Senin, 22 Juni 2009

Yang Lain Dong..

(Sekarang harusnya gw ini belajar buat UAS Ekonomi Manajerial besok pagi, tapi di-skip dulu sebentar deh belajarnya.. Mumpung gw ada ide obrolan buat posting.)


Bisa kita flashback sebentar ke sekitar tahun 2002-2003an, dimana muncul fenomena ajang pencarian bakat di layar televisi, yaitu “Akademi Fantasi Indosiar” (AFI). Memang, ajang pencarian bakat yang ditayangkan di televisi seperti ini bukan untuk yang pertama kalinya di Indonesia. Tetapi ada yang berbeda di sini, yakni sistem penilaian menggunakan polling SMS pemirsa. Acara AFI ini terbukti menyedot perhatian pemirsa yang saat itu mulai jenuh dengan kehadiran program televisi yang rata-rata menayangkan sinetron melulu.


Tak lama, program acara seperti itu disusul oleh “Indonesian Idol” yang ditayangkan di RCTI. Hingga akhirnya hampir semua stasiun televisi menayangkan ajang pencarian bakat yang mirip-mirip, bahkan sampai saat ini masih ada yang mempertahankan acara semacam itu namun dengan kemasan yang berbeda, yaitu sistem penilaian menggunakan juri penonton yang hadir di studio. Contohnya saja, juri Vote Lock pada acara “Mamamia”.


Namun, di tahun 2009 ini, RCTI menayangkan program “The Master”. Acara ini juga merupakan ajang pencarian bakat, tetapi bukan bakat dalam bidang tarik suara, melainkan magician. Menurut gw, sukses banget deh konsep acara si Deddy ini (Hahaha, sok akrab gitu gw manggil Deddy Corbuzier dengan “Si Deddy”). Buktinya, sampai saat ini, The Master digelar sampai season 3. Dan hal ini membuat latah stasiun televisi lain. Di SCTV, sekarang ada acara “Uya Emang Kuya” yang menampilkan Uya Kuya sebagai Comedy Magician dan “House of Demian” yang menampilkan Demian Sang Ilusionis. Oke lah, meski konsep acaranya berbeda, bukan ajang pencarian bakat, tapi kan ada benang merahnya: acara magic.


Gw mau beralih ke program musik di televisi. Dulu waktu zaman kita SD, kita cuma bisa nonton video klip di MTV (saat itu MTV masih dipegang sama ANTV). Terus MTV diambil lisensinya sama Global TV. Itu pun nggak full time kita bisa nonton MTV, karena terpotong oleh acara-acara yang dimiliki oleh Global TV. Tetapi sekarang, proram musik udah menjamur di semua stasiun televisi. Dan nilai plusnya, program-program tersebut ditayangkan secara live dan menghadirkan band-band atau penyanyi-penyanyi sebagai pengisi acara. Sebut saja “Inbox”, “Dahsyat”, “DeRings”, “Kissvaganza”, “On The Spot”, dan “Klik” (Untuk “Klik”, tidak live). Wow, mana semuanya rata-rata ditayangkan di pagi hari. Benar-benar pasar persaingan sempurna (Cuilahh bahasanya.. Mentang-mentang besok gw ujian..)


Ternyata, penayangan program musik nggak hanya berhenti di pagi hari saja. Di siang hari, SCTV menelurkan acara “Playlist”, yang konsep acaranya, si bintang tamu diajak ngobrol-ngobrol lebih dalam, tidak sekedar tentang musik saja. Eh nggak lama, RCTI mengusung “HITS” menjadi program musik yang ditayangkan setiap hari pada siang hari (yang mana sebelumnya “HITS” hanya ditayangkan dalam jangka waktu tertentu di malam hari). Agar tidak dikira membuntuti “Playlist, “HITS” menawarkan konsep yang berbeda, yaitu dengan menampilkan aksi magic yang diisi oleh alumni-alumni The Master.


Yang bikin gw geleng-geleng kepala, program musik nggak sampai di siang hari aja, Cing! Sekarang di malam hari juga ada..!! Ck ck ck.. Tadi gw lihat ada “Mantap” di ANTV dan “Metal” di SCTV. Dan keduanya ditayangkan di studio secara live dengan bintang tamu pula! Wuihh.. gimana nggak kaya tuh jadi band atau penyanyi. Setiap hari, setiap waktu, diundang jadi bintang tamu program musik! Menggilaaa..


Tidak bisa dipungkiri, budaya kita masih cenderung budaya meniru. Bosen dong pasti yaa.. kalau setiap hari kita menonton acara yang tidak bervariatif. Pencet channel ini-pencet channel itu samaaa aja acaranya. Mungkin saja kalau ada yang mau sedikit berfikir kritis untuk menyumbangkan ide untuk program televisi lainnya, akan jauh lebih sukses tuh, ketimbang harus meniru dan mengulang-ulang program yang sudah ada.


Cheers!

Senin, 08 Juni 2009

Congrats!

Tadi, gw kuliah Ekonomi Pertanian di FP 3.2. Nggak sengaja mata gw melirik ke arah pintu waktu gw keluar dari ruangan itu. Sejurus kemudian gw melihat sebuah sticker hitam menempel di pintu tersebut. Gw berusaha membaca tulisannya dengan susah payah menggunakan kemampuan mata gw yang minus ini. Ternyata tulisannya adalah: Inaugurasi 2008.


Wow.


Gw setengah nggak percaya gitu. Gw pastikan dengan membacanya sekali lagi. Ternyata gw nggak salah baca. Kebetulan, disamping gw ada Devi sedang berdiri. Langsung gw tanya ke Devi, “Dev, emangnya ada Inaugurasi 2008?” Dan Devi menjawab, “Loh, bukannnya Inaugurasi udah ada malam puncaknya di D3 waktu itu ya?”.


Hah? Gw nggak tau apa-apa loh. Ya secara Devi kan anak Oryza FM pasti tau lah kalau ada acara begitu-begituan.


Gw bukannya mau sok penting atau sok gimana, nggak sama sekali. Cuma menurut gw acaranya kurang promosi aja, buktinya gw nggak tau. Setelah gw pikir-pikir, maklum aja sih kalau gw nggak tau, itu kan acaranya MABA (Mahasiswa Baru), kalau gw kan MALA (Mahasiswa Lama).. Hehehe..


Kebetulan, malam ini tadi gw melewati daerah gedung D3 yang lebih tepatnya adalah lapangan parkir gedung Pascasarjana. Sepintas gw melihat spanduk berwarna merah yang kurang lebihnya bertuliskan: MALAM PUNCAK INAUGURASI PERTANIAN, kemudian dibawah-bawahnya ada tulisan pengisi acaranya dan tanggal acaranya yaitu 5 Juni 2009. Tapi saat itu gw nggak sampai sempat baca tulisan siapa saja pengisi acaranya, sepertinya sih lumayan banyak.


Mmm.. Gw kagum aja gitu sama mereka (panitia acaranya). Mereka bisa mewujudkan Inaugurasi 2008, sekaligus menghidupkan acara tersebut dari mati surinya selama satu tahun lamanya. Gw mau sedikit flashback dengan kejadian di tahun kemarin, dimana sebenarnya gw dan Devi pernah jadi panitia Inaugurasi 2007. Meski hanya satu acara yang terlaksana, yakni reboisasi, menurut gw saat itu kami juga merupakan panitia yang cukup oke. Walaupun setelah itu perencanaan terhadap acara-acara berikutnya diwarnai oleh teramat banyak konflik sehingga tidak terealisasi, hal itu justru menjadi satu pelajaran baru lagi buat gw, mungkin juga untuk teman-teman panitia lainnya. Jujur saja, meski mengecewakan tapi hal itu menjadi pengalaman tersendiri bagi kita semua. Ya nggak teman-teman panitia Inaugurasi 2007?


Baiklah, gw mengucapkan selamat untuk adik-adik Fakultas Pertanian 2008 atas terselenggaranya Inaugurasi 2008. Tetap semangat!!!

Kamis, 04 Juni 2009

Asal Usul Nama Indonesia

Kali ini gw mau bernasionalisme ria.. Berhubung dalam suasana (akan) mengerjakan karya tulis mata kuliah Kewarganegaraan.

Ceritanya, gw sedang mencari referensi dari internet buat tugas gw itu. Pas gw lagi baca-baca gitu, gw menemukan salah satu artikel yang membahas tentang sejarah nama Indonesia.

Pernah, salah seorang teman kuliah gw bertanya kepada dosen mata kuliah Kewarganegaraan gw itu: “Pak, sebenarnya nama ‘Indonesia’ itu berasal dari mana? Apa memang sudah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan dulu?”. Kemudian Si Bapak terlihat tidak bisa menjelaskannya, (dengan raut wajah berfikir) beliau malah menjawab sesuatu yang menurut gw (dan teman-teman lain) bukan jawabannya.

Nah.. Ini nih.. Alhamdulillah kebetulan gw nemuin artikel asal-usul nama “Indonesia”. Buat seorang teman gw yang bertanya itu, dan buat teman-teman gw yang lain.. Atau siapapun yang penasaran dengan sejarah nama negara tercinta kita ini, sok atuh.. Bisa dibaca nih di bawah ini..



Nama Indonesia

Refleksi ini kita awali dengan mengenang kembali nama Indonesia yang mungkin belum dikenal secara luas di tengah masyarakat bangsa Indonesia sendiri. Dalam tahun 1850, George Samuel Windsor Earl (1813-1865) berpendapat bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas, sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Earl sendiri memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini.

James Richardson Logan (1819-1869) juga menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah “Indian Archipelago” terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang tidak dipilih oleh Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah nama Indonesia. Ketika mengusulkan nama Indonesia agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama Indonesia dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.

Adolf Bastian (1826-1905), guru besar etnologi Universitas Berlin, tahun 1884 menerbitkan buku ”Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel” sebanyak lima volume, memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke ”Indonesia” pada tahun 1864-1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan nama Indonesia di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa nama Indonesia itu ciptaan Bastian. Padahal Bastian mengambil nama Indonesia dari tulisan-tulisan Logan.

Orang Indonesia yang mula-mula menggunakan nama Indonesia adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), ketika diasingkan ke negeri Belanda. Pada tahun 1913 mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau. Istilah indonesisch juga diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, istilah inlander sebagai sebutan orang pribumi secara bertahap diganti dengan indonesiƫr (orang Indonesia).

Sumber: Satu Abad Kebangkitan Nasional Bangsa Indonesia

Oleh Team LPPKB ( Posted on June 5, 2008)


Notes: Maaf, gw nggak mencantumkan weblog-nya. Karena gw nggak copy-paste alamatnya.. Maklumlah, di warnet.. Gw buru-buru gitu. Lain kali gw janji akan mencantumkannya. Sekali lagi, maaf..