Selasa, 16 November 2010

Jauh dari Rumah

Begitu memutuskan untuk kuliah di mana, sama sekali nggak ada ketakutan di benak gue untuk memilih universitas di kota mana yang akan gue tempati. Mau di luar provinsi nggak ada masalah sama sekali. Intinya saat itu yang ada di pikiran gue adalah, harus PTN (Perguruan Tinggi Negeri).

Sama halnya dengan gue, orang tua gue pun memiliki prinsip yang sama. Kuliah jauh juga nggak apa-apa. Meskipun saat itu kakak gue sudah berkuliah di luar provinsi dan gue adalah satu-satunya anak yang masih tinggal di rumah. Selain itu gue juga anak bungsu perempuan. Sejak dulu, orang tua gue selalu membebaskan setiap kegiatan dan keputusan anak-anaknya meski sebelumnya pasti dipertimbangkan secara bersama-sama.

Maka, jadilah gue sekarang ini kuliah di luar kota. Luar provinsi, lebih tepatnya. Rumah gue di Jawa Barat. Gue kuliah di Jawa Timur. Ujung pulau ke ujung pulau, lho.

Di awal kuliah, gue ngerasa senang banget bisa hidup jauh dari orang tua. Emang dasarnya gue suka mencoba hal-hal yang baru, makanya gue nggak ada masalah sama yang namanya hidup merantau dalam kemandirian. Justru menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi gue.

Percaya nggak percaya, dulu gue hampir nggak pernah nangis gara-gara homesick. Tapi di akhir-akhir semester dua gue jadi agak sering nangis gara-gara gue nggak cocok sama kuliah gue di sini. Bisa dibaca deh, kenapa alasan gue nggak cocok sama kuliah gue. Silakan cek di sini dan di sini.

Makanya, berikut adalah tips bagi para orang tua yang akan melepas anaknya ke alam bebas (perantauan):

Pertama, pastikan anak Anda benar-benar menyenangi jurusan atau universitas yang anak Anda pilih. Sebab, contohnya seperti gue ini. Dalam satu atau lebih dari satu malam, anak Anda akan menangis meraung-raung karena tidak sanggup mengerjakan atau memahami tugas kuliahnya. Terlebih saat skripsi.

Gue dan keluarga gue adalah tipe keluarga yang senang berdiskusi. Apalagi kalau sudah menyangkut pelajaran, gue suka sekali bertanya dan bertukar pikiran dengan papa, ibu, dan kakak gue. Ketika di Malang ini, ketka gue mengalami kesulitan di mata kuliah yang ada sangkut pautnya dengan eksak khususnya pertanian, gue sering sekali bertanya sama kakak gue, baik lewat telepon maupun lewat email. Kalau kesulitan di mata kuliah bidang ekonomi, gue sering bertanya kepada bokap gue.

Tapi, secanggih-canggihnya media, sepesat-pesatnya teknologi, bertemu muka memang lebih baik. Anda bisa berdiskusi sepuasnya jika bertemu secara langsung.

Oleh karena itu, lebih baik jika anak Anda tidak akan mengalami kesulitan yang signifikan pada tugas-tugas perkuliahannya nantinya. Sebab anak Anda benar-benar niat dan suka pada jurusan tersebut sehingga jika anak Anda menemui kesulitan, yang dirasakannya hanyalah tantangan yang dapat dilalui dengan mudah. Tidak seperti gue.

Kedua, pastikan anak Anda tidak memiliki penyakit yang aneh. Well, sudah pasti lah ya, kalau anak Anda punya penyakit parah yang membutuhkan bantuan orang lain, sebaiknya memang jangan melepas anak Anda terlalu jauh. Tapi maksud penyakit aneh di sini, seperti penyakit yang gue miliki. Yaitu penyakit nggak doyan makan.

Gue doyan makan, pada saat memang gue lagi doyan makan. Tapi kalau lagi nggak doyan sama makanan APAPUN itu, gue sanggup deh puasa 24 jam sehari (tapi tetap minum lho ya). Sebenarnya penyakit ini sudah ada sejak gue masih tinggal di rumah. Kalau nyokap gue lagi masak makanan yang gue nggak ada yang doyan sama sekali, bisa jadi gue nggak akan makan. Durhaka deh emang gue. Namun untungnya, nyokap gue emang the best lah, pasti beliau berusaha membuat menu lain yang sekiranya bisa gue makan. Nah kalau di kota orang, mau makan apa? Tengok warung makan kanan kiri, udah bosan semua.. Yang terjadi adalah, mati aja lo Cit! Haha. Paling biasanya gue kabur ke mall, cari makanan enak. Makan deh gue sendirian di sana. Yang bikin nyebelin, uang melayang nggak karuan demi makanan enak gara-gara penyakit nggak doyan makan. Sengsara amat deh punya penyakit kayak begini.

Ketiga, berilah kesempatan untuk pindah kuliah jika anak Anda BENAR-BENAR tidak sreg dan tidak sanggup menjalani kuliahnya lagi. Tentunya si anak juga tidak boleh bimbang dalam memutuskan jadi pindah kuliah atau tidak. Korbannya cukup gue aja (emang dasar gue plin-plan).

Yak, gue kira cukup sekian tips tidak bergunanya. Semoga bisa menjadi bahan pertimbangan bagi Anda semua.



0 comments: