peluh menyuluh rapuh

Gambar diambil dari weheartit

Oleh:  
2 Februari 2013



Sabtu, 02 Februari 2013

07.00 - 4 comments

Hanya Maaf


Aku pernah menuliskanmu tentang itu
Aku lihat apa?
Kini semua terjadi
Aku hanya bisa diam mematung
Tak mengerti apa yang harus aku jalani
Maaf jika terlambat
Maaf jika tak sempat
Maaf jika tak sengaja menyakiti
Maaf jika aku tak bisa berbuat

Maaf

Oleh    :
                 2 Februari 2013

Diiringi "Malaikat Juga Tahu" - Dewi Lestari

Senin, 06 Februari 2012

04.35 - 6 comments

Dongeng Jantung Hati


Aku pernah merasakannya berkali-kali
Namun yang bisa ku nikmati hanyalah barang sekali
Aku meninggalkannya dalam sisa tetes hujan terakhir yang jatuh ke bumi
Tanpa sumpah serapah atau tanda perpisahan di ujung bibir kami
Dan memberi bekas luka paling dalam di hati

Semua berlalu begitu lambat dan membuat tenggorokanku tercekat
Jika mengingat-ingat kisah yang tak pernah bisa aku tutup rapat
Bukannya aku tidak mau maju tapi lajuku selalu tersendat
Oleh bayangan kelam yang dengan sendirinya aku perbuat
Meski berulang aku pahami itu keputusan yang tepat

"Laknat!" yang aku yakini bisa ia teriakkan dalam hati tanpa ragu
Lalu aku merintih kesakitan dalam syahdu yang begitu merindu
Bercampur aroma sesal tanpa kesal yang berbalut lugu
Meminta permohonan agar diampuni dengan seulas senyumnya yang dahulu
Dalam khayal, tentu

Semua kini sudah tak bisa kembali meski jalan bisa terbuka lagi
Dengan pasti aku dengannya tidak bisa menjadi kami
Atas liarnya situasi yang lepas tak terkendali
Sambil menunggu jatuhnya embun dari mawar di kebun pagi tadi,
Ku mainkan sendiri perasaan ini di sela-sela jemari dan takkan berhenti


Oleh:   D. Nariswari
            6 Februari 2011


Gambar diambil dari sini.

Selasa, 07 Juni 2011

Cerita Hujan




Aku suka hujan. Begitu pula kamu.
Setidaknya itulah yang kamu akui. Saat itu. Entah kini.
Di saat kita tidak lagi dalam diam. Mengamati dan menikmati hujan.
Di pinggir koridor. Di sore hari.
Tak ada satu gerakan pun yang kita perbuat. Tak ada satu patah kata pun kita ucap.
Kita dalam khusyuk melihat hujan.
Tak sering memang. Karena aku yang terlanjur gamang.
Dengan masalah kita. Dan kamu tak sadar itu apa.
Penolakan itu pun akhirnya datang. Kamu hanya bisa diam menatapku heran.
Aku memberikan alasan yang dibuat-buat. Kamu turut terpaksa mencari gurauan yang tepat.
Aku tidak tertawa. Karena yang aku ucap terasa berat.
Kamu melangkah penuh gurat. Karena di pikiranmu berkecamuk penat.
Aku tak suka lagi dengan hujan. Begitu pula kamu.
Aku tak pernah lagi berhenti dan mengamati. Entah bagaimana denganmu.
(Kamu yang suka dengan hujan karena aku. Atau memang benar-benar suka hujan bukan karenaku.)
Hujan adalah kita. Terselip cerita antara aku dan kamu.
Dan harus berakhir di situ. Di pinggir derasnya hujan dan air mata hatiku.
Aku pun yakin. Kamu semakin tak ingin membangkitkan kenangan itu.
Karena kesalahanku. Lagi.
Meski tak pantas. Terpintas ingin berhadapan denganmu untuk mengucap maaf.
Ternyata, aku tak bisa. Biar hujan menghapus tentang aku dan kamu.
Oleh :
7 Juni 2011 


Untuk kamu pencinta hujan. Yang pernah mencintai aku. (Gambar diambil dari weheartit)

Rabu, 23 Maret 2011

Cukup Sebentar



Biarkan aku jatuh cinta

Karena aku sudah lama tak merasa

Meskipun aku tahu ini tak akan lama


Haruskah aku terus merana?

Biarkan aku menikmatinya

Sebentar saja

Oleh :

23 Maret 2011


Sabtu, 19 Februari 2011

Hari Ini Hari Sabtu

Hari ini hari Sabtu

Bukannya aku cemburu

Karena aku tak bisa bermalam Minggu

Namun hatiku pilu

Karena waktu terus berlalu

Tidak mau menunggu

Dan terus meninggalkan aku


Oleh :

19 Februari 2011