Senin, 04 April 2011

Muda Selamanya


Nah ini dia posting yang telah gue janjikan di posting sebelumnya.

Setelah yudicium kemarin itu, gue dan teman-teman berencana untuk pergi ke suatu tempat. Awalnya, salah seorang teman gue yang bernama Dita, memang sudah lama mengajak gue untuk makan di Lai-Lai. Lai-Lai sebenarnya merupakan sebuah supermarket buah terkenal di Malang, dan belum lama ada sebuah restoran yang “bermukim” di dalamnya (Halah, “bermukim”. Tolong dibenarkan dong ini bahasanya). Dita sudah pernah ke sana terlebih dahulu, dia bilang di sana makanannya enak-enak, berbagai jenis pasta. Gue yang penggemar pasta ini langsung semangat ingin segera ke sana. Namun apa daya, karena kesibukan gue yang tidak bisa ditunda (uhuk) akhirnya setelah yudicium gue dan Dita janjian makan di sana sambil mengajak teman-teman yang lain.

Kami janji akan bertemu di Lai-Lai jam tiga sore. Karena gue rempong, jadinya gue berangkat bareng Dhepoy, Winni, dan Anti jam setengah empat sore. Sampai di Lai-Lai, Anti melihat pintu kaca restorannya bertuliskan “Tutup”. Akhirnya kami pun bertanya ke dalam Lai-Lai. Ternyata restoran tersebut setiap hari Kamis tutup. Inilah lucunya, ada ya.. restoran yang setiap hari Kamis tutup.

Nggak asik dong kalau udah rapi-rapi, restorannya tutup, terus kita pulang. Sempat kepikiran mau pindah ke Pizza Hut, karena lokasinya yang paling dekat dengan Lai-Lai. Tapi gue bosan kalau harus ke situ. Berhubung partisipannya bukan hanya kita berempat saja, melainkan ada teman-teman lain yang sedang dalam perjalanan, jadi kita memutuskan untuk menunggu mereka terlebih dahulu. Sambil menunggu teman-teman yang lain, gue, Dhepoy, Winni, dan Anti duduk-duduk di depan Lai-Lai.


Tidak lama kemudian, Dita datang. Lalu disusul oleh kedatangan Didin. Kami berdiskusi sebentar untuk menentukan alternatif tempat makan yang lainnya. Pilihan pun jatuh kepada Java Dancer, sebuah coffee shop yang letaknya tidak begitu jauh dari Lai-Lai. Di tengah perjalanan ke Java Dancer, gue menginformasikan kepada Devi yang masih dalam perjalanan untuk mengganti tujuan ke Java Dancer.

Sampai lah juga kami di sana. Untung tidak begitu ramai, jadi kami bertujuh bisa masuk ke dalam sana. Kebetulan, meja kami dekat sekali dengan televisi dan entah ungkin takdir, yang ditayangkan adalah MTv program musik Jepang dan Korea. Bisa dibayangkan betapa teman-teman gue yang maniak Jepang dan Korea langsung kegirangan. Gue, Dhepoy, dan Anti yang nggak suka Jpop dan Kpop langsung pasang tampang (pura-pura) bete. Hehehe.

Baiklah, mari sekarang kita bahas makanan yang kami pesan. Tapi maaf, foto yang gue ambil cuma makanan dan minuman yang gue pesan saja, punya teman-teman nggak gue foto.

Pas gue lihat daftar menunya, ternyata menurut gue nggak begitu mahal. Ya standar lah, sekitar Rp 10.000 – Rp 30.000 untuk makanan dan minumannya. Gue langsung tertarik untuk memesan hot chocolate with marshmallow tapi ternyata stok marshmallow-nya habis, dengan sedikit kecewa, gue ganti pesanan yaitu hot chocolate with praline. Begitu minuman gue datang, (lagi-lagi) gue kecewa karena suhu minumannya tidak begitu panas, bahkan cenderung hangat-hangat dingin. Dan yang bikin tambah kecewa adalah pelayanannya yang tidak begitu cepat, terlebih untuk penyajian makanan, lama banget sampai gue bete.

Terus, gue pesan makanan apa? Gue memesan waffle. Porsinya pas, tidak terlalu besar. Tapi seperti biasa, setiap gue memesan waffle di manapun, gue jarang menghabiskannya. Entah kenapa, gue selalu ngiler kalau lihat waffle tapi suka enek kalau disuruh menghabiskan. Untungnya, waffle di Java Dancer ini porsinya pas, jadi walau enek sedikit gue berhasil menghabiskannya.

Ada beberapa kejadian lucu di sini. Tiba-tiba ada segerombolan tamu yang datang, salah seorangnya bule. Dengan menggunakan instingnya Devi, mereka adalah pemain bola. Ditambah dengan fakta bahwa keesokan harinya akan diselenggarakan LSI PERSIB VS AREMA di Malang, makin sotoy aja nih kita menyimpulkan kalau mereka merupakan pemain PERSIB. Yang bikin heboh, ketika mereka berdiri di dekat kita, aroma parfumnya itu lhooo, nge-jreng gila! Kayak pakai minyak nyong-nyong. Hehehe. Tapi sepertinya sih memang benar kalau mereka itu pemain bola, soalnya tiba-tiba si bule memanggil pelayan untuk memindah saluran televisi ke stasiun televisi yang sedang menyiarkan LSI pada sore itu.

Kejadian unik lainnya, Dita memesan salah satu menu yang bernama cheese ball. Gue hampir saja mau pesan itu, karena gue memang suka sekali dengan keju, tapi gue berubah pikiran untuk memesan waffle. Setelah cheese ball punya Dita datang, gue langsung ikut menyicipinya, dan rasanya memang enak. Jadi cheese ball di sini adalah lelehan keju yang digoreng (menurut gue sih nggak seratus persen keju, mungkin dicampur dengan tepung) dan berbentuk bulat seperti bakso, terdiri atas lima biji. Lama kelamaan, ternyata Dita merasakan kemualan yang amat sangat terhadap cheese ball. Gue juga udah feeling dari awal kalau terlalu banyak makan cheese ball bisa bikin enek. Tapi ya mau gimana lagi, gue juga udah kekenyangan sama waffle gue, sedangkan teman-teman yang lain juga nggak mau membantu menghabiskan punya Dita. Dengan sangat terpaksa Dita menghabiskannya. Setelah punya Dita habis, tiba-tiba Devi memesan cheese ball dan waktu si bola keju ini datang, gue malah makan punyanya Devi. Dita jengkel setengah mati, “Kenapa kamu tadi nggak bantu aku ngabisin, Cit? Kamu malah melihatku dengan tatapan bahagia waktu aku enek ngabisin cheese ball!” Haha, maaf Dit, pas pesanan Devi datang, aku langsung tergiur begitu saja :D (Sayang banget deh, si cheese ball nggak sempat ke-foto).

Oh ya, gue sempat mengambil foto di bawah ini. Ini adalah dekorasi yang berada di langit-langit coffee shop.

Keceriaan pun haruslah berakhir, karena waktu sudah melewati Maghrib. Tadinya kami berencana untuk pindah ke tempat makan lain untuk makan makanan berat, tapi karena uang mulai sekarat dan beberapa dari kami harus mengurus kegiatan yang lain, jadinya kami pulang ke kediaman masing-masing.




(Ki-Ka): Dhepoy, Devi, Didin, Winni, Anti, Citta, Dita

Walau kita sebentar lagi akan kembali ke kota masing-masing, tidak bisa hura-hura seperti zaman kuliah lagi, tapi ingatlah seperti yang dikatakan oleh Tante Katy Perry: We will young forever!

Sukses ya, untuk semua. Mwah!

5 comments:

seru bangeet sama temen2 makan2 gitu. tapi liat pelayanan sama makanan yang nggak sesuai dengan ekspektasi harga.. hmm rasanya jadi males.

tapi yang penting kebersamaannya.. sama temen2 rame-rame.. priceless!

I'm agree with you and Katy Perry "we will young forever"
fisik boleh menua tapi jiwa harus selalu muda *eaaa hhe*

Mas Gaphe: Iya, harga makanan sama tempatnya sih oke, tapi pelayanannya itu mengecewakan. Yang penting sih makan nggak makan asal kumpul hehehe.

Tiara: Pastinya, hidup jiwa muda :p

wooooooa..... asyiknya kumpul rame2....

Iya dong.. Mumpung masih muda :p