Selasa, 16 November 2010

Idul Adha Versi Anak Kos


Tahun ini merupakan tahun ke-tiga gue merayakan Idul Adha di Malang. Di tahun pertama kuliah, gue masih bisa berlebaran di rumah karena saat itu kalau tidak salah sudah memasuki waktu libur akhir tahun. Sedangkan di tahun ke-duanya, gue di Malang namun sedang berhalangan jadi tidak bisa sholat. Di tahun ke-tiga, nah ini dia.

Ada apa Cit?

Entah ini aib atau bukan, tapi gue hanya sekedar mau berbagi cerita saja. Satu tahun yang lalu, yang masih bertahan di kosan saat Idul Adha hanya lima orang saja yaitu gue, Novi, Usna, Mbak Lia, dan Mbak Sovy. Namun Mbak Sovy sedang berhalangan sehingga yang pergi sholat hanya empat orang termasuk gue.

Kita udah bangun pagi-pagi, semangat menyambut hari raya tersebut. Kita berniat akan sholat di Masjid Besar yang terletak di Jalan Kertopamuji. Jam setengah enam pagi kita semua sebenarnya sudah siap untuk berangkat, namun entah kenapa kita malah santai-santai. FYI, karena kita semua adalah anak Bekasi (kecuali Usna yang rumahnya di Jakarta), biasa sholat Ied jam setengah tujuh atau jam tujuh pagi jika berada di rumah. Maka, gue pun menganggap paling-paling sholat Ied di Malang juga dilaksanakan sekitar jam setengah tujuh-an.

Mendekati jam enam, gue pun memanggil teman-teman untuk segera berangkat ke Masjid. Dan dengan kepedean, gue nanya sama teman gue, “Bawa koran nggak ya?” Secara gue berpikir kita akan menjadi orang-orang pertama yang datang ke Masjid dan mendapat tempat di dalam Masjid. Namun teman gue tetap menyuruh gue membawa koran.

Kita berempat pun berangkat. Ternyata di awal-awal perjalanan, kita mendengar suara imam sudah memulai sholat. Langkah pun langsung kami percepat.

Sesampainya di sana, kita melihat shaf jamaah sudah tumpah sampai ke jalan. Kita pun mendapat shaf paling belakang dan dengan buru-buru memasang koran dan sajadah. Namun apa daya, saat itu sudah memasuki rakaat ke-dua dan kita pun tidak bisa mengejarnya lagi sebab sudah sampai gerakan sujud. OH TIDAAAK!

Jadi, kami hanya sempat mendengarkan ceramah dan tidak lama bangkit berdiri untuk kembali pulang ke kosan. Benar-benar kejadian yang buruk.

Dan tahun ini pun, tidak kalah serunya. Karena tanggal merahnya berada di tengah minggu, jadi banyak anak kos yang nggak pulang ke rumahnya masing-masing. Alhasil ada sekitar sepuluh orang yang merayakan Idul Adha di kosan. Gue sudah wanti-wanti jauh-jauh hari, jangan sampai telat lagi sholatnya.

Jam lima kurang sepuluh pun gue bergegas mandi. Terdengar teman-teman lain pun juga sudah bersiap-siap. Jam setengah enam kurang sepuluh, anak-anak di lantai atas sudah turun lalu nungguin gue dan Vika (kita berdua kamarnya di lantai satu). Tak lama kemudian, kita berangkat ke kampus. Lho, kok ke kampus? Iya, soalnya kita mau sholat Ied di Lapangan Rektorat. Kata Tita, cowok-cowok yang sholat di situ ganteng-ganteng (oke, niatnya melenceng sekali ya gue).

Sampai sana, untung saja kita masih beruntung dapat tempat di sekitar shaf ke-empat wanita. Sebab siang sedikit, shaf sudah tumpah sampai ke jalan.



Sesudah sholat, kita pun berfoto-foto. Gue sengaja bawa digital camera untuk mengabadikan kejadian ini (tuh kan, gue juga heran sebenarnya niat gue apaan sih?).


Lalu, kami pun mencari tempat makanan yang buka. Ternyata warung bubur penuh sesak, isinya pembeli yang sudah kelaparan semua. Tak jauh dari situ, warung tahu telur juga buka. Total hanya dua warung yang buka pada pagi ini (yang kita temui).

Sampai di kos, kita rapat kecil, memikirkan akan makan apa. Nggak lucu kalau makan mie instan. Masa’ lebaran nggak lebaran makannya mie instan. Akhirnya kita memutuskan untuk delivery KFC saja. Paket yang Rp 18.000-an (lupa nama paketnya apa).

Titi menelepon 14022. Sang operator menjawab, “Karena Idul Adha, pengiriman dilakukan mulai jam 1 siang.” DANG! Nggak jadilah, mau lihat kita mati kelaparan kali itu si mbak operatornya.

Akhirnya gue minta tolong sama salah satu adik kos gue yang punya pacar. Minta tolong untuk beliin makanan. Apa korelasinya adik kos yang punya pacar dengan beliin makanan? Kalau punya pacar kan bisa diantar ke mana-mana tuh, nah maka dari itu gue minta tolong adik kos gue buat nyari warung makan yang buka.

Si adik kos pun mencoba menghubungi pacarnya. Akan tetapi telepon genggam pacarnya tidak aktif. Akhirnya si adik kos cerita ke gue kalau pacarnya lagi marahan sama dia. Oh. mai. got.

Pupus harapan, gue pun membuat makanan instan dengan heater. Ya terpaksalah, kalau pagi ini gue nggak makan sama sekali, maag gue bisa makin parah (karena beberapa hari sebelum ini maag gue kambuh).

Sehabis itu gue internetan di kamar. Tiba-tiba adik kos yang tadi, nawarin mau nitip beli makan apa. Ternyata pacarnya sudah bisa dihubungi dan bersedia keluar sama adik kos gue. Yippy. Alhasil sekarang gue sudah bisa bertemu dengan nasi kembali. Lauknya lalapan ayam (teteuuup ya!) :D

Selamat Idul Adha untuk semua!



5 comments:

yampuun mbak,, *geleng geleng* kiki ngga bisa berkata kata.. hahah

Ka Cittaaa.. makasih loh sudi mampir (kaya nama warteg) di blog ak.hehehe..

Oh My Gosh! sumpah itu idul adha yang lumayan mengenaskan!hehehe. masa iya mau makan fast food atau mie instan sih?? tega bener gak ada yang kasih masakan daging gitu?
kan itungannya tetep anak rantau atau musaffir (bener ga si?).hehe

Sukseso kak cita :)

Kiki: Haha, maklumlah, anak muda :p

Lita: Iya bener, anak perantauan = musafir. Tapi mau minta ke mana? Gak enak lah kalo mau ikut ngantri, nanti dimarahin tetangga. Hehe.

wah backgroundnya koq kaya gedung rektorat Unbraw ya? jangan2 anda mahasiswi Unair

Hadeeeh mbah dukun, ngapain saya jauh-jauh sholat ke Unibraw kalau saya mahasiswa Unair? :D
Saya mahasiswa Unibraw. Salam kenal ya mbah :)