09.26 -
celoteh,kampus
4 comments
Kisah Citta Pascalulus (Kedua): Habis Lulus Terus Ngapain?
Ya, judul di atas benar-benar
menjadi pertanyaan yang bergema di kepala gue setelah dinyatakan lulus pada
sidang tesis tanggal 20 Januari 2015 lalu.
Bukan, bukan gue galau apakah gue
harus kerja, lanjut S-3, atau menikah setelah lulus S-2 ini.
Pertanyaan ini lebih kepada seputar
langkah-langkah yang harus gue lakukan di kampus setelah menunaikan sidang.
Bagaimana cara mencapai wisuda yang batas waktu pendaftarannya nggak sampai dua
minggu lagi? Bagaimana cara gue untuk mendapatkan ijazah dan transkrip nilai?
Harus ngapain aja?
Setelah sidang, gue langsung
menyambut gembira dengan kelulusan gue yang jatuh tepat di tanggal kelahiran
nyokap gue. Jadi, setibanya sampai di rumah, gue sok-sok melupakan revisi yang
harus gue lakukan selepas sidang. Boleh lah ya, sekali-sekali melupakan tugas
akhir yang sudah gue kerjakan bertahun-tahun lamanya. Gue merasa patut
merayakannya :p
Keesokannya, gue baru menyentuh
laptop lagi. Gue buka catatan-catatan penguji dan pembimbing atas tesis gue.
Kebetulan revisi gue agak tarakdungces.
Sempat panik dan stress mengejar
waktu revisi karena gue bertanya pada teman gue yang lulus pada dua semester
sebelumnya, kata dia, untuk bisa wisuda, gue harus menyelesaikan revisi, dapat
tanda tangan dosen, menjilid tesis, dapat tanda tangan dekan, lalu menyerahkan
tesis ke perpus serta mengunggah jurnal. Namun teman gue memberi catatan, hal
itu berlaku saat dirinya mengurus kelulusan, mungkin saat ini sudah berubah. Dasar
gue orangnya suka keteraturan dan lebih suka segala sesuatunya cepat selesai,
maka, mau nggak mau, empat hari ke depannya gue kembali bekerja di depan laptop
dari pagi sampai pagi lagi. Gue kembali jadi figuran The Walking Dead.
Di sela-sela waktu menyelesaikan
revisi, gue bertanya pada teman gue yang lain yang lulus pada satu semester
sebelum gue, “Mbak, dulu ngumpulin tesisnya ada waktunya atau bebas kapan aja?”
lalu ia menjawab, “Kapan aja, Citta.” Lah, kan gue jadi bingung. Jadi, untuk
mendaftar wisuda, gue harus mengumpulkan tesis terlebih dahulu atau boleh
setelah itu? Hampir setiap hari setelah lulus gue membuka laman pendaftaran
daring wisuda kampus gue. Berkali-kali mencoba log in untuk pendaftaran wisuda, tetapi belum bisa log in karena status gue belum berubah
menjadi “lulus”. Kepanikan bertambah ketika dua orang teman yang lulusnya
berbarengan dengan gue di semester ini, dari luar kelihatan tipe orangnya
santai semua, haha. Jadi setiap gue dapat informasi baru, gue menyalurkan
informasi itu kepada mereka.
Alhamdulillah
target penyelesaian revisi gue tepat waktu dan gue segera menghubungi
pembimbing gue. Gue berencana bertemu beliau hari Senin, tetapi beliau meminta
agar kami bertemu Selasa saja. Gue sudah sempat deg-degan, kekejar nggak nih daftar wisuda semester ini karena
batas terakhirnya tinggal tujuh hari ke depan. Namun gue percaya, apapun yang
terjadi adalah sesuatu yang sudah direncanakan oleh Allah.
Hari Senin, gue kembali mengecek
laman pendaftaran wisuda dan akun gue di sistem informasi akademik. Ternyata...
Status gue yang tadinya “mahasiswa aktif”
sudah berubah menjadi “lulus”.
Tulisan "Lulus"-nya nggak fokus gara-gara ketiban hebohnya nutupin tahun masuk kuliah :p |
Asyik,
resmi sudah status gue sebagai lulusan kampus tercinta! :’) Gue langsung coba log in untuk mendaftar wisuda dan taraaa gue sudah bisa mengisi data-data
yang diperlukan panitia wisuda. Saat itu gue masih setengah senang karena gue
benar-benar masih tidak ada bayangan, apakah benar harus mengumpulkan tesis
terlebih dahulu atau bisa nanti-nanti. Kok
begitu aja dipusingin, Cit? Masalahnya, mendapatkan tanda tangan dekan
membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan waktu pendaftaran wisuda tinggal
sebentar lagi. Hei, tapi lo kan sudah
bisa daftar wisuda! Nah, ini dia yang bikin optimis. Logikanya, kalau
status gue sudah lulus dan bisa daftar wisuda, maka penyerahan tesis tidak ada
sangkut pautnya dengan wisuda. Hipotesis gue ini bisa terbukti benar ketika gue
sudah bisa membayar wisuda. Gue sepakat dengan bokap untuk membayar wisuda di
keesokan harinya. Jika dari sistem menyatakan bahwa gue nggak diperbolehkan
bayar karena belum menyerahkan tesis, terpaksa gue harus menunggu tesis
ditandatangani dekan terlebih dahulu. Tenang
saja, Cit, semua sudah ada jalannya *kibas selimut tetangga* *eh*
Pada hari Selasa, di tengah waktu
menunggu dosen, gue di-SMS bokap yang mengabarkan bahwa beliau sudah bisa
membayar wisuda gue di bank. Yeay! Jadi
juga gue wisuda! Hipotesis gue terbukti sehingga gue nggak perlu
menyerahkan tesis sebelum wisuda. Alhamdulillah-nya
lagi, hari itu gue langsung mendapatkan semua tanda tangan, baik dari
pembimbing maupun penguji. Kemudahan dari Allah yang luar biasa. Mengetahui
bahwa gue bisa wisuda, bukan berarti gue bermalas-malasan mengulur waktu,
sehingga setelah urusan tanda tangan dosen beres, gue langsung meluncur ke
tempat penjilidan (yang berkaitan tentang penjilidan tesis sudah gue ceritakan
di artikel sebelumnya, ya).
Hari Rabu, gue mengambil tesis
kemudian menyerahkannya pada sekretaris dekan. Kata sekretaris dekan, gue akan
memperoleh tesis gue kembali dalam waktu 2--3 hari kerja. Gue pasang tampang
berharap, “Jumat sudah bisa diambil, ya, Mbak?” dan Mbak sekretaris hanya
menjawab, “Mudah-mudahan,” sambil tersenyum. Duh, gue jadi nggak yakin :D
Hari Jumat, gue kembali datang ke
kampus. Gue mendatangi meja sekretaris yang satu lagi, yaitu tempat tugas akhir
yang sudah ditandatangani dekan. Setelah basa-basi dengan mas sekretaris, gue
menyapu pandangan gue di semua tugas akhir yang menumpuk di meja itu. Olala, kok warnanya putih semua (warna
putih = skripsi). “Kalau nggak ada, berarti belum selesai,” kata mas
sekretaris. Baiklah, berarti Senin gue harus ke kampus lagi. Daripada jauh-jauh
Bekasi--Depok tiada hasil, maka gue memutuskan untuk mengambil toga di
Balairung. Nah, cerita tentang toga akan gue lanjutkan di artikel berikutnya,
ya. Semoga Citta nggak malas lupa :p
Hari Senin-nya, gue sudah bisa
mengambil tesis gue dan beberapa lembar pengesahan yang gue selipkan di tesis
yang sudah dijilid. Oh, gue lupa memberi informasi, kalau di fakultas gue
(nggak tahu berlaku di semua fakultas kampus gue atau tidak), untuk mendapatkan
tanda tangan dekan, kami harus menjilid satu tesis terlebih dahulu dan lembar
pengesahan lainnya disisipkan dalam tesis yang sudah terjilid itu. Namun kalau
mau semua sudah dijilid ya sok wae atuh. Berarti lo menyerahkan semua
tesis yang sudah berjilid ke hadapan sekretaris dekan. Selain itu, ada batasan
untuk mendapatkan tanda tangan dekan maksimal sebanyak sepuluh lembar. Saat itu
gue menyelipkan enam lembar pengesahan. Jadi, total tanda tangan dekan yang gue
dapatkan sebanyak tujuh tanda tangan.
Di hari Senin itu gue tidak
langsung menyerahkan ke perpustakaan karena belum mengunggah tesis dan jurnal
ke laman pengunggahan tugas akhir. Namun, di hari gue menuliskan artikel ini,
itu semua sudah gue lakukan. Nanti akan gue ceritakan di artikel berikutnya
lagi, ya :)
Oh ya, dari tadi gue hanya
menyebutkan “kampus gue” aja, ya? Jadi manfaatnya gue menulis ini apa, dong? :D
Sengaja sih nama kampusnya gue sensor :p Kalau mau tahu kampus dan fakultas gue
di mana, silakan lihat di artikel gue sebelumnya. Semua terpampang nyata di
fotonya. Hihi. Lagian, kalau lo sudah sering main ke blog gue, lo pasti sudah
tahu lah, gue kuliah di mana *siapa elu* *minta digaplok banget* :p
Sampai jumpa di Kisah CittaPascalulus berikutnya!