Yang Lain Dong..
(Sekarang harusnya gw ini belajar buat UAS Ekonomi Manajerial besok pagi, tapi di-skip dulu sebentar deh belajarnya.. Mumpung gw ada ide obrolan buat posting.)
Bisa kita flashback sebentar ke sekitar tahun 2002-2003an, dimana muncul fenomena ajang pencarian bakat di layar televisi, yaitu “Akademi Fantasi Indosiar” (AFI). Memang, ajang pencarian bakat yang ditayangkan di televisi seperti ini bukan untuk yang pertama kalinya di Indonesia. Tetapi ada yang berbeda di sini, yakni sistem penilaian menggunakan polling SMS pemirsa. Acara AFI ini terbukti menyedot perhatian pemirsa yang saat itu mulai jenuh dengan kehadiran program televisi yang rata-rata menayangkan sinetron melulu.
Tak lama, program acara seperti itu disusul oleh “Indonesian Idol” yang ditayangkan di RCTI. Hingga akhirnya hampir semua stasiun televisi menayangkan ajang pencarian bakat yang mirip-mirip, bahkan sampai saat ini masih ada yang mempertahankan acara semacam itu namun dengan kemasan yang berbeda, yaitu sistem penilaian menggunakan juri penonton yang hadir di studio. Contohnya saja, juri Vote Lock pada acara “Mamamia”.
Namun, di tahun 2009 ini, RCTI menayangkan program “The Master”. Acara ini juga merupakan ajang pencarian bakat, tetapi bukan bakat dalam bidang tarik suara, melainkan magician. Menurut gw, sukses banget deh konsep acara si Deddy ini (Hahaha, sok akrab gitu gw manggil Deddy Corbuzier dengan “Si Deddy”). Buktinya, sampai saat ini, The Master digelar sampai season 3. Dan hal ini membuat latah stasiun televisi lain. Di SCTV, sekarang ada acara “Uya Emang Kuya” yang menampilkan Uya Kuya sebagai Comedy Magician dan “House of Demian” yang menampilkan Demian Sang Ilusionis. Oke lah, meski konsep acaranya berbeda, bukan ajang pencarian bakat, tapi kan ada benang merahnya: acara magic.
Gw mau beralih ke program musik di televisi. Dulu waktu zaman kita SD, kita cuma bisa nonton video klip di MTV (saat itu MTV masih dipegang sama ANTV). Terus MTV diambil lisensinya sama Global TV. Itu pun nggak full time kita bisa nonton MTV, karena terpotong oleh acara-acara yang dimiliki oleh Global TV. Tetapi sekarang, proram musik udah menjamur di semua stasiun televisi. Dan nilai plusnya, program-program tersebut ditayangkan secara live dan menghadirkan band-band atau penyanyi-penyanyi sebagai pengisi acara. Sebut saja “Inbox”, “Dahsyat”, “DeRings”, “Kissvaganza”, “On The Spot”, dan “Klik” (Untuk “Klik”, tidak live). Wow, mana semuanya rata-rata ditayangkan di pagi hari. Benar-benar pasar persaingan sempurna (Cuilahh bahasanya.. Mentang-mentang besok gw ujian..)
Ternyata, penayangan program musik nggak hanya berhenti di pagi hari saja. Di siang hari, SCTV menelurkan acara “Playlist”, yang konsep acaranya, si bintang tamu diajak ngobrol-ngobrol lebih dalam, tidak sekedar tentang musik saja. Eh nggak lama, RCTI mengusung “HITS” menjadi program musik yang ditayangkan setiap hari pada siang hari (yang mana sebelumnya “HITS” hanya ditayangkan dalam jangka waktu tertentu di malam hari). Agar tidak dikira membuntuti “Playlist, “HITS” menawarkan konsep yang berbeda, yaitu dengan menampilkan aksi magic yang diisi oleh alumni-alumni The Master.
Yang bikin gw geleng-geleng kepala, program musik nggak sampai di siang hari aja, Cing! Sekarang di malam hari juga ada..!! Ck ck ck.. Tadi gw lihat ada “Mantap” di ANTV dan “Metal” di SCTV. Dan keduanya ditayangkan di studio secara live dengan bintang tamu pula! Wuihh.. gimana nggak kaya tuh jadi band atau penyanyi. Setiap hari, setiap waktu, diundang jadi bintang tamu program musik! Menggilaaa..
Tidak bisa dipungkiri, budaya kita masih cenderung budaya meniru. Bosen dong pasti yaa.. kalau setiap hari kita menonton acara yang tidak bervariatif. Pencet channel ini-pencet channel itu samaaa aja acaranya. Mungkin saja kalau ada yang mau sedikit berfikir kritis untuk menyumbangkan ide untuk program televisi lainnya, akan jauh lebih sukses tuh, ketimbang harus meniru dan mengulang-ulang program yang sudah ada.
Cheers!