Ulang Tahun Tita
Sebelumnya, gue mau memberi tahu sesuatu dulu, kalau ternyata posting gue sebelum ini adalah posting gue yang ke-100. Yeah! Setelah hampir tiga tahun nge-blog, sampai juga deh di posting yang ke-100. HEBAT ya, PRODUKTIF sekali! (menyindir diri sendiri)
Baiklah. Di posting kali ini gue mau melanjutkan cerita yang kemarin (maaf baru bisa posting sekarang, tiba-tiba banyak kegiatan). Tentunya masih berkaitan dengan ulang tahun Tita. Setelah mengadakan kejutan di kosannya, Devi langsung menodong traktiran sama si birthday girl. Mendengar makan-makan gratis gue pun langsung semangat ’45. Bersyukur ternyata Tita mengamini. Lantas kita berdiskusi sejenak untuk menentukan tempat traktiran. Pilihan pun jatuh kepada Illy Cafe (tempat makan di Lai Lai yang pernah gue ceritakan tempo hari).
Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Kami pun sholat Ashar terlebih dahulu. Setelah sholat, kami bersiap-siap. Gue dan Devi langsung ribet mencari bedak.
Saat itu mau nyari bedak aja susahnya setengah mati. Si Devi malah salah pakai shimmer powder dan dengan polosnya Devi bilang, “Ta, lo ngebohongin gue ya? Ini kan bukan bedak...” Terus kata Tita, “Biarin, biar kayak Bella Swan.” Haha geblek banget sih.
Karena gue cuma bisa pakai bedak bayi, makanya gue bersikeras mencari keberadaan bedak bayi. Saking kesalnya gue ngomong, “Ampun deh. Nggak mau gue punya anak kayak Tita!” Tita yang mendengar langsung menyaut,”Mending lo nggak usah punya anak deh, daripada anak lo kayak gue.” Eh buset deh!
Kamarnya Tita sudah seperti dalam permainan hidden object. Sayang banget deh, nggak sempat gue foto. Alibi-nya Tita sih gara-gara waktu dia mau berangkat ke Surabaya buru-buru jadinya belum sempat beresin kamar. Tapi kata Devi itu cuma alasan, karena setiap hari kamarnya Tita kayak begitu. Malah Tita ikut nambahin, “Lo beruntung aja Cit, setiap lo main ke kamar gue kebetulan lagi rapi.”
Bedak bayi milik Tita nggak ketemu juga, akhirnya Tita menyuruh gue untuk kembali ke kosan gue aja. Kebetulan Tita mau minta dianterin Devi untuk mengambil uang di ATM. Rencananya, habis dari ATM, Tita akan menghampiri gue di kosan untuk berangkat bareng naik angkot ke Illy Cafe. Ya masa’ iya, Tita boncengan sama Devi terus gue ditinggal naik angkot sendirian.
Singkat cerita, kami pergi ke Illy Cafe setelah sholat Maghrib. Sedari tadi Tita bilang kalau ke Illy Cafe naik angkot AL. Gue nggak begitu ngeh sama ajakan Tita karena sebenarnya kalau mau lebih enak dan nggak usah nyebrang itu naik angkot GL aja. Tita pun memberhentikan AL. Sampai di daerah Saboten, gue baru sadar. Lah, harusnya naik GL aja ya biar nggak usah nyebrang. Terus gue bisik-bisik ke Tita. Tapi nggak mungkin juga kita turun pada saat itu, karena sudah hampir setengah perjalanan juga.
Devi lebih dahulu sampai di sana dan dia menunggu di luar Illy Cafe. Begitu gue dan Tita sampai, kami masuk dan untungnya belum begitu ramai, jadi kami masih kebagian meja dan tempat duduk. Karena gue baru pertama kali ke sana, entah pelayannya yang kurang sigap entah memang model pelayanannya seperti itu, pengunjung yang memanggil pelayannya terlebih dahulu untuk minta diambilkan daftar menu. Kalau menurut gue sih, restoran atau cafe yang bisa bikin nyaman itu yang pelayan dan pelayanannya cekatan. Jadi jujur aja gue agak kecewa dengan pelayanannya.
Setelah daftar menu di tangan, kami bertiga memilih-milih makanan. Tita yang sudah pernah ke sana langsung merekomendasikan pasta panggang. Gue juga pernah dengar dari Dita (teman gue) kalau di Illy Cafe yang enak pasta panggang-nya. Tanpa berpikir dua kali, gue langsung memesan Pasta Panggang Cheese Spinach (Rp 13.500,-) dan untuk minumnya gue pilih Ice Hershey Hazelnut Chocolate (Rp 16.500,-). Tita memesan Nasi Panggang Japanese Chicken Curry dan Earl Grey Tea. Sedangkan Devi memesan Burger (apa gitu gue lupa namanya) plus Cheese dan Jus Durian. Maaf gue nggak begitu ingat untuk harga makanan/ minuman di luar pesanan gue sendiri, kan lagi ditraktir, masa’ iya gue perhatikan harganya satu-satu, risih juga lah gue hehe. Oh ya, karena pesan tiga minuman, Illy Cafe menyediakan snack gratis yang bisa kami pilih sendiri. Saat itu kami memilih jamur crispy.
Lanjut ke pesanan Tita yaitu Nasi Panggang Japanese Chicken Curry. Ini menurut gue enak banget. Bumbu kari yang penuh rempah itu benar-benar berasa dan aromanya juga sangat oke. Untuk minumannya, Earl Grey Tea gue nggak nyobain. Jadi nggak bisa komentar.
Nasi Panggang Japanese Chicken Curry
Earl Grey Tea
Yang terakhir, kita bahas makanan yang dipesan Devi. Burger apa ini namanya gue lupa, ukurannya besar. Lapisan dalamnya terdiri dari daging sapi dan telur. Karena Devi memesan plus cheese jadi tentunya ada keju juga. Karena gue minta burgernya dipotongin sama Devi, gue kurang tahu apakah ada sayur atau nggak di dalamnya, gue cuma menyicipi yang ada bagian daging sapi dan telurnya aja. Sedangkan untuk Jus Durian gue nggak nyobain dan lupa nanya sama Devi rasanya spesial atau tidak.
Burger plus Cheese
Jus Durian
Kami nggak lupa untuk membawa cupcakes ulang tahun Tita untuk dinyalakan kembali lilinnya. Buat gaya foto-foto aja gitu. Sampai salah satu pelayan di sana sempat nanya ke gue, “Mbak, ada yang ulang tahun?” terus gue jawab, “Iya mas.”
The Birthday Girl
Gara-gara dibawa di dalam dus, si kelinci telinganya putus, kodok udah kayak alien, beruang mukanya peang
Kemudian Devi memesan air putih lagi untuk menetralisir segala makanan yang telah dimakan. Lucu deh, dikasih potongan jeruk nipis.
Jadi mirip tequila :p
Karena rasa-rasanya masih membutuhkan makanan, kami memesan snack lagi. Kali ini mix snack yang terdiri atas sayur (bayam) crispy, jamur crispy, dan onion crispy. Begitu terhidang di atas meja, Devi dan Tita hanya melahap beberapa dan mereka merasa kenyang. Gue yang nafsu makannya akhir-akhir ini mendadak gila-gilaan, bersedia untuk menghabiskan semuanya. Semua tanpa bekas sedikit pun. Rakus! :D
Mix Snack yang tumpah ke dalam perut gue semua
Tidak lama setelah itu, Tita membayar kemudian kami pulang. Devi melaju terlebih dahulu menggunakan motornya. Gue dan Tita menunggu angkot. Di jalur tersebut ada dua kemungkinan angkot yang lewat, yakni AL dan GL. Padahal waktu belum menunjukkan pukul 20.30 WIB namun tak ada tanda-tanda kedua angkot tersebut lewat. Jalanan masih cukup ramai dengan kendaraan-kendaraan pribadi dan sesekali taxi. Nyebelinnya Malang ya begitu itu, angkot udah susah banget di atas jam delapan malam. Gue dan Tita mulai gelisah karena kosan kami tutup jam 21.30 WIB. Gue akhirnya mengirim SMS kepada Devi untuk balik menjemput kami tapi tidak ada respon. Hingga pukul 21.00 WIB angkot belum nampak juga dan Tita menyuruh gue untuk menelepon taxi. Begitu taxi datang, kami langsung naik dan di tengah perjalanan dengan polosnya Devi balas SMS: “Kenapa Cit?” lalu gue tunjukkan ke Tita, kata Tita, “Bilang aja: Nggak ada apa-apa.” Haha. Akhirnya gue bilang ke Devi kalau kita berdua sudah naik taxi dan Devi minta maaf sebesar-besarnya.
Akhir cerita, gue dan Tita terselamatkan karena pintu kosan kami masing-masing belum dikunci. Alhamdulillah. Sekian lika-liku ulang tahun Tita pada hari itu. Terima kasih untuk Tita atas traktirannya : )