Minggu Pagi di Pasar Minggu
Warga Malang pasti sudah tidak asing lagi dengan kehadiran sebuah “pasar kaget” yang hadir di setiap Minggu pagi. Oleh karena dilaksanakan setiap hari Minggu inilah, pasar yang terletak di sepanjang jalan Semeru ini dinamakan dengan Pasar Minggu. Di gerbang masuk Pasar Minggu dari arah Pizza Hut, Anda akan disambut dengan gapura ini.
Oke, sekarang saatnya pengakuan. Gue, sebagai warga perantau yang hampir empat tahun tinggal di Malang, baru satu kali ini pergi ke Pasar Minggu. Berhubung sebentar lagi akan kembali ke Bekasi, maka gue menyempatkan hari Minggu terakhir di Malang untuk pergi ke sana sendirian. Gue bangun jam enam pagi, kemudian gue mandi dan hanya makan satu keping biskuit, lalu berangkat pada pukul tujuh menggunakan angkot GL.
Sampai di sana ternyata sudah banyak orang yang menyesaki jalanan Pasar Minggu. Gue berjalan mengikuti arus sambil melihat barang-barang atau makanan-makanan apa saja yang dijual di sana. Ternyata barang yang dijual seperti “pasar kaget” pada umumnya. Gue tidak menemukan sesuatu yang unik. Ada mainan anak-anak, peralatan rumah tangga, baju, sandal/ sepatu, aksesoris, dan sebagainya. Sedangkan untuk makanan ada jajanan pasar, bubur kampiun, cenil, cilok, sari jeruk, hingga makanan berat seperti bubur ayam, soto, bakso, rawon, sate, siomay/ batagor, dan lain-lain. Untuk harga, gue tidak mengetahui secara pasti karena hanya beberapa stan yang menyantumkan daftar harga. Tapi kalau gue lihat sih harganya masih normal-normal saja, mungkin hanya selisih seribu-dua ribu lebih mahal dibanding harga pada umumnya.
Suasana Pasar Minggu
Gue ingin sekali beli makanan karena gue belum sarapan dan kepala sudah mulai pusing. Tapi begitu melintas, tidak ada yang menarik hati gue. Ditambah lagi dengan kondisi pencernaanyang kurang fit, gue harus selektif dalam memilih makanan. Sempat tertarik dengan bubur kampiun tapi gue pikir nanti saja kalau sudah mau pulang baru gue beli.
Akhirnya gue sampai juga di ujung jalan. Lalu gue kembali memutar untuk memasuki ruas pasar pada arah yang berlawanan dengan ruas pasar yang gue lalui sebelumnya. Mulai dari situ, kaki gue agak keseleo sedikit. Mungkin ini teguran dari Allah karena selama ini gue hampir tidak pernah olah raga. Meski keseleo, gue tetap berjalan dan terus berjalan (halah) hingga kembali ke tempat awal pertama gue memasuki Pasar Minggu. Lalu gue bingung. Apa lagi yang harus gue lakukan? Akhirnya gue berjalan terus untuk mengambil foto-foto ini.
Baliho Malang Tempo Doeloe (MTD) VI
Tugu yang membelah ruas jalan Ijen (Gue nggak tahu nama resmi tugu ini apa)
Perpustakaan Kota
Setelah itu gue memutuskan untuk kembali masuk ke dalam pasar! Gue pikir, keterlaluan sekali kalau gue nggak membeli apa-apa di tempat tersebut. Gue mencari bubur kampiun. Namun di tiga per empat jalan, gue memutuskan untuk kembali karena jika dilanjutkan gue bisa-bisa pingsan di tengah jalan. Kenapa? Pertama, gue sudah pusing dari tadi karena belum sarapan. Kedua, matahari mulai terik. Ketiga, pengunjung makin ramai. Maka, gue putar balik tidak jadi membeli bubur kampiun dan hanya membeli jajanan pasar untuk gue makan di kosan. Harga satu kue-nya Rp 1.500,-.
Cucur Hijau (Kiri), Tahu Crispy Isi (Atas), dan Cum-cum (Bawah)
Dari situ, gue berpikiran untuk mampir ke bakso bakar yang terletak di Jalan Pahlawan Trip. Gue memang sengaja memanjakan diri gue pada saat-saat terakhir sebelum hijrah ke daerah asal. Kebetulan lokasinya bisa ditempuh dengan jalan kaki. Alhasil gue berjalan di sepanjang trotoar Jalan Ijen. Tahukah Anda kalau salah satu impian saya adalah bisa berjalan di trotoar Jalan Ijen? Karena menurut gue Jalan Ijen merupakan ruas jalan paling indah di Malang, ditambah dengan pemandangan rumah-rumah kuno di sisi jalan. Meski setiap tahunnya terdapat festival MTD yang terletak di Jalan Ijen, gue tetap tidak pernah berjalan di trotoarnya, karena festival tersebut berada tepat di tengah jalannya. Maka, momen ini sangat gue nikmati. Walau sering mendapat godaan dari orang-orang yang melintas, gue tetap melaju di sepanjang trotoar dengan hati yang berseri-seri.
Baliho MTD VI mulai dipasang
Sayang kalau nggak ada foto diri (biarin deh kalau ada orang lihat)
Suasana trotoar Jalan Ijen
Salah satu rumah di sudut Jalan Ijen
Sampai di Bakso Bakar Pahlawan Trip, gue memutuskan untuk tidak makan di tempat dan cukup dibawa pulang saja. Gue memesan bakso bakar campur (bakso halus dan bakso kasar) dengan harga Rp 7.500,-/ porsi (satu porsi 5 bakso).
Kemasan dengan cap logo Bakso Bakar Pahlawan Trip
Bakso bakar, kuah, dan saus serta sambal
Setelah itu gue meluncur pulang. Dengan yakinnya, gue jalan ke daerah depan gereja untuk menunggu angkot GL. Sampai di satu tempat dekat angkot-angkot ADL mangkal, gue berhenti. Sempat ditawarkan naik Adl oleh sopirnya, namun gue menggeleng. Gue bersikeras menunggu GL.Waktu terus berlalu dan tak ada satupun angkot GL yang lewat. Gue justru berjalan semakin menjauh dari pangkalan ADL tersebut.
Gereja di Jalan Ijen
Hingga ada sebuah ADL yang melintas lalu gue ditanya, “Mau ke mana mbak?” Gue jawab, “UIN pak. GL lewat sini nggak?” Sopir membalas, “Oh GL nggak lewat sini, yang lewat sini cuma ADL.” Dang! Pengen pukul kepala sendiri jadinya. Lalu gue berjalan menyusuri trotoar Jalan Ijen lagi hingga Museum Brawijaya. Kali ini hati gue sudah tidak merasa riang, karena kaki sudah lelah sekali dan matahari semakin menyengat, ditambah betapa bodohnya karena salah nungguin angkot. Sampai di Museum Brawijaya gue naik angkot GL. Di atas angkot gue berpikir, tahu begitu pas di Bakso Bakar Pahlawan Trip gue langsung jalan tembus ke daerah Dempo aja supaya bisa langsung naik GL. Ah serba kebodohan deh tadi -____-
Kalau dirasa-rasa, jika tidak ada kejadian lucu, perjalanan gue hari ini tidak akan ada serunya. Meski merasa bodoh, tapi gue bahagia :)
6 comments:
Wah,pasar kagetnya rame banget
kapan ya saya kemalang?
Iya emang rame banget, saya aja jalan sampai desak-desakan sama orang lain.
Ayo main ke Malang :)
Terima kasih sudah berkunjung.
Bakso bakar enk kali ya...he8...:)
Enak banget! Udah pernah nyoba?
waah, asyik yah, tiap minggu ya kak?
namanya unik "pasar kaget" :P
wkwkwkkk, ada foto diri juga, narsisme :D
Ini yang benar namanya Pasar Minggu, kalau "pasar kaget" kan istilah yang sudah lazim untuk pasar yang diadakan di tempat/ waktu tertentu yang aslinya bukan pasar.
Iya dong, foto diri sih biar tetap eksis :p
Posting Komentar