Jumat, 11 Desember 2009

Hujan





Dahulu aku suka sekali hujan.
Baik tetesan air hujan maupun aroma tanah yang terbasahkan oleh hujan.
Keduanya aku suka.

Aku suka jika hujan datang.
Aku melihatnya dari balik jendela besar di kamar orang tuaku.
Ku nikmati iramanya, keindahan aliran airnya, dan suasana yang meredamkan segala emosiku di kala itu.
Namun kini aku seakan tak mau berteman lagi dengan hujan.
Hujan menjadi musuh bagiku.
Aku pernah bilang kepadanya. ”Aku suka sekali melihat hujan.”
Dengan mata yang berbinar ia menanggapi perkataanku itu, ”Aku juga suka sekali melihat hujan!”
Dari situ aku merasa, dia memang mirip aku.
Aku suka hujan, dia pun suka hujan.
Tak ada yang salah dengan yang sama-sama kami gemari.
Lalu hari itu datang.
Di saat aku benar-benar sudah tak menginginkan dirinya.
Ternyata Tuhan mempunyai skenario yang berbeda, yang terpaksa membuat alur kisah hidupku sedikit bergelombang.
Kamu tahu?
Ia turunkan hujan untukku. Dan untuknya.
”Ayo, kita lihat hujan di situ!” ajaknya.
Aku tak memalingkan muka sedikit pun kepadanya.
Aku hanya menjawab lirih, ”Aku tidak mau.”
Aku tidak tahu apa yang dirasakannya.
Begitu pula dengan apa yang ada dipikiranku saat itu.
Aku tidak tahu.
Hingga akhirnya semua rentetan cerita terhapus begitu saja.
Oh, bukan. Bukan itu yang membuatku membenci hujan.
Hujan kecil yang biasa aku lewati begitu saja kini terasa bagai pedang yang menghadang tubuhku.
Suara hujan yang dulu aku dengarkan sebagai alunan musik merdu kini menjadi bunyi yang paling gaduh yang mengganggu telingaku.
Air yang membasahi jalanan yang dulu aku tersenyum jika melangkahinya kini bagaikan ranjau darat jika terinjak.
Ah. Apakah ini?Salah siapa jika aku tak bisa bersahabat lagi dengan hujan?
Pantaskah aku mengadu pada Tuhan, Sang Penciptanya?
Aku takut jikalau Ia murka.
Maafkan aku hujan, maafkan aku Tuhan. Aku tak suka lagi dengan hujan.

Oleh:

Ketika Aku Dikhianati

Sudah, pergi saja

Aku tak akan memintamu kembali

Akan tetapi

Jika kau minta untuk kembali

Bisa saja aku mengizinkan

Tapi ingat, aku pendendam


Kau boleh saja khianati

Aku bersama peri yang lain

Toh tetap akan bahagia

Menjalani hidup

Meskipun tidak bersamamu


Maaf jika aku ketus

Aku memang begini

Jika kamu belum tahu

Kau memang pantas untuk pergi

Karena kau tak mengenal aku


Mau berkata selamat tinggal

Atau tidak sekali pun

Itu terserah kamu

Aku tak peduli

Aku punya jalan hidupku sendiri

Dan begitu pula kamu

Aku tak mau ambil pusing

Sudah jalani saja hidup masing-masing


Aku tidak akan sedih

Berurai air mata pun tidak

Sedikit kesal aku akui iya

Tapi terlalu banyak kekesalan yang telah aku rasakan

Menutupi kesalahanmu barusan

Jadi, tinggalkanlah saja aku

Aku tidak akan merasa terkhianati olehmu!



Oleh: D. Nariswari

7 Desember 2009

Am I Too Tall?

Gw lagi iseng-iseng liat-liat foto gw bareng keluarga inti gw. Terus gw amati deh, tinggi badan antara gw, kakak, papa, sama ibu gw. Pastinya ya, yang paling tinggi nomor satu itu kakak gw. Kemudian disusul sama papa yang nggak jauh beda sama gw (tapi tetap aja tinggian papa). Yang paling “rendah” ya ibu gw. Hehe.


Ini foto di Rumah YangTi di Surabaya. Lebaran 2009.


Emang sih, kalau menurut apa yang gw inget dari kata-kata guru SD gw, namanya Bu Rina (Hai, teman-teman SD Tunas Jakasampurna Galaxi, masih ingat ibu guru super kita yang satu ini kan?), kalau anak perempuan rata-rata memiliki tinggi diantara ayah dan ibunya. Kalau anak laki-laki baru diatas tinggi ayahnya.
Gw, sering menjadi perempuan yang tertinggi di kelas (sekolah maupun kuliah). Banyak yang bertanya bagaimana cara gw bisa tinggi. Padahal kalau mau jujur nih ya, gw baru berasa tinggi itu waktu SMP. Malah waktu SD gw terhitung setara lah sama teman-teman gw dan bukan menjadi anak yang tertinggi di kelas. Lantas apa yang bisa membuat gw tinggi seperti ini?
Gw kasih tahu nih rahasianya. Sewaktu bulan puasa di kelas 1 SMP, gw setiap sahur minum Energen. Kemudian pas lebarannya, pada saat itu gw berlebaran di Bogor, di rumah tante gw. Di sanalah hampir setiap hari (pagi dan sore) gw berenang, soalnya gratis, hehehe. Langsung aja tuh tulang gw memanjang ke atas. Eh tapi jangan langsung percaya dengan analisis gw diatas. Karena ada faktor X-nya. Mungkin pada saat itu memang waktunya gw sedang pertumbuhan yang benar-benar ”tumbuh” dan yang paling penting, sebetulnya tinggi badan gw ini bawaan dari genetik, guys. Hihihi. Karena dari pihak papa gw, memang tulang-tulangnya cukup ”raksasa” begitu pula dari pihak ibu gw. Meskipun ibu gw yang paling tidak tinggi diantara saudara-saudara kandungnya, tapi kakak dan adik ibu gw punya postur tubuh yang tinggi-tinggi. Jadi, memang sudah bawaan orok makanya gw punya tinggi tubuh yang seperti ini.
FYI, tinggi gw hanya 169 cm kok, teman. Sampai sekarang gw masih suka pengen nambah paling tidak 1 cm lagi aja. Nanggung aja gitu, tinggi kok 169 cm, mau digenapin jadi 170 cm tapi gw nggak tahu gw masih bisa tumbuh atau tidak. Soalnya gw suka ”iri” kalau melihat atau bertemu perempuan yang tinggi badannya di atas gw. Rasanya pengen narik tulang-tulang gw ke atas lagi.
Oh iya, gw juga suka sebal kalau gw jalan sama teman-teman gw yang tingginya di bawah gw tapi mereka kurang percaya diri kalau jalan sama gw. Kalau udah seperti itu gw jadinya salah tingkah dan sedikit ”memendekkan” tubuh gw alias badan gw bungkukkan. Makanya banyak orang yang bilang gw kalau jalan suka bungkuk. Ya karena faktor tersebut, jadi agak kebawa kalau gw jalan agak bungkuk. Tapi kalau gw ingat, pasti gak gw bungkukkin kok, gw gak mau deh jadi si bongkok. Makanya tolong ya teman, jangan menyiksa gw seperti itu.
Barusan saja terbersit di otak gw, perempuan terlalu tinggi itu menyeramkan nggak sih? Yang pasti dapat julukan ”tiang listrik”, ”jangkung”, dan lain-lain itu sih sudah biasa. Tapi kalau gw pribadi sih gw senang mempunyai tinggi badan seperti ini, karena ada manfaatnya juga loh. Gw sering dimintain bantuan sama teman-teman gw untuk menjangkau sesuatu yang letaknya tinggi bahkan sampai menggantikan lampu kamar teman. Kemudian, kalau lagi nonton sesuatu di tempat keramaian, nggak usah berdiri di paling depan juga sudah kelihatan. Dan bermanfaat juga terhadap saluran penafasan gw. Kalau lihat konser yang berdesak-desakan, gw bisa jinjit sedikit dan bisa mendapatkan bantuan sedikit-sedikit oksigen. Hehe.
Jadi, gw nggak akan menyesal telah dianugerahi tinggi badan seperti yang gw punya saat ini. Lagipula, model-model catwalk juga tinggi, bukan?

Selamat Tinggal

Mungkinkah benar aku harus mengucapkan selamat tinggal

Untuk dirimu yang tak pernah lagi muncul di kehidupanku

Dan aku pun harus begitu saja melupakan

Tanpa harus dirimu berpamitan padaku?


Harus setega itu kah aku untuk menghapusmu dari memoriku

Sedangkan terdapat cerita-cerita lucu yang mungkin bisa kita bangun kembali

Untuk dijadikan sebuah perangkat dalam menjalin tali

Entah yang sesuai harapan entah yang hanya seperti itu saja


Tolong, kembalikan suasana seperti dahulu

Yang sama-sama aku ingin kamu dan kamu ingin aku

Berpadu meraih keinginan yang kuat

Meski aku lihat percuma sebab yang aku utarakan ini hanyalah fana


Kini aku tertawa dan berbalut pedih

Sembari menatap ke jalanan yang tak ada kamu

Aku tak tahu kamu ke mana!

Dan tak ada upaya dari sesama kita agar mencari hingga akhirnya bertemu


Sudah, memang aku ingin sudahi saja buruknya petualangan ini

Aku akan menutup misteri cinta ini

Yang aku rasa tak akan pernah berhenti di sebuah titik

Perjumpaan kita yang semestinya akan menjadi satu selamanya


Maaf, jika bukan sekarang, kapan lagi

Jika kamu tiba-tiba datang kembali

Mungkin saja aku tidak akan menerimamu lagi atau bahkan mengusirmu pergi

Agar aku tidak tersakiti dan bisa segera bangkit berdiri



Oleh: D. Nariswari

28 November 2009

Mending Nggak Usah Aja, Deh!

Gw bingung banget deh sama orang-orang. Mau aja merelakan waktu, tenaga, materi, bahkan pikiran untuk mendapatkan sesuatu namun setelah didapatkan akhirnya dicacimakilah sesuatu itu. Eh, pada bingung ya, gw lagi ngomongin apa?
Begini, akhir-akhir ini gw sering melihat tweet-tweet orang-orang yang gw follow dan banyak yang mengeluh mengenai ini dan itu. Tapi yang paling bikin gw tergerak untuk menulis post gw kali ini adalah mengenai keluhan-keluhan terhadap film 2012 dan juga New Moon. Dan hal ini juga tidak terjadi di dunia per-twitter-an aja loh, teman-teman. Tapi juga di dunia nyata kalau gw bertemu dengan orang-orang di sekeliling gw.
Sebelum film 2012 muncul, mereka udah pada heboh aja gitu mau lihat dan penasaran film 2012 itu seperti apa. Ada yang takut lah, ada yang pengen lihat efek-nya lah, pokoknya macem-macem. Begitu film-nya muncul, percaya gak percaya, di Cinema 21 Malang Town Square langsung dibuka dua studio. Udah gitu gak nanggung-nanggung, harga tiketnya dipukul rata Rp 20.000 dari hari Senin sampai Minggu. Ternyata hal itu tidak menyurutkan semangat orang-oang yang mau nonton film tersebut. Terbukti dari antrian ular naga panjangnya bukan kepalang dalam setiap hari penayangan film itu. Kalau nggak salah di bioskop-bioskop lain begitu juga ya? Ngantri dari siang, dapetnya tiketnya buat yang malam. Tapi, pengorbanan yang dilakukan ternyata tidak setara dengan apa yang didapat. Menurut tweet-tweet yang gw baca dan dari obrolan-obrolan gw terhadap teman-teman, mereka justru kecewa dengan film itu. Alasannya sih beragam, ada yang bilang ceritanya aneh, ada yang bilang mengecewakan, yah macem-macem lah.
Lalu, film New Moon. Emang sih, saat gw menulis post ini, film tersebut belum diputer di Malang. Jadinya gw tahu perkembangannya melalui twitter aja. Tweet artis-artis kita banyak yang mengatakan kalau filmnya ngebosenin. Dari beberapa tweet temen-temen gw, dapat disimpulkan bahwa banyak kritikan terhadap film tersebut.
Kira-kira begitulah sekilas laporan pandangan mata dan telinga untuk kedua film tersebut.
Kalau gw sih, untuk film 2012 jujur aja gw gak tertarik buat nonton. Kenapa? Soalnya gw emang kurang suka film-film yang bergenre seperti itu kemudian gw juga sebodo-amatlah sama isu-isu 2012. Jadi nggak ada alasan kuat yang mengharuskan gw untuk menonton film itu. Lagian juga ngantri tiketnya panjang, males banget deh gw. Masih banyak hal-hal bermanfaat yang bisa gw lakukan ketimbang mengantri sampai mati gaya dan bikin kaki gw pegel-pegel. Kalau pun ada yang merekomendasikan gw untuk nonton, lebih baik gw beli DVD bajakannya aja atau meng-copy filmnya dari temen-temen gw.
Jadi intinya begini. Kenapa sih, orang-orang masih aja ribet mengeluh padahal yang dikeluhkan itu adalah sesuatu yang ia perjuangkan sendiri. Iya kan? Contohnya dari film 2012 itu tadi, udah capek-capek ngantri, begitu udah nonton film-nya katanya jelek. Ya sudahlah, lagian lw kan juga bisa memprediksi sebelumnya, film yang mau lw tonton itu bagus atau nggak, jadinya lw bisa memutuskan sendiri, lw harus nonton film-nya atau nggak. Terus, kalau ternyata lw emang udah terlanjur bilang jelek, buang jauh-jauh deh, lw ambil sisi positif dari film tersebut, nggak usah mengeluh terlalu banyak. Gw yakin semakin lw bilang ”jelek”, lw akan bener-bener ngerasa film itu memang sangat jelek.
Semoga peringai tersebut hanya dalam urusan film aja ya. Jadi menurut gw, hargai apa yang telah lw raih, teman. Apa yang telah lw usahakan dan telah lw petik, jangan sampai deh lw injak-injak sendiri. Semua kan pasti ada hikmahnya. Kalau memang gak baik untuk lw lakukan, mending nggak usah aja, deh!

Belanja Murah Meriah


Beberapa waktu yang lalu, gw bersama adik kos gw ke Matahari Pasar Besar Malang. Di sana gw melihat ada diskon untuk T-shirt sebesar 50 %. Harga di bandroll setiap T-shirt ada yang Rp 19.900 dan ada juga yang Rp 29.900. Karena gw pencinta T-shirt, langsung aja gw pilah-pilih motif dan jenis bahan yang gw suka. Jujur aja gw udah lama banget gak beli di T-shirt di Matahari karena gw lebih sering berburu T-shirt yang bermotif merek makanan atau minuman sedangkan yang begituan di Matahari kan gak ada. Namun karena saat itu gw lihat ada diskon yang cukup menggiurkan, jadilah gw beli dua buah T-shirt, yang satu harganya jadi Rp 9.950 dan yang satu lagi jadi Rp 14.950.
Sampai di kosan, adik kos gw ngajakin gw lagi ke Matahari Pasar Besar dalam waktu dekat. Tapi gw menolak, gw takut over budget karena saat itu masih terhitung awal bulan. Dan setelah itu gw membahas sebuah topik yang gw jadikan sedikit ilmu dalam belanja dan gw bagikan kepada adik kos gw. Tentunya saat ini gw bagikan ilmu ini juga kepada lw semua yang lagi baca blog gw. Maaf jika terkesan sok tahu, tapi ini kenyataan berdasarkan pengalaman-pengalaman gw dan nyokap gw sendiri dalam berbelanja. Kalau ada yang gak setuju atau mau berbagi, silahkan post comment aja ya!
Jadi begini, pernah mendengar istilah target pasar? Di dalam ilmu manajemen pemasaran, ada yang disebut dengan STP (Segmentation, Targetting, Positioning). Target pasar menjadi salah satu elemen dalam STP tersebut. Suahlah, jangan kita bahas terlalu jauh mengenai STP. Menurut gw, Matahari Department Store cenderung membedakan harga produknya sesuai dengan lokasi yang berorientasi pada kemampuan ekonomi masyarakatnya. Di sini gw mengambil contoh Matahari Department Store, bukan department store yang lain, karena gw kurang memahami kondisi yang lainnya.
Kita lihat pada kasus diskon. Saat gw masih bersekolah dulu, gw pernah mengamati bahwa Matahari Department Store Grand Mall Bekasi lebih sering memberikan diskon daripada Matahari Department Store Metropolitan Mall Bekasi. Mungkin Matahari Department Store Metropolitan Mall Bekasi saat itu juga sering memberikan diskon tapi ada perbedaannya yaitu harga yang tercetak di bandroll produk di Matahari Department Store Metropolitan Mall Bekasi lebih mahal ketimbang Matahari Department Store Grand Mall Bekasi. Selain itu produk yang dijual pun tingkatannya juga berbeda, (sepertinya) kalau yang di Matahari Department Store Grand Mall Bekasi itu produknya sudah lebih lawas daripada produk-produk yang ditawarkan di Matahari Department Store Metropolitan Mall Bekasi.
Dimana kita mengetahui bahwa pamor Grand Mall kalah dengan Metropolitan Mall Bekasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti Metropolitan Mall berdiri lebih dahulu ketimbang Grand Mall sehingga orang lebih mengenal Metropolitan Mall, kemudian dari segi lokasi, Metropolitan Mall terdapat di kawasan ”segitiga emas”-nya Bekasi (kawasan pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena diapit oleh tempat-tempat perbelanjaan yang lain), dan sebagainya. Sedangkan untuk Grand Mall, dari segi isi mall atau toko-toko yang terdapat di sana seperti layaknya trade center atau kalau gw boleh jahat, gw lebih suka menyebutnya sebagai pasar, bukan seperti layaknya mall.
Hal ini yang gw temukan pula di Malang. Matahari Department Store Pasar Besar Malang dengan Matahari Department Store Malang Town Square menerapkan strategi yang sama seperti yang gw temukan di Bekasi, yaitu menyesuaikan dengan tingkat perekonomian dari konsumen yang berdatangan.
Dengan asumsi yang sama dengan kasus di Bekasi, kita melihat pamor Pasar Besar dengan Malang Town Square dan juga dari sisi pengunjung yang berdatangan. Pasar Besar jelas-jelas merupakan sebuah pasar yang di dalamnya terdapat Matahari Department Store sedangkan Malang Town Square adalah sebuah mall yang menjadi salah satu pusat perbelanjaan bergengsi kebanggaan orang Malang.
Setelah sekitar dua minggu berlalu dari cerita gw di awal (yang gw membeli T-shirt di Matahari Pasar Besar), adik kos gw itu bercerita kalau Matahari Department Store Malang Town Square mengadakan diskon untuk T-shirt sebesar 50 % + 20 %, jadi totalnya 70 %. Gw saat itu sedikit diledek sama adik kos gw karena gw dianggap memberikan teori yang salah mengenai strategi penetapan pangsa pasar yang gw jelaskan tadi. Tapi gw sedikit bersikap curiga, jangan-jangan yang T-shirt yang dijual di Matahari Department Store Malang Town Square itu motif atau kualitasnya lebih buruk dari T-shirt yang dijual di Matahari Department Store Pasar Besar. Lalu adik kos gw mengatakan bahwa yang dijual itu sama.
Lalu, hari ini tadi gw iseng aja ke Malang Town Square sekalian ambil uang di ATM dan ke Matahari-nya. Gw gak berniat untuk membeli T-shirt, tapi pikiran gw saat itu kalau ada yang bagus, ya gw beli. Ternyata benar, terpampang tulisan diskon 50 % + 20 %. Gw langsung mengangkat-angkat T-shirt yang terletak di bak diskon untuk melihat motifnya. Tapi gak ada satu pun motif yang sesuai dengan selera gw. Gw melihat rata-rata harga di banderol sebesar Rp 29.900 dan Rp 39.900. Sangat sedikit jumlah T-shirt yang harganya Rp 19.900. Padahal di Matahari Department Store Pasar Besar yang saat itu gw kunjungi, harganya rata-rata Rp 19.900 dan Rp 29.900 dan tak ada yang berharga Rp 39.900. Dari situlah gw mencibir dan bergumam dalam hati, benar kan dugaan gw. Meskipun diskon T-shirt lebih besar akan tetapi karena harganya entah sengaja dinaikkan entah harga aslinya seperti itu, tetap saja harga di Matahari Department Store Malang Town Square setelah didiskon jatuhnya lebih murah yang di Matahari Department Store Pasar Besar.
Yah begitulah sedikit pengamatan dan pengalaman dari gw. Kita harus jeli dalam menyikapi diskon, jangan asal terburu nafsu dengan diskon yang gila-gilaan namun ternyata mungkin saja harganya sengaja dinaikkan terlebih dahulu karena ada diskon. Selain itu dilihat dulu kualitas barangnya, ada cacat atau tidak. Daripada membeli kucing dalam karung.
Be smart on shopping ya!

Sabtu, 07 November 2009

Serigala Terakhir

Akhirnya, gw posting review film juga, guys. Karena gw nggak tahan mau berbagi review ini sama kalian. Buat orang-orang yang belum dan akan menonton film ini tapi nggak mau tahu ceritanya gimana sebelum lw nonton filmnya, gw saranin jangan baca ini. Karena gw akan mengulas sampai tuntas. Okay, bersiap ya teman, karena review gw ini sangatlah panjang.



Kamis malam, gw melihat tayangan On The Spot di Trans 7. Saat itu gw nontonnya sambil pindah-pindah ke channel yang lain. Tiba-tiba pas gw balik lagi ke On The Spot, muncullah muka-muka Vino G. Bastian, Fathir Muchtar, Reza Pahlevi, Ali Syakib, Dion Wiyoko dan Dallas Pratama. Yup, betul banget. Mereka disana sedang mempromosikan film “Serigala Terakhir”. Langsunglah sebagai penggemar berat Vino G. Bastian, gw teriak-teriakan sendiri di kamar. Haha. Vino mempromosikan film tersebut senagai film yang asli dibuat oleh anak-anak Indonesia, tidak menggunakan bantuan dari luar negeri. Gw tahu tuh, dia nyindir film apa.

Keesokan harinya, gw langsung pergi nonton film itu. Karena gw nggak tahu jadwal mainnya jam berapa, gw berangkat ke Matos sekitar jam dua belas kurang sepuluhan. Sampai sana gw liat jadwal main pertamanya jam dua belas tepat. Tanpa ba bi bu lagi gw langsung beli tiketnya. Untung aja nggak ngantri. Gw lihat saat itu jam dua belas kurang sedikiiit dan gw mengambil langkah seribu begitu dapat tiketnya. Ternyata di layar bioskop udah terlihat lima orang pemain utama berlari-larian. Yah, mungkin saat itu gw telat sepersekian menit. Nggak apa-apa deh, belum ketinggalan, baru opening-nya aja.

Vino G. Bastian (Jarot), Fathir Muhtar (Ale), Ali Syakib (Sadat), Dallas Pratama (Jago), dan Dion Wiyoko (Lukman) adalah lima anak kampung yang bersahabat. Mereka bercita-cita suatu saat nanti akan menjadi penguasa di negara ini. Menurut mereka kekuatan adalah kekuasaan dan kekuasaan adalah kehormatan. Mereka lebih sering menggunakan kekuatan ketimbang otak untuk menunjukkan kekuatan mereka. Kalau menurut gw, mereka lebih tepat untuk dijuluki preman kampung, sebab mereka sering beradu otot untuk mempertahankan daerah kekuasaannya jika diancam oleh pihak lain.

Di kampung tersebut mereka adalah pemimpinnya, jadi seluruh pemuda kampung merupakan bawahan mereka. Ada salah seorang pemuda kampung tunawicara bernama Fathir (diperankan oleh Reza Pahlevi), yang pernah satu kali dimintai bantuannya oleh Ale dkk untuk membantu perkelahian dengan sekelompok pemuda lainnya. Saat itu pun Ale dkk berhasil dalam perkelahian tersebut karena Fathir turut memukul salah seorang musuh dengan memecahkan botol di kepala orang tersebut. Disaat yang lain, ketika Fathir diolok-olok oleh sekumpulan anak kecil, Jarot pernah membela Fathir dengan mengusir anak-anak kecil yang telah memperoloknya.

Suatu ketika, Ale dkk bertanding futsal dengan sekelompok pemuda lain. Namun permainan futsal tersebut diwarnai oleh aksi anarkis. Hingga akhirnya ketika Ale berhasil membuat satu tendangan gol, sekelompok lawannya terbakar emosinya kemudian terjadi perkelahian. Ketika pemimpin lawan tersebut ingin menyerang Ale menggunakan belati, dari belakang Jarot memukul pemimpin lawan tersebut hingga tewas. Yang dilakukan oleh Ale dkk saat itu adalah kabur namun Jarot berbesar hati untuk tetap diam di lapangan itu hingga akhirnya ditangkap oleh polisi.

Di balik jeruji penjara, hidup Jarot tidak pernah tenang karena selalu diperlakukan tidak baik dan disiksa oleh teman-teman satu selnya. Namun lama kelamaan jiwa Jarot yang sesungguhnya muncul kembali dan justru menghantam teman-teman satu selnya untuk tunduk kepadanya. Selama mendekam di penjara, Jarot tidak pernah sekalipun dijenguk oleh keempat sahabatnya itu.

Di lain kesempatan, Ale dkk menyatukan kekuatan agar organisasi mafia narkoba Naga Hitam tidak masuk ke daerah perkampungan mereka. Karena Ale dkk “pincang sebelah” setelah tertangkapnya Jarot, maka Ale dkk mengadakan “audisi” kepada pemuda kampung untuk turut bergabung bersama mereka. Fathir adalah orang yang terakhir kali datang ke ajang tersebut. Namun saat itu Lukman dan Jago justru memperolok dan menertawakan Fathir dengan menyuruh Fathir untuk pulang saja dan merawat neneknya. Lalu Fathir langsung menuju rumahnya dan terlihat banyak orang sedang berada di rumahnya. Ternyata saat itu nenek Fathir sudah meninggal dunia.

Baiklah, kita kembali kepada Jarot. Setelah beberapa waktu lamanya, Jarot bebas dari penjara. Begitu keluar dari penjara (di scene ini lw bisa ngelihat Vino dengan gaya rambut gondrong serta berjanggut dan berjambang. So kewl!), Jarot disambut oleh Fathir. Kali ini style Fathir sudah berubah. Dia menggunakan jaket kulit dan memiliki janggut serta jambang. Tak hanya itu saja, Fathir menjemput Jarot dengan mengendarai sebuah mobil sedan berwarna merah. Ternyata Fathir membawa Jarot ke sebuah gedung yang di dalam satu ruangan terdapat beberapa bos besar pemilik organisasi sudah menunggu kedatangan mereka. Bos-bos tersebut mengajak Jarot untuk bergabung bersama mereka karena mereka sudah mengetahui kredibilitas Jarot. Mereka mengiming-imingi Jarot dengan kehidupan yang lebih baik. Akhirnya Jarot menyetujui ajakan tersebut. Dan lw tahu? Organisasi tersebut adalah Naga Hitam. Sehingga, sejak resmi bergabung dengan Naga Hitam, Jarot berseberangan dengan Ale dkk.

Sebetulnya, hati Jarot tidak begitu setuju dengan perilaku Naga Hitam yang sering bertindak terlalu sadis terhadap orang-orang yang tidak mematuhi peraturan Naga Hitam. Mereka selalu menyelesaikan persoalan dengan membunuh orang- orang. Terlebih Fathir yang dengan dinginnya membunuh orang dengan menggunakan pistolnya.

Film ini juga dibumbui oleh kisah cinta. Dimana Jarot dan Aisyah (diperankan oleh Fanny Fabriana) sama-sama menjalin cinta terlarang. Aisyah merupakan adik dari Ale. Setelah bergabung dengan Naga Hitam, Jarot bertemu kembali dengan Aisyah dan mereka sering janjian untuk bertemu.

Lain lagi dengan kisah ketika Jarot mengetahui bahwa adiknya, Yani (diperankan oleh Zaneta Georgina), bekerja di sebuah club malam menjadi seorang penyanyi. Jarot yang melihat hal tersebut kemudian melarang Yani agar tidak bekerja di tempat itu lagi. Akan tetapi yang ada hanyalah perang mulut diantara kakak beradik itu. Setelah itu Jarot meminta pemilik club malam untuk menjaga Yani agar tidak tersentuh oleh pria manapun.

Hingga akhirnya suatu saat Bos Besar menyuruh Jarot untuk mengadakan pendekatan ke kampung Jarot untuk berjualan narkoba. Alasannya adalah Jarot sudah mengetahui tempat itu. Dengan hati yang gundah, Jarot tetap mematuhi perintah tersebut. Jarot dan Fathir memberi sampel narkoba gratis kepada pemuda-pemuda kampung hingga akhirnya mereka ketagihan dan terus menerus membeli kepada Naga Hitam. Salah satu korbannya adalah adik Lukman yang pada akhirnya membuka mulut setelah ditanya paksa oleh kakaknya bahwa yang berjualan narkoba adalah Jarot. Setelah itu Ale dkk terus berniatan untuk memerangi Jarot dan Naga hitam. Di lain hari, ketika Ale dkk meminta uang keamanan kepada para pemilik-pemilik toko di suatu kawasan pertokoan, Ale dkk melihat Jarot dan Fathir melintas menggunakan sedan merahnya. Ale dkk seketika juga mengikuti mobil tersebut menggunakan motor yang dirampas mereka di tengah jalan. Laju mobil Jarot dan Fathir diapit oleh kedua motor Ale dkk hingga Fathir melepaskan tembakan peluru ke lengan Ale. Hal tersebut disesali oleh Jarot yang tidak menginginkan Ale ditembak oleh Fathir.

Tak lama, akhirnya Jarot kembali pulang ke rumah sekedar untuk menjenguk keluarganya. Ternyata ayah Jarot tidak ingin melihat Jarot ada di rumah itu lagi. Jarot pun kemudian memberikan uang untuk ibunya dan seketika Aisyah mendatangi rumah Jarot dan melapor bahwa Ale dkk sedang datang untuk menyerbu Jarot. Namun Jarot pun berhasil lolos dan dengan sedikit bantuan dari Fathir yang ternyata mengikutinya, akhirnya Jarot benar-benar dapat terbebas dari serangan Ale dkk. Jarot marah karena Fathir telah membuntutinya, menurutnya hal itu adalah urusan pribadi Jarot dan Fathir tidak perlu bersikap seperti itu.

Kemudian di lain waktu, Sadat dan Jago mendapati adik Lukman tewas dalam keadaan over dosis. Hal itupun diketahui oleh Lukman. Sehingga Lukman menemui Jarot yang saat itu sedang bersama kawanan Naga Hitam untuk membalaskan dendamnya. Akan tetapi Fathir yang berjalan di belakang Lukman, menjerat leher Lukman dengan benang halus. Kemudian Jarot menyuruh Fathir untuk melepaskan jeratan tersebut. Jarot berbicara empat mata dengan Lukman dengan awasan anggota Naga Hitam dari kejauhan. Setelah sempat terjadi pertengkaran mulut yang membakar emosi Lukman hingga ingin membunuh Jarot, namun hal itu digagalkan oleh Fathir yang terlebih dahulu menembak Lukman. Lukman pun tewas dan Jarot kembali mengecam Fathir.

Ale dkk mengetahui perbuatan Naga Hitam yang telah menembak mati Lukman. Sadat dan Jago melaksanakan aksi balas dendam dengan memperkosa Yani. Ale pun marah ketika Sadat dan Jago melapor kepada Ale. Menurut Ale bukan seperti itu cara balas dendam yang sesungguhnya, karena telah menyakiti wanita.

Sewaktu Jarot pulang ke rumahnya, Yani terlihat sedang termenung dan ibu Jarot berkata bahwa setiap hari Yani bersikap seperti itu. Jarot pun segera mendatangi club malam tempat Yani bekerja dan menanyakan siapa yang telah menodai adiknya kepada pemilik club. Pemilik club yang disiksa oleh Jarot dkk kemudian mau membuka mulut dan mengakui bahwa Sadat dan Jago yang melakukannya. Setelah itu Jarot dkk membakar pemilik club malam tersebut.

Suatu malam Jarot berhasil menangkap Sadat dan Jago. Mereka meminta ampun kepada Jarot. Akan tetapi Jarot tidak mau memaafkan kedua mantan sahabatnya itu dan nyawa mereka pun melayang dihabisi oleh Fathir. Di scene ini benar-benar terlihat betapa pembunuh berdarah dinginnya Fathir ketika memukul Sadat dan Jago menggunakan palu besar hingga darah mereka bermuncratan ke wajah Fathir yang penuh tampang kepuasan.

Ale yang tinggal sendiri pun akhirnya memergoki SMS Jarot di handphone milik Aisyah yang saat itu sedang bersiap-siap untuk bertemu dengan Jarot. Aisyah dikurung oleh Ale dan justru Ale yang menemui Jarot di sebuah penginapan dengan membawa sekumpulan pemuda kampung. Tanpa sepengetahuan Jarot, Fathir dan anggota Naga Hitam lainnya membuntuti Jarot dengan berjaga-jaga di depan penginapan. Mengetahui Jarot akan diserang, Fathir masuk ke dalam penginapan dan menjemput Jarot. Terjadi aksi tembak menembak di penginapan dan mereka berdua berhasil lolos dengan terjun melompat dari lantai dua. Setelah itu Jarot dihakimi oleh teman-temannya di Naga Hitam. Mereka menyuruh Jarot untuk meninggalkan Aisyah demi keselamatan mereka berdua.

Dengan penuh kegalauan, Jarot mengajak Aisyah untuk bertemu di sebuah atap gedung yang belum jadi. Sebelumnya, Aisyah telah brpamitan dengan ibunya untuk pergi menemui Jarot dan mengaku bahwa dirinya telah mengandung anak hasil perbuatannya dengan Jarot. Namun setelah Jarot dan Aisyah bertemu, Jarot justru mengajak berpisah dengan alasan demi kebaikan untuk mereka berdua. Aisyah masih menangis tersedu-sedu ketika Jarot meninggalkannya dan turun ke lantai dasar. Jarot pun terlihat sangat tersakiti dengan keputusan yang dibuatnya sendiri. Kemudian ada seseorang yang menepuk pundak Aisyah dari belakang, Aisyah mengira orang itu Jarot dan ekspresi Aisyah berubah gembira. Tetapi ekspresi Aisyah berubah kembaki ketika didapati bahwa orang yang menepuk pundaknya adalah Fathir. Jarot yang sedeng menyusuri jalan keluar gedung, mendapati Aisyah terjatuh ke lantai dasar. Jarot pun kaget dan menangis penuh keharuan kemudian segera menelpon polisi. Waktu gw melihat scene itu, gw teriak ”Shit!” sendirian di tengah keheningan bioskop. Sumpah gw kaget dan kesel banget sama perilaku sadisnya Fathir. Jadi di scene itu bener-bener diperlihatkan proses jatuhnya Aisyah yang terjun di udara.

Ibu Aisyah yang tidak terima dengan hal itu meminta anak sulungnya, Ale untuk membalaskan dendam tersebut. Kemudian Ale berhasil membakar mobil sedan merah Naga Hitam dengan mengalihkan perhatian Fathir dkk menggunakan pizza yang dikelabuhi sebagai bentuk traktiran ulang tahun Jarot (padahal Jarot tidak memesan pizza, yang memesan adalah Ale dkk). Ale pun turut membunuh salah seorang anggota Naga Hitam dengan meminta bantuan kepada orang untuk menembaki seorang anggota Naga Hitam itu. Mengetahui hal tersebut, Bos Besar Naga Hitam memarahi anak buahnya yang tersisa. Seorang anggota lainnya menyesali mengapa bukan Jarot saja yang harus tewas, namun Fathir melindungi Jarot ketika terjadi pertengkaran diantara keduanya.

Jarot membawa Fathir ke ruangan rapat mereka. Jarot mengajak Fathir agar berdamai dengan kampung Ale dkk dan tidak akan mengganggu kampung itu lagi. Akan tetapi Fathir menolaknya.

Lalu Jarot mengajak Ale untuk bertemu empat mata saja. Ale sepakat dan mereka bertemu tanpa pengawalan dari siapa pun. Jarot membuka percakapan dengan membawa kenangan-kenangan mereka di masa lalu. Ale bersikap sinis dan menganggap bahwa Jarot telah berkhianat. Namun Jarot menganggap dirinya bersikap seperti itu akibat dari perbuatan mereka yang tidak menjenguk dirinya selama di penjara. Bagi Jarot, hal tersebut bukanlah sikap yang dimiliki oleh orang yang bersaudara. Pertengkaran mulut berlangsung sengit diantara keduanya. Ale ingin membunuh Jarot menggunakan pistolnya dan saat itu terjadi pergelutan. Mereka berguling dan saling mengunci badan di atas tanah berpasir. Hingga akhirnya pistol meledak ke perut Ale. Mereka saling meminta maaf dan kalimat terakhir Ale menjelang ajalnya adalah ia pernah bermimpi bahwa mereka berlima akan bersatu untuk menguasai dunia bersama. Dalam tangisan, Jarot bergerak meninggalkan Ale yang sudah tewas. Ketika berjalan beberapa langkah, bahu sebelah kanan Jarot tiba-tiba ditembak oleh seseorang dan Jarot pun tewas seketika itu juga. Orang yang membunuh Jarot adalah Fathir.

Dan begitulah kurang lebihnya film ”Serigala Terakhir” ini. Gw kira yang dimaksud dengan “Serigala Terakhir” itu Jarot karena dialah yang paling terakhir hidup (dan akhirnya mati juga karena dibunuh oleh Fathir). Namun diakhir cerita, Bara, adik bungsu Ale yang ternyata menjadi generasi penerus dari lima serigala tersebut dan menjadi “Serigala Terakhir”.


Film berdurasi kurang lebih dua jam lima belas menit ini, memiliki unsur drama romantis, action, dan komedi yang menjadi satu di film ini. Untuk lw yang emosian seperti gw (gampang sedih, gampang marah, dan juga gampang bahagia), gw yakin pasti emosi lw akan kecampur aduk disini. Tapi sepanjang film sih gw lebih sering deg-degan, pengen marah dan nendang-nendangin Reza Pahlevi, dan pastinya sedih.

Akting buat Reza Pahlevi gw acungin jempol. Dia bener-bener tokoh yang tidak disangka-sangka yang akhirnya menjadi pembunuh berdarah dingin. Gw sebel banget sama dia. Gimana nggak sebel, di film itu, empat orang pemeran utama dibunuh sama dia.

Akting untuk Vino G. Bastian, seperti biasa, dia bermain total. Manly abis. Sumpah serapah seperti ”Anjing” sering keluar dari mulutnya. Keren banget lah cintaku itu. Haha. Di film itu lw bisa puas lihat otot-otot dan betapa six pack-nya Vino. Di awal lw bisa ngeliat kulit dia agak lebih hitam dari biasanya tapi diakhir-akhir ketika udah jadi mafia bersama Naga Hitam, you can look his pale complexion again. Gw perhatikan sekitar empat kali Vino berganti gaya rambut dan mungkin lw bakal ketawa karena baju-baju yang dia kenakan ketika jadi mafia itu ”enggak banget”. Model-model tahun 80’an gitu, pake kalung rantai emas pula. Yah, kan namanya juga mafia, begitu deh modelnya. Hahaha, tapi mau dibagaimanain juga, Vino tetap juara!

Top deh. Empat bintang untuk film ini.


Bangkitnya Harapan yang Kandas

Gw kagum sama salah seorang teman yang nggak bisa gw sebutkan namanya disini, karena perbincangan gw dengannya saat itu adalah off the record. Kita sebut saja namanya Miss Pianis.
Sejak umur empat tahun, Miss Pianis telah berkenalan dengan piano, saat itu dia tinggal bersama teman orang tuanya yang berprofesi sebagai manajer band dan akhirnya menjadi guru pianonya. Semakin lama Miss Pianis tumbuh menjadi seorang gadis yang bakat bermusiknya semakin terasah dengan baik. Dia pun sering mengikuti pertunjukkan-pertunjukkan musik dan sempat menjadi anggota band. Hingga dia pernah ditawarkan beasiswa ke Jerman untuk melanjutkan studi piano professional. Namun hal itu tak dapat dikecapnya karena dilarang oleh ayahnya.
Setelah lulus SMA, Miss Pianis sempat ingin melanjutkan studi-nya ke UGM mengambil jurusan Piano, dan berangan-angan sampai studi ke S2. Namun orang tuanya kembali melarangnya, hingga akhirnya karena impiannya terlalu sering dikekang oleh orang tuanya, emosi Miss Pianis tak terbantahkan lagi dan dia pun menyakiti benda kesayangannya yakni dengan cara merusak pianonya sendiri.
Sejak saat itu dia trauma dalam menyentuh piano dan tidak ingin memainkannya kembali. Tapi memang Miss Pianis memiliki dasar bakat bermusik yang tinggi, kini ia membanting stir ke alat musik biola. Hal itu pun ia lakukan secara sembunyi-sembunyi dari orang tuanya. Miss Pianis pun berhasil memiliki sebuah biola dari tabungannya sendiri.
Percakapan tersebut rupanya membuat Miss Pianis sedih dan gw agak-agak merasa canggung karena gw telah mengingatkan memori buruknya lagi. Saat itu Miss Pianis pun berkata dia rindu bermain piano. Gw yang mendengar perkataannya langsung bergumam dalam hati, ironis sekali orang berbakat ini. Gw pun berusaha memberinya semangat untuk bermain piano kembali namun dia mengatakan dia tidak mau lagi, karena dia telah sakit hati terhadap kenangannya itu.
Tetapi orang tuanya pernah berjanji untuk memberikan kesempatan kepadanya dalam bersekolah musik (piano) apabila nantinya Miss Pianis telah lulus berkuliah. Karena menurutnya, apalah gunanya jika dia pandai dalam berbisnis namun apabila klien ingin melihatnya bermain piano, dia tidak mampu mempertunjukkannya. Wow. Kalau gw sih, biasanya malu-malu dan bisa sampai nggak mau kalau harus show off di depan orang banyak. Yang dia katakan itu cenderung ke kebiasaan nyokap gw, yaitu berkata seperti ini, “Orang itu harus punya keahlian lain. Percuma kamu pintar tapi nggak punya keahlian.” Berarti pikiran Miss Pianis dan nyokap gw ini sejalan. Ternyata ada juga orang yang beranggapan seperti itu selain nyokap gw.
Gw pun mencoba membelokkan arah pembicaraan ke alat musik yang saat ini sedang dipelajarinya yaitu biola. Gw pribadi, sebetulnya penasaran dengan alat musik yang satu itu, karena sejujurnya gw punya keinginan untuk belajar memainkan biola klasik. Miss Pianis tertarik untuk belajar biola karena guru pianonya memberikan softcopy musik-musik instrumen biola untuk menenangkan jiwanya saat itu. Akhirnya dia memutuskan untuk berpindah ke alat musik biola.
Miss Pianis sedikit banyak telah memberi inspirasi kepada gw. Meski impiannya telah dikandaskan oleh orang tuanya namun tetap tidak menyurutkan semangat bermusiknya, Miss Pianis justru berpindah ke jalan yang lain yang bisa membuatnya lebih bahagia di dalamnya. Hal yang hampir serupa pernah terjadi dalam hidup gw, dan kini gw berusaha untuk terus mencintai serta menikmati apa yang bisa gw lakukan saat ini: menulis dan bermusik. Semoga gw menjadi profesional di dalamnya. Amin.

Selasa, 06 Oktober 2009

Hari Batik

Tanggal 2 Oktober kini resmi menjadi Hari Batik se-Indonesia.

Sehari sebelum tanggal 2 Okober, banyak tweet di twitter.com yang mengingatkan bahkan mengajak followers-nya untuk memakai batik untuk keesokan harinya. Salah satunya yaitu teman gw, Karina, bertanya di twitter seperti ini: “Besok ke kampus pakai batik gak?” Gw membalas tweet teman gw itu dengan jawaban: “Gak, besok aku kuliah di D3, siapa juga yang mau ngelihat? Hehe”.

Keesokan paginya, Mela, teman gw, mengirimkan sebuah pesan melalui SMS ke nomor gw. Isinya seperti ini: “Kamu ke kampus pakai batik gak?” Dan gw pun menjawab: “Gak, Hehe”.

Seperti biasa di hari Jumat gw selalu pergi ke kampus dengan Ranny dan Ica. Kebetulan saat itu gw sampai terlebih dahulu di tempat dimana kami biasa bertemu. Di sanalah gw melihat banyak mahasiwa/ mahasiswi yang berlalu lalang dengan memakai baju batik. Dan gw? Gw hanya memakai kemeja hitam dan rok hitam biasa saja. Tidak lama kemudian muncullah Ica dari arah depan dan Ranny dari arah samping kanan. Baju yang dikenakan Ica sama seperti hari-hari biasanya, dengan kaos berkerah dan celana jeans. Rupanya Ranny saat itu menjadi satu-satunya orang diantara kami bertiga yang memakai batik. Ternyata dengan polosnya Ica tidak mengetahui bahwa hari itu adalah hari dimana UNESCO menetapkan Batik sebagai motif sandang kebudayaan asli dari Indonesia. Ica rupanya menyesal karena tidak mengetahui informasi tersebut. Menurut gw nih ya, kalau dia tahu, sepertinya dia akan memakai batik juga.

Sesampainya di kelas, teman-teman gw pun banyak yang memakai batik, sekitar 40% teman-teman gw memakai batik termasuk dosen gw. Kalau dosen gw ini sih gw perhatikan hampir setiap hari memakai batik. Hingga akhirnya Mela masuk ke kelas dan duduk di bangku paling belakang. Ternyata dia nggak pakai batik! Waduh, gw sempat berpikiran jangan-jangan dia cuma survei ke gw dan karena gw jawabnya nggak pakai batik, makanya dia mengurungkan niat untuk tidak memakai batik. Tapi gw juga nggak sempat nanya, kenapa dia nggak pakai batik.

Ternyata kemeriahan hari batik tidak gw rasakan di lingkungan kampus saja. Karena ketika sore harinya gw keluar, gw melihat banyak anak sekolah yang menggunakan batik (mungkin disuruh oleh sekolahannya).

Kalau gw, jujur saja tidak begitu antusias menanggapi Hari Batik tersebut. Mungkin lw menganggap gw orang yang skeptis, kaku, ataulah apa. Sebenarnya gw juga sering memakai rok batik ketika ke kampus, maka menurut gw tidak usah ada hari batik pun gw juga akan memakai batik. Apalagi setiap hari di kosan gw memakai sandal rumah bermotif batik.

Mari kita lihat Hari Valentine. Ada yang merayakannya dan ada yang tidak merayakannya. Bagi orang-orang yang tidak merayakannya, mereka berargumentasi seperti ini, ”Hari kasih sayang itu bisa dirayakan setiap hari, jadi tidak perlu ada Hari Valentine”. Maka kesimpulannya, kalau esensi Hari Valentine saja bisa dirayakan setiap hari, mengapa Hari Batik tidak? Ya kan?

Diadakannya Hari Batik menurut gw adalah baik, akan tetapi jika orang-orang yang ”merayakannya” tidak mengetahui makna Hari Batik, menurut gw sama saja. Maka, lebih baik lagi jika diluar Hari Batik kita juga turut memeriahkan hari-hari kita dengan memakai batik. Dan jangan sampai kita terlena dengan Hari Batik serta telah diresmikannya motif batik oleh UNESCO sehingga budaya asli Indonesia yang lainnya ”kecolongan” lagi. Alangkah lebih indahnya jika kita mau melestarikan kebudayaan lainnya, jadi bukan batik saja. Kalau tanggal 2 Oktober bisa menjadi Hari Batik, mungkin juga kan, nanti akan menyusul tanggal 3 Januari menjadi Hari Lurik atau 19 Februari menjadi Hari Songket?

Intinya sih, kita harus menghargai dan melestarikan kebudayaan asli negeri kita ini kapan pun dan dimana pun. Jangan sampai hangat-hangat tahi ayam ya, teman-teman.

Jumat, 28 Agustus 2009

Akankah Fungsi Internet Menggantikan Fungsi Buku?

Buku adalah jendela dunia. Semua orang tahu itu.

Sejak masih kecil, gw sudah diperkenalkan untuk mencintai buku sejak dini oleh nyokap gw. Gw masih ingat, betapa gw dan kakak gw berjuang ingin bisa membaca sendiri karena waktu itu kita berlangganan Donal Bebek dan setiap malam kita selalu didongengin dengan cerita-cerita Donal Bebek. Tetapi nyokap gw suka seenaknya sendiri memotong cerita karena nyokap gw mengantuk dan kita selalu protes. Hingga akhirnya kita bisa lancar membaca Donal Bebek tanpa perlu menyusahkan nyokap gw lagi.

Namun generasi pada saat ini, entah tua entah muda, bahkan anak balita sekalipun, pasti telah mengenal internet. Cukup dengan menjelajah ke dunia internet, kita bisa mendapatkan segalanya. Mulai dari berita, musik, film, olah raga, kepentingan akademis, hingga ajang untuk mencari teman.

Untuk mahasiswa seperti gw, internet benar-benar membawa manfaat yang sangat besar, baik untuk kepentingan akademis maupun untuk bermain (tentunya!). Bermain disini maksudnya adalah dengan membuka situs-situs jejaring sosial, seperti facebook, plurk, twitter, dan lain sebagainya. Namun gw tidak akan banyak-banyak membahas tentang situs jejaring sosial, mungkin di lain waktu.Yang ingin gw bahas saat ini adalah tentang manfaat internet untuk kepentingan akademis yang gw rasakan.

Kini hampir setiap mahasiswa memiliki laptop, yang mudah untuk dibawanya ke tempat-tempat yang menyediakan layanan wi-fi. Bagi yang tidak memiliki laptop, ia bisa pergi ke warung internet atau memakai modem. Sehingga saat ini tidak ada alasan bagi mahasiswa untuk tidak bisa menggunakan layanan internet. Dari internet, kita bisa mencari bahan untuk makalah, informasi tambahan yang tidak diterangkan oleh dosen, hingga download materi kuliah dari blog milik dosen.

Kemarin gw kuliah Koperasi Pertanian. Dosen gw, menganjurkan agar setiap mahasiswanya memiliki buku pegangan Undang-Undang tentang Perkoperasian. Dosen gw membeli buku tersebut di Toko Buku Toga Mas seharga Rp 15.000,- . Menurut gw sih murah untuk ukuran harga sebuah buku pelajaran. Tapi dosen gw bilang terserah kita mau beli atau download dari internet. Ketika gw mendengar kata ”download dari internet”, gw berasa melihat lampu hijau. Daripada gw jauh-jauh ke Toga Mas, lebih baik gw download saja, lebih cepat dan tidak mengeluarkan uang. Terbukti malamnya gw langsung download Undang-Undang tentang Perkoperasian di salah satu situs.

Dan tadi pagi gw kuliah Manajemen Keuangan. Dosen gw membahas tentang Index Harga Saham. Dosen gw telah menjelaskan panjang lebar akan tetapi kita sebagai mahasiswanya kurang paham dengan apa yang dijelaskan oleh dosen tersebut. Akhirnya Si Ibu Dosen menyuruh kita untuk mencarinya sendiri. Yang langsung terpintas di benak gw saat itu bukannya mencari buku di perpustakaan tapi cari di internet aja.

Sampai di kosan, gw tergerak untuk membuat posting ini. Kenapa ya, gw lebih memilih mencari di internet ketimbang mencari buku di perpustakaan? Dan gw bertanya-tanya, akankah fungsi internet akan menggantikan fungsi buku? Toh, di internet kita juga bisa membaca buku digital.

Tapi gw sangat menyayangkan jika hal yang gw khawatirkan tersebut terjadi. Meskipun kecil kemungkinan, tapi gw sangat berharap masih ada orang-orang yang mau menomorsatukan buku dibandingkan internet. Internet cukup untuk orang-orang seperti gw saja yang hanya mau bertindak praktis dan tidak mempunyai uang berlebih. Jangan sampai sepuluh sampai dua puluh tahun ke depan, buku sudah menjadi barang langka. Semoga.

Rabu, 19 Agustus 2009

Hello

Wahduh, sudah lama tak posting.

Untuk para pembaca setia blog gw, maaf ya akhir-akhir ini gw kurang produktif. Keasikan main twitter sih gw. Oh ya, kalau ada yang mau follow gw di twitter, silahkan klik saja: http://twitter.com/dnariswari

Gw sering kok bikin cerita-cerita di situ, makanya gw sekarang ini kurang memperhatikan blogspot. Meskipun karakter yang diberikan twitter hanya 140 karakter, jadinya cerita gw suka nyambung-nyambung gitu deh.

Oh iya, kalo lw suka baca postingan gw lewat Notes-nya Facebook, coba deh sekali-sekali main ke blog gw yang resmi: http://dancittamenulis.blogspot.com. Postingannya sama saja sih, tapi cobalah mampir sejenak kesana dan jangan lupa meninggalkan jejak (isi comment, bo!).

Baiklah, gw tunggu kalian untuk following gw di twitter dan untuk comment kalian di blogspot. See ya!

Minggu, 02 Agustus 2009

Poni's Problem

Ternyata punya poni itu riweuh juga ya. Kependekan salah, kepanjangan juga salah. Serba salah lah pokoknya.
Hmm.. gw pernah ya, ke salon buat potong poni aja (disamping saat itu gw creambath juga). Oh ya, salonnya itu di Malang, namanya Salon Khusus Muslimah. Setelah di creambath, dipotong lah poni gw sama si mbak salon. Nggak lama setelah poni gw dibabat, si mbak salon nanya ke gw, "Mau diseset gak Mbak?". Hah, seset? Perasaan gw pernah denger, tapi gw lupa artinya.. Dengan penuh keyakinan dan kesotoyan, gw menjawab, "Iya, Mbak."
Kemudian si mbak salon mengambil gunting kecil di sebelahnya. Oh, ternyata seset adalah istilah untuk menipiskan rambut menggunakan gunting khusus. Saat itu pun gw mulai ragu, haruskah gw menipiskan poni gw? Tapi apalah daya, si mbak salon terlanjur menyeset poni gw yang tak berdosa itu. Setelah selesai, gw menyisir poni gw sendiri di depan kaca. Gw berfikir, ada yang aneh.
Setelah di kosan, gw mencoba menyisir-nyisir kembali poni baru gw. Olala, jika poni bisa bersuara, mungkin poni gw berbunyi 'nguik' saat itu. Karena poni gw terbang melayang ke atas gitu a. k. a. poni gw ketipisan. Huhu, produk gagal deh, setiap mau ke kampus gw bingung banget mau nyisir kayak gimana.. Tetep aja deh tuh poni gak bisa turun dengan sempurna, sampai akhirnya jadi gw jepitin.
Setelah di Bekasi, akhirnya gw potong rambut seluruhnya. Potong rambut berarti potong poni juga. Gw bilang ke mbak salonnya, "Mbak, poni saya ini kemaren jelek, tolong diakalin aja gimana jadinya." Untung si mbak salonnya pandai, maka dia mengambil sedikit rambut dari bagian tengah, dan digabung dengan poni gw ke arah depan, jadinya poni gw bervolume kembali. Lega gw rasanya, poni telah kembali normal.
Nah sekarang ini nih, sudah 6 bulan berlalu gw gak potong rambut lagi, alasannya simpel, gw mau manjangin rambut lagi. Tapi poni gw makin lama makin nggak enak dilihat, karena sudah kepanjangan. Mau potong poni aja kok ya nanggung, apalagi di Bekasi pasti mahal, nggak kayak di Salon Khusus Muslimah waktu itu gw cuma bayar Rp 5000 untuk sebuah produk poni gagal.
Mmmhh.. gimana ya, sekarang poni gw sudah panjang sekali nih. Apa yang harus gw perbuat?

Sabtu, 04 Juli 2009

Oh, Bu Francien!




-->
Gw mau berbagi cerita tentang seorang dosen yang pada semester ini mengajar gw yaitu dosen Bahasa Inggris II, Ibu Francien.. Beliau ini tercatat menjadi dosen Fakultas Pertanian (fakultas gw). Tapi, akibat kemampuan beliau, maka beliau juga menjadi dosen mata kuliah Bahasa Inggris di beberapa fakultas lainnya.
Bu Francien ini merupakan seorang dosen yang tegas dan saklek. Siapa yang tidak tahu sopan santun dan tingkah lakunya tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh beliau, akan kena semprot. Tetapi kadang-kadang belia
Di kampus gw, karena memang yang berusia paling muda, ada satu Program yang belum menjadi fakultas, yaitu Program Bahasa dan Sastra (biasa disingkat menjadi Bastra). Tetapi kalau menurut gw, masih mendingan Bastra yang sudah memiliki gedung sendiri daripada FISIP yang masih numpang di RKB (Ruang Kuliah Bersama). Hahaha.. Siapa tuh, yang kuliahnya di FISIP UB? xp
Anyway, Bu Francien ditarik Bastra menjadi Kepala Program Bastra. Jadilah si dosen gw itu supersibuk. Beliau ternyata juga jarang masuk untuk mengajar di kelas gw maupun di kelas lainnya. Sialnya, pas UTS kemarin, dimana UTSnya itu presentasi seminar, kelas gw sampai tertunda sebanyak empat kali. Kebetulan dresscode kelompok gw pink-hitam (buat yang cewek) dan biru-hitam (buat yang cowok). Alhasil, setiap hari Senin gw dan teman-teman gw pakai pink-hitam melulu. Sampai-sampai teman-teman gw yang lain
pada nanyain, “ Loh, kamu belum presentasi Bahasa Inggris?” Hahaha… Saking hafalnya mereka dengan kostum kita!
Singkat cerita, akhirnya UTS kita berhasil dilaksanakan di hadapan beliau di ruangannya. Alhamdulillah nilai kelompok gw bagus semua dong.. X)
Dan sekarang, tragedi UTS terulang kembali, namun sekarang judulnya tragedi UAS. Seperti biasa, mahasiswa si Ibu Francien diombang-ambing kembali. Jadwal UAS yang seharusnya berakhir pada tanggal 3 Juli, jadi molor akibat kita harus presentasi antara tanggal 5-7 Juli. Padahal gw udah pengen banget pulang. Akibat ketidakpastian ini, perasaan gw jadi jatuh hancur terkoyak-koyak.. (lebayyyy). Benar-benar merugikan mahasiswa.
Oke lah kalau Beliau supersibuk, tapi menurut gw, seharusnya Beliau dapat menjadi insan intlektual yang memiliki sikap profesionalisme, yang dapat mengatur waktu dan memperhatikan mahasiswanya dengan baik.
Well, mudah-mudahan tulisan gw ini tidak bernasib seperti e-mail nya Prita Mulyasari yang lagi heboh di tipi-tipi. Semoga saja dosen gw ini tidak bertindak sebejat RS. Omni International. Apa salahnya sih, kita mau berpendapat? Katanya negara kita ini adalah negara demokrasi. Hhh.. Sudahlah, gw benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran orang-orang yang (merasa) berkuasa. Tetapi satu yang pasti, yang Mahatahu itu hanyalah Allah SWT. Wallahualam bishawab.

Senin, 22 Juni 2009

Yang Lain Dong..

(Sekarang harusnya gw ini belajar buat UAS Ekonomi Manajerial besok pagi, tapi di-skip dulu sebentar deh belajarnya.. Mumpung gw ada ide obrolan buat posting.)


Bisa kita flashback sebentar ke sekitar tahun 2002-2003an, dimana muncul fenomena ajang pencarian bakat di layar televisi, yaitu “Akademi Fantasi Indosiar” (AFI). Memang, ajang pencarian bakat yang ditayangkan di televisi seperti ini bukan untuk yang pertama kalinya di Indonesia. Tetapi ada yang berbeda di sini, yakni sistem penilaian menggunakan polling SMS pemirsa. Acara AFI ini terbukti menyedot perhatian pemirsa yang saat itu mulai jenuh dengan kehadiran program televisi yang rata-rata menayangkan sinetron melulu.


Tak lama, program acara seperti itu disusul oleh “Indonesian Idol” yang ditayangkan di RCTI. Hingga akhirnya hampir semua stasiun televisi menayangkan ajang pencarian bakat yang mirip-mirip, bahkan sampai saat ini masih ada yang mempertahankan acara semacam itu namun dengan kemasan yang berbeda, yaitu sistem penilaian menggunakan juri penonton yang hadir di studio. Contohnya saja, juri Vote Lock pada acara “Mamamia”.


Namun, di tahun 2009 ini, RCTI menayangkan program “The Master”. Acara ini juga merupakan ajang pencarian bakat, tetapi bukan bakat dalam bidang tarik suara, melainkan magician. Menurut gw, sukses banget deh konsep acara si Deddy ini (Hahaha, sok akrab gitu gw manggil Deddy Corbuzier dengan “Si Deddy”). Buktinya, sampai saat ini, The Master digelar sampai season 3. Dan hal ini membuat latah stasiun televisi lain. Di SCTV, sekarang ada acara “Uya Emang Kuya” yang menampilkan Uya Kuya sebagai Comedy Magician dan “House of Demian” yang menampilkan Demian Sang Ilusionis. Oke lah, meski konsep acaranya berbeda, bukan ajang pencarian bakat, tapi kan ada benang merahnya: acara magic.


Gw mau beralih ke program musik di televisi. Dulu waktu zaman kita SD, kita cuma bisa nonton video klip di MTV (saat itu MTV masih dipegang sama ANTV). Terus MTV diambil lisensinya sama Global TV. Itu pun nggak full time kita bisa nonton MTV, karena terpotong oleh acara-acara yang dimiliki oleh Global TV. Tetapi sekarang, proram musik udah menjamur di semua stasiun televisi. Dan nilai plusnya, program-program tersebut ditayangkan secara live dan menghadirkan band-band atau penyanyi-penyanyi sebagai pengisi acara. Sebut saja “Inbox”, “Dahsyat”, “DeRings”, “Kissvaganza”, “On The Spot”, dan “Klik” (Untuk “Klik”, tidak live). Wow, mana semuanya rata-rata ditayangkan di pagi hari. Benar-benar pasar persaingan sempurna (Cuilahh bahasanya.. Mentang-mentang besok gw ujian..)


Ternyata, penayangan program musik nggak hanya berhenti di pagi hari saja. Di siang hari, SCTV menelurkan acara “Playlist”, yang konsep acaranya, si bintang tamu diajak ngobrol-ngobrol lebih dalam, tidak sekedar tentang musik saja. Eh nggak lama, RCTI mengusung “HITS” menjadi program musik yang ditayangkan setiap hari pada siang hari (yang mana sebelumnya “HITS” hanya ditayangkan dalam jangka waktu tertentu di malam hari). Agar tidak dikira membuntuti “Playlist, “HITS” menawarkan konsep yang berbeda, yaitu dengan menampilkan aksi magic yang diisi oleh alumni-alumni The Master.


Yang bikin gw geleng-geleng kepala, program musik nggak sampai di siang hari aja, Cing! Sekarang di malam hari juga ada..!! Ck ck ck.. Tadi gw lihat ada “Mantap” di ANTV dan “Metal” di SCTV. Dan keduanya ditayangkan di studio secara live dengan bintang tamu pula! Wuihh.. gimana nggak kaya tuh jadi band atau penyanyi. Setiap hari, setiap waktu, diundang jadi bintang tamu program musik! Menggilaaa..


Tidak bisa dipungkiri, budaya kita masih cenderung budaya meniru. Bosen dong pasti yaa.. kalau setiap hari kita menonton acara yang tidak bervariatif. Pencet channel ini-pencet channel itu samaaa aja acaranya. Mungkin saja kalau ada yang mau sedikit berfikir kritis untuk menyumbangkan ide untuk program televisi lainnya, akan jauh lebih sukses tuh, ketimbang harus meniru dan mengulang-ulang program yang sudah ada.


Cheers!

Senin, 08 Juni 2009

Congrats!

Tadi, gw kuliah Ekonomi Pertanian di FP 3.2. Nggak sengaja mata gw melirik ke arah pintu waktu gw keluar dari ruangan itu. Sejurus kemudian gw melihat sebuah sticker hitam menempel di pintu tersebut. Gw berusaha membaca tulisannya dengan susah payah menggunakan kemampuan mata gw yang minus ini. Ternyata tulisannya adalah: Inaugurasi 2008.


Wow.


Gw setengah nggak percaya gitu. Gw pastikan dengan membacanya sekali lagi. Ternyata gw nggak salah baca. Kebetulan, disamping gw ada Devi sedang berdiri. Langsung gw tanya ke Devi, “Dev, emangnya ada Inaugurasi 2008?” Dan Devi menjawab, “Loh, bukannnya Inaugurasi udah ada malam puncaknya di D3 waktu itu ya?”.


Hah? Gw nggak tau apa-apa loh. Ya secara Devi kan anak Oryza FM pasti tau lah kalau ada acara begitu-begituan.


Gw bukannya mau sok penting atau sok gimana, nggak sama sekali. Cuma menurut gw acaranya kurang promosi aja, buktinya gw nggak tau. Setelah gw pikir-pikir, maklum aja sih kalau gw nggak tau, itu kan acaranya MABA (Mahasiswa Baru), kalau gw kan MALA (Mahasiswa Lama).. Hehehe..


Kebetulan, malam ini tadi gw melewati daerah gedung D3 yang lebih tepatnya adalah lapangan parkir gedung Pascasarjana. Sepintas gw melihat spanduk berwarna merah yang kurang lebihnya bertuliskan: MALAM PUNCAK INAUGURASI PERTANIAN, kemudian dibawah-bawahnya ada tulisan pengisi acaranya dan tanggal acaranya yaitu 5 Juni 2009. Tapi saat itu gw nggak sampai sempat baca tulisan siapa saja pengisi acaranya, sepertinya sih lumayan banyak.


Mmm.. Gw kagum aja gitu sama mereka (panitia acaranya). Mereka bisa mewujudkan Inaugurasi 2008, sekaligus menghidupkan acara tersebut dari mati surinya selama satu tahun lamanya. Gw mau sedikit flashback dengan kejadian di tahun kemarin, dimana sebenarnya gw dan Devi pernah jadi panitia Inaugurasi 2007. Meski hanya satu acara yang terlaksana, yakni reboisasi, menurut gw saat itu kami juga merupakan panitia yang cukup oke. Walaupun setelah itu perencanaan terhadap acara-acara berikutnya diwarnai oleh teramat banyak konflik sehingga tidak terealisasi, hal itu justru menjadi satu pelajaran baru lagi buat gw, mungkin juga untuk teman-teman panitia lainnya. Jujur saja, meski mengecewakan tapi hal itu menjadi pengalaman tersendiri bagi kita semua. Ya nggak teman-teman panitia Inaugurasi 2007?


Baiklah, gw mengucapkan selamat untuk adik-adik Fakultas Pertanian 2008 atas terselenggaranya Inaugurasi 2008. Tetap semangat!!!

Kamis, 04 Juni 2009

Asal Usul Nama Indonesia

Kali ini gw mau bernasionalisme ria.. Berhubung dalam suasana (akan) mengerjakan karya tulis mata kuliah Kewarganegaraan.

Ceritanya, gw sedang mencari referensi dari internet buat tugas gw itu. Pas gw lagi baca-baca gitu, gw menemukan salah satu artikel yang membahas tentang sejarah nama Indonesia.

Pernah, salah seorang teman kuliah gw bertanya kepada dosen mata kuliah Kewarganegaraan gw itu: “Pak, sebenarnya nama ‘Indonesia’ itu berasal dari mana? Apa memang sudah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan dulu?”. Kemudian Si Bapak terlihat tidak bisa menjelaskannya, (dengan raut wajah berfikir) beliau malah menjawab sesuatu yang menurut gw (dan teman-teman lain) bukan jawabannya.

Nah.. Ini nih.. Alhamdulillah kebetulan gw nemuin artikel asal-usul nama “Indonesia”. Buat seorang teman gw yang bertanya itu, dan buat teman-teman gw yang lain.. Atau siapapun yang penasaran dengan sejarah nama negara tercinta kita ini, sok atuh.. Bisa dibaca nih di bawah ini..



Nama Indonesia

Refleksi ini kita awali dengan mengenang kembali nama Indonesia yang mungkin belum dikenal secara luas di tengah masyarakat bangsa Indonesia sendiri. Dalam tahun 1850, George Samuel Windsor Earl (1813-1865) berpendapat bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas, sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Earl sendiri memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini.

James Richardson Logan (1819-1869) juga menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah “Indian Archipelago” terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang tidak dipilih oleh Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah nama Indonesia. Ketika mengusulkan nama Indonesia agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama Indonesia dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.

Adolf Bastian (1826-1905), guru besar etnologi Universitas Berlin, tahun 1884 menerbitkan buku ”Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel” sebanyak lima volume, memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke ”Indonesia” pada tahun 1864-1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan nama Indonesia di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa nama Indonesia itu ciptaan Bastian. Padahal Bastian mengambil nama Indonesia dari tulisan-tulisan Logan.

Orang Indonesia yang mula-mula menggunakan nama Indonesia adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), ketika diasingkan ke negeri Belanda. Pada tahun 1913 mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau. Istilah indonesisch juga diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, istilah inlander sebagai sebutan orang pribumi secara bertahap diganti dengan indonesiër (orang Indonesia).

Sumber: Satu Abad Kebangkitan Nasional Bangsa Indonesia

Oleh Team LPPKB ( Posted on June 5, 2008)


Notes: Maaf, gw nggak mencantumkan weblog-nya. Karena gw nggak copy-paste alamatnya.. Maklumlah, di warnet.. Gw buru-buru gitu. Lain kali gw janji akan mencantumkannya. Sekali lagi, maaf..


Rabu, 27 Mei 2009

Serba Galau

Mau tidak mau

Mau tidak mau

Kali ini harus dihadapi

Yang awalnya skeptis

Diperlukan pesimistis

Agar tidak apatis


Ternyata menjalani hidup itu susah. Tidak mau diambil pusing tetapi tidak mungkin. Semakin besar beban-beban berat yang berdatangan. Tapi apa mungkin ini semua tiada hentinya?


Kaki ini seakan berat untuk melangkah. Siapa yang tahu bahwa kaki ku dengan mudahnya dipindahkan olehNya? Meski bukan ini yang aku mau. Namun harus tetap maju melaju.


Teguran-teguran yang semakin mendalam membuatku jadi sadar. Betapa miskinnya aku. Betapa jauhnya aku. Betapa kecilnya aku.


Tanggungan ini harus aku jinjing dengan misi. Tidak ada kata untuk bermain. Tidak ada lelucon di dunia ini jika aku ingin mundur sendiri. Sebab aku bukan lagi ranting. Kini aku bermetamorfosis jadi duri.


Bukan lagi aku yang bergelayut. Dalam diri menghilangkan bentakan untuk menuntut. Meski tetap jadi penurut. Selain menonjolkan bahwa aku bukanlah buntut.


Obsesi dan mimpi, wajib dituruti. Untuk menjadi aku yang penuh dengan misteri. Yang aku tahu bahwa tidak ada yang tahu diriku selain aku.


Meski yang lalu tetap muncul. Aku jadikan hal itu sebagai pasak untuk mereduksi yang dahulu. Aku biarkan. Namun tidak bisa sekuat saat-saat kemarin itu.


Karena kesadaran ini. Karena teguran ini. Karena kewajiban ini. Karena suratan ini.

Senin, 25 Mei 2009

Penyesalan yang Selalu Datang Belakangan

Penyesalan yang Selalu Datang Belakangan

Siang tadi, sekitar jam setengah satu siang, kakak gw nelpon ke handphone gw, tapi gak gw angkat soalnya gw gak sadar ada getaran dari handphone gw.. Mungkin saat itu gw lagi ambil uang di ATM Perpustakaan. Pas udah sampai di kosan, gw sms ke kakak gw, nanya ada apa.


Nggak lama, kakak gw nelpon gw. Dia bawa kabar buruk kalau bokap gw kecelakaan, dan dibawa ke RSUD Bekasi. Kaget banget gw dengarnya. Kata kakak gw, bokap kecelakaan pas naik ojek abis mengurus perpanjangan KTP gw. Kakak gw nyuruh gw nelpon nyokap.


Tanpa ba bi bu, gw langsung telpon nyokap. Nyokap gw bilang kalau urusan KTP gw udah beres dan bokap gw itu naik ojek dalam perjalanan pulang dari Kelurahan. Gw kurang tahu bagaimana kronologis kejadiannya, yang jelas kecelakaannya di daerah Pekayon. Dan langsung dibawa ke RSUD Bekasi. Pas gw nelpon, nyokap gw bilang saat itu bokap lagi dijahit kepalanya karena kepalanya bocor dan banyak darah yang keluar. Tapi Alhamdulillah bokap masih sadar.


Gw bener-bener nggak nyangka kalau bokap gw bisa mengalami kejadian seperti ini. Tumben-tumbenan pula bokap gw naik ojek. Dan itu demi pengorbanannya untuk mengurus keperluan gw, yaitu perpanjangan KTP. Tetapi yang membuat gw benar-benar menyesal karena semalam sebelumnya, pas bokap gw menelpon gw udah sampai kosan atau belum (karena gw ada kegiatan pada malam itu), gw malah menjawab dengan nada agak kasar. Sebetulnya hal itu gw lakukan karena bokap gw bertanya mendetail tentang bagaimana cara gw pulang ke kosan dam gw kurang suka itu.


Tadi pagi sebenarnya bokap menelpon gw lagi, menanyakan apakah gw punya pas foto berlatar merah atau tidak. Sebab ternyata foto KTP mempunyai aturan seperti ini: Tahun ganjil fotonya harus berlatar merah dan tahun genap fotonya berlatar biru. Untuk gw yang lahir pada tahun 1989, berarti harus memakai foto berlatar merah. Sedangkan gw tidak mempunyai foto berlatar merah. Saat itu gw tidak mengobrol banyak, hanya membahas masalah foto dan masalah ujian presentasi Bahasa Inggris gw saja, tidak sempat menjelaskan alasan mengapa kemarin malam gw berbicara dengan nada agak kurang menyenangkan. Mungkin bokap gw tidak terlalu sadar kalau kemarin malam gw berbicara dengan nada seperti itu, but I really feel guilty.


Tadi gw dapet kabar dari om, kakak, dan terakhir tante gw, yang memberikan berita terbaru bahwa bokap dipindah ke RSAL. Jadi dari RSUD Bekasi tadi, bokap dipindah ke RS Ananda Bekasi. Di situ bokap di CT-Scan dan hasilnya cedera ringan. Punggung atau bahunya (gw kurang jelas) patah. Dan saat ini bokap sudah berada di RSAL Mintohardjo. Kata tante dan sepupu gw yang dokter, patah tulangnya bokap tidak usah dioperasi, Insyaallah tidak apa-apa. Kesadaran dan keadaan kepala saat ini pun baik.


Aku benar-benar meminta maaf buat Papa dan Ibu karena aku sering emosian dan tidak sabar. Aku tahu Papa dan Ibu selalu menginginkan yang terbaik untuk Aku dan Emas. Terutama maafkan Aku ya, Pah, Bu. Aku belum bisa menjadi anak yang baik dan membanggakan untuk Papa dan Ibu. Aku hanyalah seorang Abu yang menjadi beban pikiran Papa dan Ibu.


Buat kalian semua yang baca tulisan gw ini. Gw harap, jangan deh melakukan hal serupa seperti yang gw lakukan. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada hari esok. Apakah besok-besok kita masih bisa bertemu ayah dan ibu kita, hanya Allah yang tahu jawabannya.



(Teman-teman, minta doanya untuk kesembuhan bokap gw. Terima kasih banyak ya!)