Kamis, 19 Februari 2015

Kisah Citta Pascalulus (Kedua): Habis Lulus Terus Ngapain?

Ya, judul di atas benar-benar menjadi pertanyaan yang bergema di kepala gue setelah dinyatakan lulus pada sidang tesis tanggal 20 Januari 2015 lalu.

Bukan, bukan gue galau apakah gue harus kerja, lanjut S-3, atau menikah setelah lulus S-2 ini.

Pertanyaan ini lebih kepada seputar langkah-langkah yang harus gue lakukan di kampus setelah menunaikan sidang. Bagaimana cara mencapai wisuda yang batas waktu pendaftarannya nggak sampai dua minggu lagi? Bagaimana cara gue untuk mendapatkan ijazah dan transkrip nilai? Harus ngapain aja?

Setelah sidang, gue langsung menyambut gembira dengan kelulusan gue yang jatuh tepat di tanggal kelahiran nyokap gue. Jadi, setibanya sampai di rumah, gue sok-sok melupakan revisi yang harus gue lakukan selepas sidang. Boleh lah ya, sekali-sekali melupakan tugas akhir yang sudah gue kerjakan bertahun-tahun lamanya. Gue merasa patut merayakannya :p

Keesokannya, gue baru menyentuh laptop lagi. Gue buka catatan-catatan penguji dan pembimbing atas tesis gue. Kebetulan revisi gue agak tarakdungces. Sempat panik dan stress mengejar waktu revisi karena gue bertanya pada teman gue yang lulus pada dua semester sebelumnya, kata dia, untuk bisa wisuda, gue harus menyelesaikan revisi, dapat tanda tangan dosen, menjilid tesis, dapat tanda tangan dekan, lalu menyerahkan tesis ke perpus serta mengunggah jurnal. Namun teman gue memberi catatan, hal itu berlaku saat dirinya mengurus kelulusan, mungkin saat ini sudah berubah. Dasar gue orangnya suka keteraturan dan lebih suka segala sesuatunya cepat selesai, maka, mau nggak mau, empat hari ke depannya gue kembali bekerja di depan laptop dari pagi sampai pagi lagi. Gue kembali jadi figuran The Walking Dead.

Di sela-sela waktu menyelesaikan revisi, gue bertanya pada teman gue yang lain yang lulus pada satu semester sebelum gue, “Mbak, dulu ngumpulin tesisnya ada waktunya atau bebas kapan aja?” lalu ia menjawab, “Kapan aja, Citta.” Lah, kan gue jadi bingung. Jadi, untuk mendaftar wisuda, gue harus mengumpulkan tesis terlebih dahulu atau boleh setelah itu? Hampir setiap hari setelah lulus gue membuka laman pendaftaran daring wisuda kampus gue. Berkali-kali mencoba log in untuk pendaftaran wisuda, tetapi belum bisa log in karena status gue belum berubah menjadi “lulus”. Kepanikan bertambah ketika dua orang teman yang lulusnya berbarengan dengan gue di semester ini, dari luar kelihatan tipe orangnya santai semua, haha. Jadi setiap gue dapat informasi baru, gue menyalurkan informasi itu kepada mereka.

Alhamdulillah target penyelesaian revisi gue tepat waktu dan gue segera menghubungi pembimbing gue. Gue berencana bertemu beliau hari Senin, tetapi beliau meminta agar kami bertemu Selasa saja. Gue sudah sempat deg-degan, kekejar nggak nih daftar wisuda semester ini karena batas terakhirnya tinggal tujuh hari ke depan. Namun gue percaya, apapun yang terjadi adalah sesuatu yang sudah direncanakan oleh Allah.

Hari Senin, gue kembali mengecek laman pendaftaran wisuda dan akun gue di sistem informasi akademik. Ternyata... Status gue yang tadinya “mahasiswa aktifsudah berubah menjadi “lulus

Tulisan "Lulus"-nya nggak fokus gara-gara ketiban hebohnya nutupin tahun masuk kuliah :p
Asyik, resmi sudah status gue sebagai lulusan kampus tercinta! :’) Gue langsung coba log in untuk mendaftar wisuda dan taraaa gue sudah bisa mengisi data-data yang diperlukan panitia wisuda. Saat itu gue masih setengah senang karena gue benar-benar masih tidak ada bayangan, apakah benar harus mengumpulkan tesis terlebih dahulu atau bisa nanti-nanti. Kok begitu aja dipusingin, Cit? Masalahnya, mendapatkan tanda tangan dekan membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan waktu pendaftaran wisuda tinggal sebentar lagi. Hei, tapi lo kan sudah bisa daftar wisuda! Nah, ini dia yang bikin optimis. Logikanya, kalau status gue sudah lulus dan bisa daftar wisuda, maka penyerahan tesis tidak ada sangkut pautnya dengan wisuda. Hipotesis gue ini bisa terbukti benar ketika gue sudah bisa membayar wisuda. Gue sepakat dengan bokap untuk membayar wisuda di keesokan harinya. Jika dari sistem menyatakan bahwa gue nggak diperbolehkan bayar karena belum menyerahkan tesis, terpaksa gue harus menunggu tesis ditandatangani dekan terlebih dahulu. Tenang saja, Cit, semua sudah ada jalannya *kibas selimut tetangga* *eh*

Pada hari Selasa, di tengah waktu menunggu dosen, gue di-SMS bokap yang mengabarkan bahwa beliau sudah bisa membayar wisuda gue di bank. Yeay! Jadi juga gue wisuda! Hipotesis gue terbukti sehingga gue nggak perlu menyerahkan tesis sebelum wisuda. Alhamdulillah-nya lagi, hari itu gue langsung mendapatkan semua tanda tangan, baik dari pembimbing maupun penguji. Kemudahan dari Allah yang luar biasa. Mengetahui bahwa gue bisa wisuda, bukan berarti gue bermalas-malasan mengulur waktu, sehingga setelah urusan tanda tangan dosen beres, gue langsung meluncur ke tempat penjilidan (yang berkaitan tentang penjilidan tesis sudah gue ceritakan di artikel sebelumnya, ya).

Hari Rabu, gue mengambil tesis kemudian menyerahkannya pada sekretaris dekan. Kata sekretaris dekan, gue akan memperoleh tesis gue kembali dalam waktu 2--3 hari kerja. Gue pasang tampang berharap, “Jumat sudah bisa diambil, ya, Mbak?” dan Mbak sekretaris hanya menjawab, “Mudah-mudahan,” sambil tersenyum. Duh, gue jadi nggak yakin :D

Hari Jumat, gue kembali datang ke kampus. Gue mendatangi meja sekretaris yang satu lagi, yaitu tempat tugas akhir yang sudah ditandatangani dekan. Setelah basa-basi dengan mas sekretaris, gue menyapu pandangan gue di semua tugas akhir yang menumpuk di meja itu. Olala, kok warnanya putih semua (warna putih = skripsi). “Kalau nggak ada, berarti belum selesai,” kata mas sekretaris. Baiklah, berarti Senin gue harus ke kampus lagi. Daripada jauh-jauh Bekasi--Depok tiada hasil, maka gue memutuskan untuk mengambil toga di Balairung. Nah, cerita tentang toga akan gue lanjutkan di artikel berikutnya, ya. Semoga Citta nggak malas lupa :p

Hari Senin-nya, gue sudah bisa mengambil tesis gue dan beberapa lembar pengesahan yang gue selipkan di tesis yang sudah dijilid. Oh, gue lupa memberi informasi, kalau di fakultas gue (nggak tahu berlaku di semua fakultas kampus gue atau tidak), untuk mendapatkan tanda tangan dekan, kami harus menjilid satu tesis terlebih dahulu dan lembar pengesahan lainnya disisipkan dalam tesis yang sudah terjilid itu. Namun kalau mau semua sudah dijilid ya sok wae atuh. Berarti lo menyerahkan semua tesis yang sudah berjilid ke hadapan sekretaris dekan. Selain itu, ada batasan untuk mendapatkan tanda tangan dekan maksimal sebanyak sepuluh lembar. Saat itu gue menyelipkan enam lembar pengesahan. Jadi, total tanda tangan dekan yang gue dapatkan sebanyak tujuh tanda tangan.

Di hari Senin itu gue tidak langsung menyerahkan ke perpustakaan karena belum mengunggah tesis dan jurnal ke laman pengunggahan tugas akhir. Namun, di hari gue menuliskan artikel ini, itu semua sudah gue lakukan. Nanti akan gue ceritakan di artikel berikutnya lagi, ya :)

Oh ya, dari tadi gue hanya menyebutkan “kampus gue” aja, ya? Jadi manfaatnya gue menulis ini apa, dong? :D Sengaja sih nama kampusnya gue sensor :p Kalau mau tahu kampus dan fakultas gue di mana, silakan lihat di artikel gue sebelumnya. Semua terpampang nyata di fotonya. Hihi. Lagian, kalau lo sudah sering main ke blog gue, lo pasti sudah tahu lah, gue kuliah di mana *siapa elu* *minta digaplok banget* :p



4 comments:

Wah..selesai juga ya...
Selamat..tinggal nunggu cerita selanjutnya

Habis wisuda rencananya mau ngapain CIt?*Eh..

congraduation ya mba cita! :D
doain aku dong mba biar segera bisa ambil s2. mupeng nih mba.. cita2 buat s2 belom kelaksana juga euy

Iyaaa tahu UI kok :D haha
kak asik nih Gia jadi tahu pengalaman ngurusin Tesis.
Kalau dari segi kerja keras, pengalaman kakak Skripsi atau Tesis yang rempong?
Doain jugaa ya kak, Gia lagi proses pengerjaan Skripsi. InsyaAllah September Wisuda! Aamiin.. :D

Mbak Irly: Makasih Mbak... Habis wisuda enaknya ngapain ya? Heuheu :p

Syifa: Makasih, Syif! Aamiin aku doakan semoga Syifa bisa lanjut sekolah lagi.

Gia: Haha, kayaknya cuma Gia aja yang tahu :p Antara skripsi dan tesis yang lebih rempong tentu tesis, karena topik yang aku ambil memang menantang. Aamiin, didoakan semoga skripsi Gia cepat selesai. Go go Gia go!