Menguji Kepekaan Sahabat
Hari ini gue ulang tahun. Gue memanfaatkan momen ini untuk menguji tingkat kepekaan dan perhatian sahabat-sahabat terhadap gue. Bagaimana caranya? Gue sengaja tidak menampilkan tanggal hari lahir gue di situs jejaring sosial Facebook. Untuk Anda yang memiliki akun di situs tersebut pasti sudah paham, jika ada teman yang berulang tahun pada hari itu pasti akan muncul semacam peringatan di sebelah kanan atas.
Hal ini sebenarnya sudah gue rencanakan dari tiga bulan yang lalu. Namun gue berpikir, mungkin gue tidak akan melakukannya untuk tahun ini, alasannya sederhana, karena gue (masih) ingin diberi ucapan selamat oleh teman-teman. Akhirnya dua hari yang lalu gue berubah pikiran lagi, dan segera mengubah pengaturan tampilan hari lahir di Facebook, menjadi tidak tampil.
Dan bagaimana hasilnya, saudara-saudara? *drumroll
Hari ini merupakan hari ulang tahun paling sepi ucapan dari teman-teman. Sedih? Iya. Tapi bukan karena gue gila hormat atau ingin diberi ucapan, melainkan lebih kepada betapa tidak peka dan pedulinya orang-orang yang sudah gue anggap sebagai sahabat gue. Bagaimana tidak, puluhan orang yang gue anggap sebagai teman dekat, hanya segelintir orang yang masih perhatian terhadap hari ulang tahun gue.
Biasanya, lewat tengah malam, telepon genggam gue sudah ramai dengan ucapan-ucapan. Sekarang tidak ada, baru pagi harinya telepon genggam berbunyi. Teman-teman yang mengirim SMS adalah Ica, lalu disusul Ami, Usna, dan Lia.
Dua-tiga tahun terakhir ini notifikasi Facebook bisa mencapai ratusan jumlahnya akibat kebanjiran ucapan selamat ulang tahun di wall gue. Sekarang, hanya satu orang yaitu Sari (salah seorang anggota geng gue di SMP *ceilah geng) dan itupun ditunggangi komentar oleh Hari, teman sekelas gue waktu SMP. Teman-teman lain satu geng semasa SMP pun tak ada yang mengucapkan. Teman SMA, cuma Lia. Teman kuliah yang dekat, cuma Usna. Sahabat gue dari SD juga tidak mengucapkan. Ya anggap saja mereka “terlalu” sibuk dengan urusan mereka masing-masing sehingga urusan sekecil mengucapkan selamat ulang tahun kepada sahabatnya saja harus lupa.
Oh ya, ada satu teman yang malah menurut gue tidak begitu dekat dengan gue semasa SMP, justru mengucapkan. Kenapa dia bisa ingat? Karena ulang tahun gue sama dengan ulang tahun Mark Westlife (ya, silakan pingsan :D). Tapi gue sangat mengapresiasi kejujuran dan perhatiannya.
Karena yang gue bahas di sini mengenai teman-teman, maka keluarga yang mengucapkan selamat tidak gue turut sertakan. Sudah pasti, orang-orang pertama yang mengucapkan langsung adalah bokap, nyokap, kemudian kakak gue.
Lagipula sebenarnya, gue tidak begitu mengistimewakan hari ulang tahun. Hal ini sudah gue biasakan semenjak lima tahun yang lalu. Karena pada tahun 2006 itulah gue mendapatkan banyak pelajaran yang menyadarkan gue, betapa tidak pentingnya arti sebuah ulang tahun. Tapi yang ingin gue uji di sini adalah atensi dari teman-teman dekat gue. Dan nyatanya pengujian itu benar-benar membuat gue cukup sedih melihat kenyataan bahwa: halooo, segini aja ya, perhatian lo ke gue?
Jika ada sahabat yang berulang tahun, gue membiasakan diri langsung mengirim SMS kepada mereka. Tanpa melihat peringatan di Facebook-pun biasanya gue sudah sadar, karena gue selalu mencatat tanggal lahir mereka di kalender telepon genggam.
Menurut gue, orang yang mengucapkan lewat SMS masih lebih “mulia” dibandingkan orang yang mengucapkan lewat situs jejaring sosial.
Karena terkadang orang-orang hanya “kebetulan” saja untuk mengucapkan ketika dia sedang membuka situs jejaring sosial dan melihat bahwa kita sedang berulang tahun hari itu. Bukan benar-benar ingat akan ulang tahun kita. Lagi pula, mengirim ucapan lewat SMS juga terlihat lebih “mengeluarkan usaha” dibanding mengucapkan melalui situs jejaring sosial (semoga Anda mengerti dengan arti “mengeluarkan usaha” di sini).
Gue tidak akan menganggap bahwa di sini kelihatan siapa yang benar-benar teman, karena menurut gue kadar pertemanan tidak ditunjukkan melalui sekadar ucapan selamat ulang tahun.Tapi gue akan lebih menganggap bahwa siapa teman-teman yang benar-benar peduli, perhatian, dan peka terhadap gue.
Kalau hari lahir sahabat saja sudah lupa, bagaimana dia bisa peka dengan masalah besar kita?
Untuk masalah ulang tahun, gue nggak butuh kado. Meski kado merupakan bentuk konkret dari sebuah perhatian. Tapi apalah gunanya jika bentuk konkret tidak diselaraskan dengan bentuk perhatian dari hati. Bukan begitu?