05.38 -
celoteh,kampus,review
7 comments
Kisah Citta Pascalulus (Pertama): Perbandingan Tempat Penjilidan Tesis di Depok
Fiuh. Akhirnya gue lulus juga, Saudara-saudara!
Kok sepi? Mana tepuk tangannya?
*tetap hening* *tepuk tangan sendiri*
Mumpung masih hangat di ingatan, sekarang
gue mau ngasih review tentang
penjilidan tesis di layanan copy &
printing di sekitaran kampus gue, yaitu di Margonda, Depok. Jadi, gue
sengaja coba-coba ke dua tempat yang berbeda untuk mengetahui layanan dan hasil
dari tempat penjilidan mana yang lebih memuaskan. Sifat perfeksionis gue kali
ini muncul agar pada penjilidan berikutnya gue sudah tahu tempat mana yang
lebih baik untuk gue percayakan menjilid karya-karya gue selanjutnya *tsah*
Yang pertama adalah Era Copy & Digital
Printing (selanjutnya gue sebut Era). Gue sudah mendengar beberapa kali
mengenai tempat ini dari teman-teman kuliah gue yang sering cetak e-book di sana. Beberapa kali pula gue
bertanya, “Di mana sih, mbak?” karena jawaban dari teman gue selalu kurang
memuaskan. Akhirnya gue bertanya ke teman yang satu lagi, kata dia begini,
“Pokoknya kalau dari kosan Citta, belok kanan.” Oke, gue kan pernah ngekos di
Depok, tepatnya di Jalan Kober. Nah, kalau dari Kober, lo nggak usah menyebrang,
tapi lo belok kanan, jalan melewati Mie Berkat, terus melewati Lawson (yang
sudah tutup). Nggak jauh, lo akan ketemu Era Digital itu. Pokoknya kalau dari
Kober letaknya sebelum BSI. Kalau dari arah Jakarta ya nggak jauh-jauh habis
melewati BSI.
Setelah mengurus segala macam
keperluan di kampus, gue melesat ke Margonda untuk mencari tempat layanan
penjilidan tesis. Awalnya gue nggak niat nyari Era, seketemunya aja tempat
penjilidan yang bagus, pikir gue. Setelah putar balik dari kampus ke Margonda,
bokap gue memelankan kemudinya. Gue lihat kanan-kiri. Bokap tiba-tiba, “Itu
Dek, Era.” Ya jadilah kami ke sana. Kesan pertama masuk Era: wow, keren banget tempatnya. Terhampar
pemandangan meja panjang dengan komputer-komputer di atasnya dan ada tempat
duduk bagi konsumen di tiap meja berkomputer itu. Di sebelah kanan pintu masuk ada
mesin nomor antrian seperti di bank. Gue yang baru pertama kali ke sana celingak-celinguk bingung harus ambil
nomor atau tidak, tapi ternyata gue langsung
disambut mbak petugas di sana. Si Mbak nanya keperluan gue. Gue bilang mau
jilid tesis. Alhamdulillah karena
hanya jilid satu eksemplar, pesanan gue bisa jadi dalam satu hari saja. Waktu
itu gue memasukkan pesanan pada Selasa siang, diambilnya Rabu jam 12.00.
Okelah. Kebetulan waktu itu gue perlu fotokopi dulu, jadi gue menunggu hasil
fotokopinya jadi. Selagi menunggu gue tanya mbaknya, “Mbak, yang ngambil nomor
antrian itu buat apa?” Si Mbak jawab, “Oh, itu yang ngeprint. Kalau fotokopi lagi rame,
ya ambil antrian juga.” Kebetulan pas gue ke sana memang jam 12.00--13.00 dan
tidak begitu ramai, jadi gue langsung dilayani. Setelah fotokopi jadi, gue
ditanya mau sampul berwarna apa. Gue bilang warna cokelat (ketentuan warna
sampul tesis di kampus gue). Lalu Si Mbak menunjukkan contoh warna cokelatnya,
gue baca di keterangan di bawah contoh warnanya, bertuliskan “Linen”. Jujur gue
kurang sreg pas lihatnya, karena cokelatnya
agak kusam, tidak seperti tesis-tesis yang sering gue lihat di perpustakaan.
Namun gue iya-kan saja, karena memang
tidak ada pilihan lain. Si Mbak nanya, pakai pembatas kuning atau tidak, dengan
cepatnya gue jawab tidak, karena seingat gue ketentuan penjilidan tesis yang
sekarang tidak usah pakai pembatas. Eh ternyata, di meja sebelah gue ada seorang
ibu-ibu yang ditemani suaminya yang juga menjilid tesis, tapi sepertinya ibu
itu masih nge-print terlebih dahulu. Ibu
itu sibuk bertanya sama mas petugas yang melayani, “Bolak-balik nggak, sih?” Si
Mas dengan sotoy-nya menjawab,
“Biasanya nggak bolak-balik.” Sebenarnya nggak sotoy juga sih, karena ketentuan di-print bolak-balik ini baru beberapa semester belakangan. Gue mau
nyamber kan nggak enak, ya, kesannya penguping banget (padahal emang iya :p).
Terus ibu itu bilang, “Nanti pakai pembatas, ya, Mas.” Jeng jeng jeng... Itulah yang bikin galau. Perlu pembatas atau
nggak. Akhirnya setelah urusan mengatur dan mengecek halaman selesai, gue
digiring ke meja kasir (((DIGIRING))). Di situlah gue menumpahkan kegalauan
gue, “Mbak, biasanya pakai pembatas, nggak, sih?” “Biasanya sih pakai, Mbak,”
jawab Si Mbak petugas. Gue mikir, “Hmmm...,” lantas Si Mbak ngasih ide,
“Mending ditanya dulu aja ke temen-temennya, biasanya gimana, nanti hubungi
kami kalau mau pakai pembatas.” “Oh gitu, ya sudah, nanti saya telepon ke sini
aja, ya, Mbak.” “Iya, tapi sebelum jam 16.00, ya. Di atas jam segitu saya sudah
pulang.” Baiklah. Setelah sampai
rumah, gue tanya teman gue, ternyata pakai pembatas. Gue telepon Era dan Si
Mbaknya gue kasih instruksi bagian-bagian mana saja yang perlu pembatas.
Percaya nggak percaya, malamnya gue kepikiran, takut ada yang salah. Emang
dasar prasangka Allah sama dengan prasangka hambaNya, benar-benar terjadi deh
tuh kesalahan di penjilidan tesis gue. Besoknya, gue ambil anak gue yang baru
lahir a.k.a. tesis yang sudah dijilid. Kesan pertama pas gue buka dari
plastiknya, wah kok ada guratan tinta emas yang sedikit mengganggu. Langsung
agak bete. Begitu gue buka halaman
demi halaman, wah, kok ada satu halaman yang tertukar. Langsung makin bete. Gue tahu itu kesalahan gue, karena
waktu itu gue sendiri yang mengurutkan halamannya. Ya sudah, gue nggak bisa
protes juga, tapi gue puas dengan jilidannya yang rapi dan terlihat kokoh.
Gimana nggak kokoh, wong tesis gue
halamannya 600 lebih :p
Sekitar seminggu berikutnya, gue
menjilid tesis lagi dan sengaja cari tempat lain. Kebetulan gue sudah mengincar
Data Digital Copy and Printing (selanjutnya gue sebut Data) karena sempat browsing dan muncul tempat ini. Selain alasan
itu, gue memang sudah tahu letaknya (setelah dari Era untuk pertama kali, kan
gue pulang harus berputar jalan ke arah Jakarta, nah gue melewati Data ini). Letak
Data sejajar dengan Detos, jadi kalau dari Kober, kita harus menyebrang dulu,
jalan ke sebelah kiri melewati Es Pocong, Alfamart, dan tepatnya setelah pondok
bakso Solo langganan gue pas ngekos dulu *duh jadi pengen baksonya :(* Lahan
parkir Data tidak seluas lahan parkir Era. Pas gue masuk, ternyata ada mesin
pengambil nomor antrian juga, tapi gue langsung nyelonong ke meja yang ada
mas-masnya di ujung kiri. “Mas, mau jilid tesis.” “Oh, silakan ke sana, yang
dekat kasir.” Berjalan lah gue ke mbak-mbak petugas dekat kasir. Pas gue sampai
di depan salah satu mbak petugas, gue tertegun sesaat, loh, ini kan mbak yang di Era. Gue mengedipkan mata beberapa kali, sadar, Cit, sadar. Pas gue lihat lagi, ternyata bukan, tapi suerrr deh mirip banget dari perawakannya sampai dandanannya,
hahaha. Gue sempat mikir, jangan-jangan mbak ini adiknya mbak yang di Era :D
Setelah kejadian berpandang-heran-sama-mbak-petugas, gue menjelaskan maksud gue.
Mungkin karena sudah pengalaman di tempat sebelumnya, maka gue sudah tahu
apa-apa saja yang harus gue minta. Setelah fotokopian gue selesai, gue mengurut
halaman dengan cermat, tidak mau kesalahan seperti halaman yang terbalik
terulang kembali. Di sela-sela mengurut halaman, Si Mbak bilang ke gue, “Mbak,
halamannya tebal banget. Tesis-tesis yang lain biasanya nggak setebal ini.” Gue
nyengir sambil bilang, “Iya, Mbak.” Sebenarnya gue sudah kehabisan tanggapan
untuk menanggapi hal semacam ini karena sebelum lulus, gue beberapa kali
fotokopi tesis untuk ujian pratesis dan sidang tesis, dan hampir semua petugas
fotokopi mengujarkan hal yang sama. Ya
gimana lagi, gue juga sebenarnya nggak mau tebal-tebal begini, tapi tuntutan
topik, Saudara-saudara :D Setelah selesai mengurut halaman, gue memastikan
ke Si Mbak, “Mbak, JANGAN SAMPAI ada halaman yang tertukar.” Si Mbak jawab,
“Iya, habis ini saya periksa lagi.” Eh bener aja gitu, dia ngecek urutan
halamannya di depan gue sambil masukin halaman pembatasnya. Ngeceknya
bener-bener satu persatu. Gue langsung ngerasa klop banget sama Data :p
Ternyata, di Data ini untuk menjilid satu eksemplar tesis juga hanya
menghabiskan waktu satu hari. Berhubung Jumatnya gue harus gladi resik wisuda,
maka gue memutuskan untuk mengambil hari Jumat saja, yang merupakan hari ke-tiga
setelah gue memasukkan tesis di Data. Pas hari Jumat, sebelum ke kampus, gue
pergi dulu ke Data untuk ambil tesis. Kesan pertama, warnanya lebih seperti
yang gue inginkan, tapi kok tinta emasnya sudah sedikit ada yang hilang di
ujung-ujung huruf. Haaah.. Memang semua tak ada yang sempurna *hela nafas*
Setelah itu, gue ke kampus dan menghilangkan segala rasa ketidakpuasan gue agar
gladi resik wisuda hari itu berlangsung dengan menyenangkan. Besok-besoknya,
gue baru bisa membandingkan tesis hasil jilidan di Era dengan tesis hasil
jilidan di Data. Keduanya punya
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berikut perbandingan dari pengalaman
gue:
(+) ERA
Jilidan lebih rapi.
Kualitas kertas pembatas lebih
bagus Era karena warna kuningnya lebih terang.
Permukaan sampul lebih bertekstur
dibanding Data sehingga menurut gue lebih enak dipegang.
(-) ERA
Warna cokelat kusam.
Tinta emas agak mbleber-mbleber. Nggak banyak, hanya
guratan-guratan tipis seperti rambut, tapi cukup mengganggu untuk orang yang
perfeksionis seperti gue karena letaknya di sampul depan.
(+) DATA
Pelayanan lebih baik Data karena
tidak terburu-buru.
Suasana toko lebih nyaman dan
terasa kekeluargaannya (ya kali lo suka sesuatu yang berbau kekeluargaan :p).
Kualitas emboss logo kampus lebih bagus Data, karena lebih timbul.
Pengecekan halaman dilakukan
bersama-sama oleh petugas dan konsumen (jadi resiko halaman tertukar lebih
kecil).
Warna cokelat lebih terang.
(-) DATA
Kalau dipegang dengan tangan
berkeringat akan ada ceplakan di
sampul.
Tinta emas lebih gampang hilang
dibanding Era.
Hasil jilidan Era (atas) dan hasil jilidan Data (bawah). Bisa di-zoom kalau mau melihat detail tinta emas dan semburat emas yang belepetan. Pesan sponsor: Kalau mau baca isi tesisnya, silakan main ke perpus kampus gue, ya! Dijamin bagus dan membawa manfaat, kok :p
Bisa terlihat perbedaan kertas pembatas (Kiri: Era ; Kanan: Data) |
Seperti itulah kelebihan dan
kekurangan dari kedua tempat penjilidan tesis di Margonda Depok yang gue
jadikan objek penelitian :p. Secara kualitas fotokopi nggak ada masalah.
Dua-duanya sama-sama memuaskan. Baik tarif penjilidan maupun fotokopi, keduanya
sama. Bisa dikatakan Era dan Data berada dalam pasar persaingan sempurna. Namun,
ada yang gue sayangkan, baik Era maupun Data tidak memberikan paper bag sebagai tas pembungkus hasil
jilidan. Mereka hanya menawarkan tas kresek
saja. Gue menginginkan hal ini bukan karena mengada-ada, sebab gue pernah
punya pengalaman saat dahulu menjilid skripsi di Maestro Malang, kami diberikan
paper bag untuk menjinjing skripsi
kami. Sebagai konsumen, gue merasa skripsi gue terlindungi dengan baik dan ada
kesan eksklusif. Mungkin hal ini bisa jadi masukan buat Era maupun Data.
Sekian review dari gue, maaf kalau dari pihak Era atau Data kurang
berkenan, tapi sepertinya gue nggak menuliskan kata-kata yang menyakiti hati,
kan? Hehe *mendadak panik cari hak perlindungan konsumen :D* Kalau ada yang
pernah punya pengalaman dengan penjilidan tesis dan kawan-kawannya, gue
persilakan untuk berbagi di kotak komentar. Semoga tulisan gue ini bisa
membantu mahasiswa-baru-lulus yang akan menjilid tugas akhirnya berdasarkan
prioritas dan selera yang berbeda-beda :)
7 comments:
Kaaak mau tanya dong tarif jilid skripsi berapaaa ya ka?
Hai Gia, di dua tempat yang aku sebutkan, jilid hardcover skripsi/tesis/disertasi Rp 30.000/eksemplar.
kaak saya mau nanya2 tentang agribisnis
Setahu saya Aladin, Buring, Cano, Data dan Era itu satu managemen,yang punya satu orang. jadi wajar kalo ketemu satu pegawai yang sama. bisnisnya sengaja dipecah biar bisa melayani dengan jangkauan yang lebih luas. kualitasnya juga berbeda di tiap tempat menunjukkan pangsa pasar yg dicari.
mau tanya dong, di era atau data jenis kertas nya bisa milih ga ? soalnya kampus gue mercu rempong kya kanjeng mamih, bahanya beda ga di terima. mohon infonya
Iya betul ini, kalo disingkat ABCDE
Bokep Terbaru & Terlengkap Dengan Berbagai Macam Genre Berkualitas HD
bokep artis indonesia
indonesia viral 2020 bokep
bokep barat baru
bokep viral indo terbaru
bokep korea terbaru
Bokep SMP
Complete
Posting Komentar