10.47 -
celoteh,kampus,keluarga
19 comments
Ketika Tiada Hari Tanpa Tugas
Bisa
dibilang saat ini adalah masa-masa sekolah paling sibuk dari jenjang sekolah
manapun yang pernah gue alami. Tugas belum selesai, bahkan belum tersentuh
sekali pun, sudah ada tugas lain datang menanti. Begitu seterusnya, tidak
pernah berhenti. Terus menghantui hingga akhir semester nanti. Jam tidur
dikurangi, zona nyaman pun mulai dikebiri.
Meski
sudah tahu resiko dari kembali berkuliah, gue pun menghadapi dengan setengah
marah. Gundah. Gelisah. Sampai pasrah.
Hingga
akhirnya penat ini gue keluarkan dari mulut untuk disampaikan kepada orang tua
gue.
Di
suatu makan siang, duduklah gue dan nyokap di depan meja makan. “Aduan” pun
dimulai:
Gue
(G) : Bu, menurut aku, yang
sepantasnya kuliah S2 itu anak SD, bukan orang-orang dewasa.
Nyokap
(N) : Kenapa emangnya?
G : Ya karena anak SD itu urusannya belum
banyak. Orang dewasa kan urusan dan masalahnya lebih kompleks, ngurusin anak
lah, punya kerjaan juga lah. Berarti yang harusnya punya banyak tugas itu anak
SD dong, bukan orang dewasa yang nggak punya banyak waktu?!
N : (dengan tenang menjawab) Ya karena dosen kamu itu orang dewasa yang
juga nggak punya banyak waktu, dia harus ngurusin anak di rumah, dan punya
kerjaan lain juga. Makanya dia ngasih tugas-tugas ke kamu supaya bisa ngurusin urusan
yang lain.
G : (diam, cengengesan) Oh iya ya…
Beberapa
hari kemudian, gue kembali mengeluh di hadapan bokap dan nyokap, namun kali ini
“aduan” diarahkan kepada bokap.
G : Aduh pa, tugas aku banyak banget nih.
Temen-temenku juga pada ngeluh belum selesai.
Bokap : Udah
dek, kamu harus bersyukur kamu masih sekolah. Percaya sama papa. Sekolah itu
masa-masa paling enak.
Seketika
itu bokap dan nyokap bercerita sedikit mengenai permasalahan dan
konflik-konflik di dunia kerja. Gue pun kembali tersadar.
Ya,
kalimat-kalimat dari orang tua gue itu menjadi sentilan tersendiri buat gue.
Allah ngasih kesempatan gue untuk kuliah lagi karena Allah percaya bahwa gue
sanggup melewati tantangan ini. Selain itu gue masih disayang dan dipersiapkan
oleh Allah untuk memasuki dunia pekerjaan yang tantangannya “jauh lebih berat”
di depan nanti. Ini semua adalah jalan terbaik yang memang sudah dipilihkan
olehNya. Tentu harus gue jalani dengan sekuat mungkin agar tidak mengecewakan
Allah dan orang tua.
Terima
kasih papa dan ibu : )
NB:
Tulisan ini dibuat untuk siapapun yang sedang dalam keadaan jenuh menghadapi
tugas-tugas kuliah, terutama untuk teman-teman di Linguistik UI 2011.