Selasa, 07 Juni 2011

Cerita Hujan




Aku suka hujan. Begitu pula kamu.
Setidaknya itulah yang kamu akui. Saat itu. Entah kini.
Di saat kita tidak lagi dalam diam. Mengamati dan menikmati hujan.
Di pinggir koridor. Di sore hari.
Tak ada satu gerakan pun yang kita perbuat. Tak ada satu patah kata pun kita ucap.
Kita dalam khusyuk melihat hujan.
Tak sering memang. Karena aku yang terlanjur gamang.
Dengan masalah kita. Dan kamu tak sadar itu apa.
Penolakan itu pun akhirnya datang. Kamu hanya bisa diam menatapku heran.
Aku memberikan alasan yang dibuat-buat. Kamu turut terpaksa mencari gurauan yang tepat.
Aku tidak tertawa. Karena yang aku ucap terasa berat.
Kamu melangkah penuh gurat. Karena di pikiranmu berkecamuk penat.
Aku tak suka lagi dengan hujan. Begitu pula kamu.
Aku tak pernah lagi berhenti dan mengamati. Entah bagaimana denganmu.
(Kamu yang suka dengan hujan karena aku. Atau memang benar-benar suka hujan bukan karenaku.)
Hujan adalah kita. Terselip cerita antara aku dan kamu.
Dan harus berakhir di situ. Di pinggir derasnya hujan dan air mata hatiku.
Aku pun yakin. Kamu semakin tak ingin membangkitkan kenangan itu.
Karena kesalahanku. Lagi.
Meski tak pantas. Terpintas ingin berhadapan denganmu untuk mengucap maaf.
Ternyata, aku tak bisa. Biar hujan menghapus tentang aku dan kamu.
Oleh :
7 Juni 2011 


Untuk kamu pencinta hujan. Yang pernah mencintai aku. (Gambar diambil dari weheartit)