Sabtu, 23 April 2011

Di Balik Layar Ulang Tahun Tita

Tanggal 22 April 2011 adalah Hari Bumi berikut hari ulang tahun teman kampus gue, Tita Pradiptia.

Tita ini bukan teman kampus biasa, melainkan juga seorang teman yang ngekos di kosan samping kosan gue (jadi kalau ke sana gue tinggal ngesot dan pakai celana pendek doang) dan juga teman yang mau ngedengerin segala cerita-cerita gue yang (seringnya) nggak penting.

Selamat ulang tahun ya, Ta. Doanya udah di SMS. Gue yakin doa gue itu doa yang paling spektakuler buat lo. Hehe.

Oke. Sekarang gue mau cerita tentang betapa hebohnya gue dan Devi yang sengaja memberikan kejutan ulang tahun untuk Tita.

Berawal dari sebuah pesan singkat yang masuk ke telepon genggam gue di pagi hari yang rupanya dari Devi. Dia mengajak gue untuk membeli kue. Karena saat itu gue belum bangun, jadi gue membalas setelah setengah jam kemudian. Gue tunggu satu menit, dua menit, tiga menit, nggak dibalas-balas juga, akhirnya gue menyimpulkan kalau Devi tidur lagi saking kesalnya SMS yang dia kirim ke gue nggak gue balas (bener nggak Dev?). Tapi setelah kira-kira satu jam berikutnya, Devi balas SMS gue dan gue ngajak pergi beli kuenya siang hari saja, soalnya Tita masih di rumah tantenya.

Devi juga nyuruh gue untuk SMS Tita, nanyain kapan dia balik ke kosan. Biar kita tahu patokan waktu yang tepat buat ngasih kejutan. Dasar gue anaknya nggak bisa bohong (ehem), makanya gue takut kalau Tita curiga, kenapa tiba-tiba gue nanyain kapan dia balik ke kosan, jadi gue nggak mau nanya apa-apa ke Tita. Gue menyuruh balik Devi agar dia saja yang bertanya seperti itu ke Tita. Untuk sementara, masalah selesai.

Kemudian, waktu menunjukkan pukul 14.10 WIB, Devi SMS gue lagi, ngajakin keluar beli kue dan dia bilang kalau Tita nggak membalas SMS-nya Devi waktu nanya kapan Tita balik ke kosan. Akhirnya Devi membujuk supaya gue aja yang SMS Tita, mungkin aja kalau gue yang SMS mau dibalas sama Tita. Lalu, terjadi percakapan yang sengit lewat SMS kira-kira seperti ini:

Gue (G): “Gue bilang apa dong ke Tita?”

Devi (D): “Ta, lo ada di mana?”

G: “Oke, bentar ya. Tapi lo yang nanggung ya kalau Tita curiga.”

D: “Iyeee.”

----- Dan gue pun mengirim SMS ke Tita:

G: ”Ta, lo di mana? Masih di Surabaya atau udah di kosan?” (improvisasi dikit lah, biar nggak curiga)

Tita (T): “Masih di rumah tante. Nanti sore balik ke kosan.”

----- Gue panik, gue langsung SMS Devi:

G: “Dev, Tita bales: Masih di rumah tante. Nanti sore balik ke kosan. Terus gue bilang apa lagi dong?” (saking paniknya dan takut bohongnya ketahuan, gue mesti diskusi dulu sama Devi si pakar kebohongan, hihi ampun Dev)

D: “Bilang gini: Gue nanti ke kosan lo ya, mau cerita, pusing nih gue memasuki dunia kerja.”

----- Gue SMS Tita lagi:

G: “Nanti kalau udah di kosan kabarin gue ya, gue pengen ngegosip hehehe.”

T: “Oke, nanti ngobrolnya di atas aja ya soalnya kamar gue agak berantakan.”

Case closed.

Setelah itu Devi menjemput gue untuk membeli kue. Devi cerita kalau Tita minta Devi untuk menjemputnya dari rumah tante ke kosan Tita. Tapi Devi beralasan kalau dia belum mandi jadi mau menjemput Tita pas sore hari aja. Padahal gue dan Devi saat itu sedang dalam perjalanan menuju sebuah bakery.

Sampai di sana, pilihan jatuh kepada cupcakes yang imut-imut ini.

Tidak lupa, kami juga membeli satu pak lilin ulang tahun. Kemudian Devi mengantarkan gue kembali ke kosan lalu Devi pergi untuk menjemput Tita. Gue masuk ke dalam kosan dan harus memutar otak sendirian, bagaimana cara lilin-lilin tersebut berdiri tanpa merusak cupcakes. Gue hampir memindahkan cupcakes ke atas piring kemudian lilin-lilin tersebut gue tempel menggunakan double tape di atas piring. Ternyata pas gue coba, si lilin nggak mau nempel. Akhirnya cupcakes gue taruh lagi ke dalam dus. Terlintas ide lagi, bagaimana jika di dalam dus gue masukkan potongan-potongan kertas bekas supaya lilin bisa berdiri di antara potongan-potongan kertas tersebut. Ah, tapi gue mikir bakalan kelamaan gunting-gunting kertasnya.

Di tengah-tengah berpikir, gue ingat kalau nggak punya korek api. Percuma ada lilin tapi nggak ada korek api. Lantas gue SMS Devi:

G: “Dev, lupaaa gue nggak punya korek.”

D: “Sama, gue juga.”

Udah. Begitu doang. Nggak ada usaha si Devi mau beli korek api kek. Saking sibuknya gue mikir jadinya gue nggak balas SMS Devi lagi. Masalah korek bisa dipikir nanti.

Bingung. Gue mikirin cara agar lilin bisa berdiri tega di atas dus kue. Harus ada suatu media yang bisa menahan lilin tetap berdiri. Aha! Untung saja gue masih menyimpan styrofoam bekas gue sama teman-teman bikin iklan untuk salah satu mata kuliah. Lalu gue potong-potong deh itu styrofoam jadi enam balok untuk dua belas lilin (satu balok styrofoam untuk dua batang lilin).

Masalahnya, kalau gue taruh styrofoam berikut lilin di atas dus, gue khawatir akan jatuh dan dus bisa terbakar begitu api dinyalakan. Maka, gue tempelkan menggunakan lem supaya kuat.

Dan jadinya seperti ini.

Pekerjaan gue selesai. Korek api sudah gue temukan di bawah meja televisi kosan gue. Tidak lama Devi SMS gue memberi tahu kalau dia dan Tita sudah di kosan Tita. Gue nyuruh Devi untuk pura-pura pulang, agar Devi bisa ngebantuin gue bawain kue dari kosan gue ke kosan Tita. Eh ternyata Tita melarang Devi untuk pulang dan Tita menyuruh Devi untuk menunggu gue di kosannya. Damn. Kacau, saudara-saudara.

Gue pun SMS Devi lagi, untuk mencari alasan agar bisa bantuin gue bawa kue. Beruntung, Tita sedang sibuk di lantai atas sehingga Devi bisa menyelinap turun dan menjemput gue yang sudah berada di depan kosan.

Sampai di depan pintu kosan Tita, Devi menyalakan api dan menyulutnya ke sumbu lilin.

Setelah itu kami masuk ke kosan Tita. Gue memanggil-manggil Tita, “Titaaa...” Tak lama Tita yang berada di lantai atas menjawab, “Iya. Masuk aja ke kamar gue.” Gue pun masuk ke kamar Tita dan pura-pura menyapa Devi, “Eh Devi...” (bagus kan akting gue, menghayati banget).

Karena si Tita nggak turun-turun dan gue takut lilinnya keburu habis, akhirnya gue keluar dari kamar dan menunggunya di luar sambil manggil-manggil Tita. Sebenarnya bukan hanya khawatir lilinnya meleleh, melainkan muka gue juga kepanasan karena terpancar sinar lilin.

Hot banget euy!

Yang ditunggu akhirnya turun. Gue dan Devi teriak, “SELAMAT ULANG TAHUN!” Tita pun senyam-senyum girang. Gue minta tolong Devi untuk ngefotoin. Tiba-tiba Tita ngomong, “Eh, gue nggak pakai jilbab!!!” Terus gue bilang, “Halah biarin deh nanti foto lagi.”

Berhubung Tita nggak pakai jilbab, jadi gue samarkan. Tita kelihatan seperti teroris.

Muka gue pas gelap begitu mirip Eriska Reinisa :p

Habis itu kita masuk ke kamarnya Tita. Tita bilang, “Cit, gue kan udah mandi nih. Gue tinggal pakai baju baru deh buat foto-foto.” Gue yang mendengarnya langsung pengin mati berdiri.

Sambil menunggu tiba membereskan diri, gue dan Devi sibuk foto-fotoan sendiri sama cupcakes. Dan maaf Ta, di sini nggak ada foto lo. Tunggu di posting berikutnya :)

Devi: Selamat ulang tahun Tita!

Iya iya.. Gue tahu gue gendutan sekarang. Nggak usah komentar macem-macem deh. Hehe.

Hingar bingar kejutan ulang tahun Tita cukup sampai di sini, sesuai dengan judul yang gue kasih: Di Balik Layar. Kalau acara ulang tahunnya sih masih ada lagi. Silakan berkunjung di posting selanjutnya : )


2 comments:

huaa seru banget yah ngejutin temen yang ultah. jadi inget kemarin temen saya ultah juga dikejutkan dengan cara yang sama. hehehe...


hemm saya tau kenapa cupcakesnya beli tiga.. biar bisa dimakan satu-satu kaan.. hayo looh.. hahaha

Haha ketahuan deh.. Jadi malu :p
Niatnya sih begitu, tapi karena kekenyangan jadi cupcakes-nya semua buat si birthday girl kok mas :)