23.28 -
celoteh,idola,keluarga,musik
4 comments
Afgan Lagi Afgan Lagi
“Citta… Hari gini lo masih suka Afgan?” tulis teman gue di
perbincangan melalui sebuah media.
Iya, kalau gue masih suka Afgan terus kenapa? Sedosa apa sih
kalau gue suka sama penyanyi dengan suara enak, lagu bagus, dan tampang ganteng?
Atau karena umur gue sudah 25 jadi nggak boleh fangirling lagi?
Auk ah. Sirik aje lo.
Ini sebenarnya kejadian yang sudah terjadi beberapa bulan
lalu, tepatnya satu minggu sebelum lebaran. Iya, gue tahu kejadian ini sudah
lama banget, tapi sayang kalau nggak di-posting
T.T. Gue sudah menulis ini berbulan-bulan lalu, tapi apa lah daya, waktu belum berjodoh
dengan gue (sama waktu aja lama berjodohnya, apalagi sama manusia). Eh, what?
Beklah.
Saat itu, gue pergi
ke Mal Kelapa Gading bersama keluarga kakak gue. Niatnya mau beli takoyaki dan
beberapa keperluan lain. Tujuan pertama akhirnya diputuskan ke Farmers Market
terlebih dahulu untuk membeli beberapa bahan pangan. Dasar belanja sama ibu-ibu
(baca: kakak ipar), jadi yang dibeli sayur mayur gitu, seperti kangkung, tomat,
kentang, dll.
Selepas dari Farmers Market, kami menuju Ippeke Komachi
untuk beli takoyaki. Sepanjang perjalanan ke Ippeke Komachi, banyak stan
diskonan dalam rangka lebaran. Dasar cewek (baca: gue dan kakak ipar), nggak
tahan kalau nggak lihat diskonan (padahal belum tentu beli), jadi dengan lincah
kami mampir dari satu stan ke stan yang lain. Eh ternyata kakak ipar gue
tertarik dengan barang-barang di salah satu stan dan berhenti cukup lama di
situ untuk memilih-milih. Dasar bapak-bapak (baca: kakak gue) yang nggak tahan
nungguin belanja sambil gendong anak yang aktif luar biasa, maka kami disuruh
kakak gue untuk ke Ippeke Komachi terlebih dahulu untuk memesan takoyaki agar
tidak kelamaan. “Oke, nanti kita balik lagi ke sini, “ kata kakak ipar. Gue sih
iya-iya aja deh, kebetulan gue tertarik dengan salah satu stan yang belum
sempat gue kunjungi.
Langkah demi langkah mendekati Ippeke Komachi, sayup-sayup
terdengar iringan live music.
Langkah semakin dekat... Semakin terdengar suara dan lagunya…
Sampai di samping Ippeke Komachi… Gue dan kakak ipar
bertatapan…
“AFGAN!!!”
Kami lari berhamburan mendekati panggung di depan Ippeke
Komachi.
Kakak ipar gue udah nggak peduli meninggalkan suami dan
anaknya yang jauh di belakang kami. Kalau gue sih ngapain juga peduli. HAHA.
Akhirnya gue bisa mendapat tempat di bagian tengah. Di depan
gue berdiri dua orang pria yang badannya lebih tinggi dari gue. Sempat bingung
mau pindah ke sayap kanan atau kiri tapi gue lebih senang menonton di bagian
tengah. Baiklah, untuk saat itu gue sabar berdiri di belakang kedua pria yang
saling kenal ini. Jujur, gue khawatir lama-kelamaan dua pria ini akan
berpegangan tangan, bertatapan mesra, dan kau-tahu-selanjutnya. Ah paling juga nanti dua cowok ini pada
pergi.
Oke, skip.
Afgan saat itu memakai kemeja berwarna biru muda. |
Sebenarnya, ini semacam doa yang dikabulkan oleh Allah SWT.
Beberapa hari sebelumnya, gue sempat membatin ketika menonton Afgan di
televisi, udah lama nggak nonton Afgan,
kayaknya harus nonton langsung lagi nih.
Iya, gue penasaran akan penampilan langsungnya dia setelah
sekitar 4 tahun yang lalu gue menonton langsung penampilannya. Ternyata,
interaksi Afgan terhadap penonton sudah semakin bagus dan luwes. Bagian
menariknya, ada beberapa kali Afgan mengajak ngobrol penonton. Kali itu, ada
seorang penonton perempuan kira-kira berumur sekitar 15-16 tahun yang diajak
mengobrol oleh Afgan.
Afgan :
Kamu mau nggak nikah sama aku?
Penonton Perempuan :
Hmmm..
Gue (dalam hati) :
Kyaaa~~~Yes yes. Aku mau mau mau, Afgan~~~
Penonton Perempuan : (dengan
suara yang dimanja-manjain) Bukan gitu, Kak. Kak Afgan kan masih muda, jadi
jangan pikir nikah dulu.
Gue (dalam hati) : YA ELAH GAN, MASIH BOCAH GITU LO AJAK NIKAH. MAKANYA GUE AJA YANG LO
AJAK NIKAH, UDAH PASTI MAU! *KZL*
Masih dengan pergolakan batin akibat Afgan ditolak ajakan
nikahnya, gue menengok ke belakang. Eh kakak ipar ternyata sudah menghilang.
Dia pasti sudah bersama kakak gue ke Ippeke Komachi. Oke, biarlah gue khusyuk
menonton si ganteng satu ini. Saat itu Afgan membawakan single religinya yang terbaru dan lebih banyak menyanyikan beberapa
lagu dari album terbaru.
Gue kalau nonton pertunjukan musik kan ekspresif ya,
teriak-teriak bisa, jejingkrakan bisa, nyanyi tanpa mengikuti nada yang benar
juga bisa. Bisa heri (heboh sendiri)
gitu lah (makanya sebenarnya gue lebih nyaman nonton pertunjukan musik sendirian
karena gue tipe Inpresif. Introvert yang ekspresif. Oke, adik-adik di rumah, jangan
dipakai istilah ini ya, karena istilah ini 100 persen karangan gue sendiri).
Lah, emang ada lagu Afgan yang bisa bikin joget? Ada dong, nggak gawl banget
sih situ.
Woo salah ketik tuh Cit!
Apaan? Gawl?
Iye
EMANG GAWL kali ah nulis GAWL yang GAWL!!!
….
BERANTEM AJA YUK!
***
Oke, masih ingat dong dengan belanjaan sayur mayur yang
dibeli kakak ipar gue? Ndilalah (bahasa
Jawa: kebetulan) itu belanjaan yang isinya kangkung dkk gue yang bawa! Bayangkan
dong gue nyanyi-nyanyi dan jejingkrakan sambil bawa plastik berisi kangkung?
Emang sih jingkraknya nonton Afgan tuh nggak sejingkrak kalau gue nonton Nidji.
Tapi lo harus tau rasanya nonton pertunjukan musik dengan orang-orang di
sekeliling lo yang nggak bawa apa-apa dan elo dengan kerennya bawa plastik
belanjaan dengan akar kangkung yang keluar-keluar. How cool you are!
Belum lagi kalau gue nonton tuh makin lama makin pengen maju
ke depan. Pasti kan harus nyelip-nyelip, tuh. Gue dengan sok santainya,
nyelip-nyelip di antara orang-orang sambil kresek-kresek
(bunyi plastik belanjaan). Sontak, orang yang gue selipin (BOK, PILIHAN KATANYA
NGGAK ADA YANG LEBIH BAGUS YA, BOK?!) langsung menoleh dan tatapannya menuju ke
sumber suara yang ada di antara kaki mereka.
Iya, suara gesekan
plastik dengan akar kangkung yang menjulur-julur ke luar. END LAH POKOKNYA.
END. ENDAAANG WILL ALWAYS LOVE YOU~~ HOOO~~ WA~~ A~~ WILL ALWAYS LOVE YOU~~~
*mari kita lupakan yang barusan*
Saat di lagu ke-7, gue dicolek orang dari belakang.
Gue deg-degan.
Duh, siapa nih yang
nyolek gue?
Colek lagi dong, udah
lama nih nggak dicolek orang #eh
Pas gue nengok…
Eh si kakak ipar, “Ayo Cit udah sore.”
Buyar sudah keriaan siang itu. Gue nggak jadi ikut pulang
ke rumah Afgan suami gue. Gue cek telepon genggam, ternyata sudah
menunjukkan pukul setengah tiga sore. Kami menargetkan pulang sebelum buka
puasa, sehingga kami tidak menuntaskan melihat-lihat barang diskonan.
Dadah Afgan, dadah barang diskonan.