Gue punya seorang kakak laki-laki. Gue hanya dua
bersaudara dan artinya dia satu-satunya saudara kandung yang gue punya. Sebesar
apa cinta gue ke dia? Sebesar cinta gue ke orang tua gue kurang dikit lah, hihihi.
Umur kami hanya terpaut kurang lebih 18 bulan.
Banyak yang bilang kalau kami tidak memiliki kemiripan sehingga teman-teman gue
suka nggak percaya kalau dia itu kakak gue. Karena dia ganteng sedangkan gue
biasa saja dan karena dia pintar sedangkan gue biasa saja *lari ke pojokan kemudian
garuk-garuk tembok sembari nangis sesenggukan
Dia bernama Pramesa Narakusumo. Karena gue berasal
dari keluarga Jawa, maka seharusnya gue memanggilnya dengan sebutan “Mas” namun
tidak untuk gue, karena gue memanggilnya “Emas”. Dari kecil gue sudah terbiasa
menambahkan huruf /e/ di depan kata “Mas”, mungkin lebih enak saja bagi gue
untuk melafalkannya. Tapi akhir-akhir ini gue sering menggodanya dengan
panggilan “Mamen”, “Kakak”, atau “Yoshio”.
Menurut gue, kakak gue adalah seorang KASERBA (KAkak
SERba BisA). Kenapa? Soalnya dia memang serba bisa, mulai dari olah raga, musik,
agama, bahasa, bela diri, kepemimpinan, teknologi, fotografi, ah pokoknya apa sih yang dia nggak bisa? Selain
itu, dia benar-benar bisa menjalankan tugas sebagai kakak dengan baik. Menjadi
pemimpin, teman, sekaligus pembimbing bagi gue, adik semata wayangnya.
Meski gue pernah les renang, orang yang sukses mengajari gue sampai benar-benar
bisa berenang adalah kakak gue. Pernah juga dia mengajari gue main gitar dan
naik sepeda, tapi dasar guenya aja yang bebel jadi nggak bisa-bisa
hahaha.
Gue selalu mengikuti ke mana pun jejaknya
bersekolah. Dari TK sampai SMA kita selalu satu sekolah. Hanya saja ketika
kuliah gue tidak mengikutinya berkuliah di Universitas Airlangga, karena gue
tidak mau berkuliah di tempat sepanas udara Surabaya. Yang menjadi salah satu
alasan gue untuk berkuliah di Malang adalah Malang dekat dengan Surabaya, jadi
kalau kenapa-kenapa kakak gue masih bisa mendatangi gue.
Kakak gue dari dulu sering banget nraktir
gue. Dari zaman gue dan dia sama-sama masih SD, dia sering banget ngejajanin
gue burger mini. Padahal burger mini saat itu harganya menurut gue lumayan
mahal. Jadi, kalau uang dia sudah terkumpul untuk ngejajanin gue, setelah
pulang sekolah kita janjian untuk membeli burger mini di depan sekolah. Karena
uang hasil kumpulannya tidak terlalu banyak, maka dia membelikan gue burger
mini, tetapi kakak gue sendiri hanya membeli kentang goreng (yang harganya
lebih murah dari burger mini).
Pernah juga, suatu hari dia mengajak gue untuk
membeli es serut bertangkai yang disiram limun warna-warni (gue nggak tahu nama
resmi esnya apa). Sebenarnya gue nggak boleh minum es-es pinggir jalan begitu
sama orang tua gue, karena gue memiliki tenggorokan sensitif. Setelah pulang
sekolah, seperti biasa kita janjian di depan sekolah. Lalu kami membeli es
serut. Gue memilih es serut yang dicetak kerucut, sedangkan kakak gue memilih
es serut yang dicetak Teddy Bear. Kenapa bukan gue yang milih bentuk Teddy
Bear? Soalnya gue melihat es serut yang berbentuk kerucut lebih banyak (rakus
kan gue), dan dasarnya kakak gue selalu mengalah, jadinya dia pasrah saja makan
es serut yang bentuknya unyu itu hahaha. Kami melahap es tersebut di taman
dekat sekolah sambil berjanji, “Jangan bilang Ibu ya.” Setelah es habis, kami
pulang ke rumah. Seperti biasa, nyokap menyambut kedatangan kami dengan suka
cita. Tidak lama waktu berselang, nyokap langsung menebak, “Hayooo habis makan
es ya?” Gue yang polos langsung menjawab dengan khawatir, “Kok ibu tahu?” Nyokap
pun tertawa, “Itu kelihatan mulutnya pada merah.” Terbongkarlah rahasia kami :D
Kenangan yang menyebalkan banyak juga sih. Namanya
juga kakak beradik, nggak seru kan kalau nggak ada acara “jauh kangen, dekat
berantem”.
Ah, kalau mengingat ini semua gue jadi terharu :’)
Akhirnya, pada umur yang belum menginjak 24 tahun,
dengan yakin dia menikah dengan wanita pilihannya pada tanggal 17 September
2011 kemarin. Inilah salah satu hal besar sebagaimana yang pernah gue ceritakan
di artikel terdahulu. Mengapa bisa menjadi hal besar dalam hidup gue? Ya karena
kakak gue cuma satu dan tentu ini menjadi perubahan di dalam kehidupan gue.
Contoh yang paling sederhana: isi rumah yang sehari-harinya berempat jadi
tinggal bertiga, kecuali di akhir minggu justru bertambah menjadi lima orang
karena kakak gue dan istrinya menginap di rumah orang tua gue. Dari contoh yang
sederhana saja jelas berubah kan? :D
Banyak teman-teman gue yang tidak tahu kalau kakak
gue menikah. Bukan maksud gue menutup-nutupi atau apa tapi karena undangan
memang terbatas sehingga gue tidak bisa mengundang semua teman-teman gue.
Apalagi sistem pertemanan gue itu luas banget, jadi kalau ngundang satu pasti
harus ngundang yang lain, begitu ngundang yang lain harus ngundang yang lain
lagi. Lagipula ini kan bukan acara gue, nanti deh kalau gue yang nikah gue
undang kalian semua! Hehehe.
Foto sesudah kakak gue siraman. Matanya merah. Perih
keguyur air kembang kayaknya.
Sesaat
sebelum akad nikah. Deg-deg-ser. Ki-ka: Bokap, gue, kakak gue, dan nyokap.
Selamat
menempuh hidup baru kakakku tercinta!