Sabtu, 11 Agustus 2012

Liburan Seru: Sangam House Jogjakarta

Jika Anda mudah tergoda oleh makanan India, terlebih di bulan puasa, gue sarankan untuk tidak melanjutkan membaca artikel ini :p


Malam hari ke-3 di Jogja, gue sekeluarga diajak Pakde gue makan malam di sebuah restoran India yang bernama Sangam House. Sebelumnya gue sudah pernah melihat restoran ini ketika diliput dalam sebuah acara televisi. Ketika sampai di sana, kami di sambut oleh pelayan yang wajahnya seperti orang India (mungkin saja dia memang keturunan India) dan dari halaman depan kita sudah dapat melihat suasana India bahkan dari pintu masuknya sekalipun.

Masuk ke dalam, ternyata oh ternyata, bagian depan Sangam House ini merupakan butik yang menjual kain-kain, aksesoris, sampai peralatan rumah tangga bertema India. Sedangkan untuk restorannya sendiri, terletak di bagian belakang.

Pakde gue sebelumnya sudah memesan tempat dan makanan, sehingga kami langsung dibawa ke sebuah ruangan yang sudah mereka tata mejanya menjadi meja besar. Setelah mengambil tempat duduk masing-masing, pelayan langsung menyuguhkan Papadum. Papadum ini merupakan snack pembuka yang menurut gue bentuk dan rasanya mirip-mirip kerupuk Opak (ingat Keluarga Cemara? :p), namun yang berbeda adalah cara makannya yang dicelupkan ke dalam kuah berwarna hijau dengan rasa mint segar dan sedikit asam, yang belakangan gue tahu bernama kuah Pani. Untuk Papadum, bisa gue beri nilai 3 dari 5.
Papadum (Rp 10.500) - Kuah Pani
Seketika makanan berikutnya datang, yaitu Maharani Soup. Porsinya memang tidak banyak, justru menurut gue cukup, karena ini merupakan makanan pembuka. Sup ini terdiri atas wortel dan entah dedaunan apa. Rasanya pedas keasaman. Nilai untuk makanan ini 2,5 dari 5.
Maharani Soup (Rp 16.500)
Setelah sup habis, pelayan mengantarkan makanan-makanan utama. Makanan yang pertama sampai ke meja adalah Plain Naan, dimana jenis makanan ini cukup membuat mata gue terbelalak, karena mirip seperti Taco (roti Meksiko) yang nyokap gue sering buat di rumah. Karena sudah biasa makan, gue nggak akan memberikan nilai apapun untuk makanan ini *curang
Plain Naan (Rp 6.000)
Makanan selanjutnya adalah Butter Chicken yang turut disajikan bersama salad dan kuah Pani. Butter Chicken ini merupakan fillet ayam yang dimasak menggunakan rempah-rempah. Gue nggak terlalu suka. Nilainya 1,5 dari 5.
Butter Chicken (Rp 43.000)
Nah.. Karena gue adalah seorang pecinta keju, maka Palak Paneer menjadi salah satu makanan kesukaan gue di sini. Palak Paneer merupakan keju India yang dimasak dengan saus bayam. Tapi jangan berharap rasa kejunya asin, ya. Sebab menurut gue rasa keju ini hambar tapi sensasinya berbeda. Wajib dicoba! Nilainya 3,5 dari 5.
Palak Paneer (Rp 32.000)
Terdapat dua macam nasi yang kami pesan, yakni Java Rice dan Jeera Rice. Java Rice merupakan nasi biasa seperti yang orang Indonesia biasa makan, sedangkan Jeera Rice adalah nasi khas India yang dicampur dengan mentega dan jinten. Jika kita teliti, bentuk dari kedua nasi ini berbeda lho.. Jeera rice bentuknya lebih panjang dan berujung lancip dibandingkan dengan nasi Indonesia. Nilai untuk Jeera Rice adalah 3 dari 5, sedangkan Java Rice nggak usah dinilai, haha!
Java Rice (Rp 5.500)
Jeera Rice (Rp 21.000)
Berikutnya adalah Prawn Goa Vindaloo yang menurut gue salah satu juara di sini. Udang dengan rasa asam pedas yang konon katanya dimasak dengan tomat dan bumbu-bumbu. Nilai untuk makanan ini adalah 4 dari 5.
Prawn Goa Vindaloo (Rp 47.000)
Setelah udang, sajian yang tidak kalah juara adalah Madras Mutton Curry. Makanan ini merupakan kari kambing muda yang dimasak dengan kelapa dan wijen. Nilainya adalah 4 dari 5. Gue suka sekali dengan Madras Mutton Curry ini. Sangat gue rekomendasikan!
Madras Mutton Curry (Rp 32.000)
Makanan selanjutnya adalah Chicken Tandoori yang rupanya sama seperti Butter Chicken karena disajikan bersama salad dan kuah Pani. Chicken Tandoori ini adalah potongan paha atas beserta paha bawah ayam. Warnanya merah menyala, entah dimasak dengan bumbu apa. Nilainya 2  dari 5. Entah mengapa, menurut gue makanan berbahan dasar ayam di restoran ini kurang begitu enak.
Chicken Tandoori (Rp 32.000)
Chapati ini mirip dengan Plain Naan namun lebih tipis dan renyah. Berbeda dengan Plain Naan, Chapati ini ada sensasi rasa gosongnya. Nilai untuk makanan ini adalah 3,5 dari 5.
Chapati (Rp 6.000)
Puas dengan rupa-rupa makanan utama India, selanjutnya kami memesan makanan penutup. Makanan penutup adalah Kulfi, yaitu es krim berbahan dasar susu, almond, dan pistaccio. Yang menarik adalah es krim ini diwadahi oleh pot tembikar berukuran kecil dan es krimnya terasa keras ketika disendoki karena terlalu beku, padahal sebenarnya tekstur es krim tersebut lembut. Saat itu Nadif tidak menghabiskan Kulfi-nya karena sedang pilek, sehingga Kulfi miliknya dihibahkan kepada gue. Tidak tanggung-tanggung, gue mendapatkan satu pot kulfi lagi dari Pakde gue. Merasa berlebih, gue sumbangkan satu pot tersebut kepada Rangga, sepupu gue. Nilai untuk Kulfi adalah 5 dari 5. Hingga sekarang gue masih kangen dengan rasa Kulfi ini, semoga lain kali bisa merasakannya lagi :9
Kulfi (Rp 15.000)
Setelah belum kenyang dengan semua makanan yang dipesan, gue berjalan-jalan ke seluruh ruangan di Sangam House. Restoran ini memang tidak terlalu besar. Ruangan untuk makan terdiri atas empat ruangan yang berwarna kuning, biru, merah, dan warna yang terakhir ini gue lupa, kalau tidak salah sih, oranye.
Keluarga gue dan ruangan makan berwarna kuning
Main ke ruangan biru aah!
Salah satu lukisan yang tergantung di Sangam House 
Semacam lampion, penghias di langit-langit restoran
Terima kasih pakde Goet atas makan malam Indianya.. Semoga suatu saat nanti keponakanmu ini bisa makan makanan India di negara asalnya :)

Pulang dari Sangam House, di mobil, Shafa bercerita tentang pengalamannya ke rumah hantu. Posisi gue saat itu sedang duduk bersama Nadif di jok paling belakang. Gue melihat mata Nadif sudah mulai terpejam. Gue antusias mendengar cerita Shafa dan memancingnya dengan banyak pertanyaan seputar rumah hantu yang ia datangi tempo hari. Tiba-tiba Nadif terbangun dan merekatkan kedua tangan ke kupingnya, “Aaa.. Aku nggak mau dengar. Aku nggak mau dengar!” Gue melirik Nadif, senyum sebentar, namun tidak terlalu gue hiraukan karena ingin terus mendengarkan cerita Shafa. Sebenarnya ada perasaan ingin menggoda Nadif juga sih..<- bibi tak tahu diri

Cerita Shafa semakin lama (mungkin) menurut Nadif semakin seram (kalau gue sih ketawa-ketawa aja dengarnya), tak terasa air mata Nadif mulai turun, “Udaaaah! Udaaah!” ujarnya sambil terisak. Gue memeluk Nadif, “Iya udah udah. Nggak apa-apa kok.” Eh Shafa malah semakin melanjutkan ceritanya dan tangisan Nadif semakin menjadi-jadi. Huaaa.. gue yang jadi bingung. Untungnya mobil sudah sampai di depan rumah bude gue. Setelah orang-orang di jok tengah turun, Nadif segera turun dari mobil dan segera loncat ke dalam pelukan Shafa. Di sini gue melihat pemandangan yang menggelikan saat Shafa berinisiatif menggendong Nadif masuk ke dalam rumah! Gimana gue nggak mau geli, Shafa kan masih kelas 2 SMA dan Nadif sudah kelas 5 SD, kenapa pakai acara gendong-gendongan. Hahaha. Hubungan persepupuan yang cute sekali :D
Nadif (masih terisak), digendong oleh Shafa
Nantikan sambungan cerita liburan gue berikutnya ya :)

(Bersambung ke artikel berikutnya)…

10 comments:

bikin ngiler aja makanan yg diatas ituhh...
hadir untuk meramaikan suasana
salam kenal yaa...

Huss, puasa nggak boleh ngiler :p Salam kenal juga!

seru banget, makanannya itu yang bikin nggak nahan :)

Apalagi kalau kamu suka sama makanan India.. Kalau aku sih, dari foto-foto di atas cuma suka beberapa makanan tertentu aja :)

ehh kok tombol koment reply/balas nya nda berfungsi?

Nggak tau, tolong urusin dong supaya bisa berfungsi :D

kenalan dulu sebelum berkomentar lebih jauh :)

Hai! *kenalan
Yuk silakan komentar :p

wah buah ciplukan? baru denger. kayak anggur ijo ya.

Rasanya nggak kayak anggur.. Kalau mbak Fanny pernah tahu buah Kersen, Ciplukan lebih mirip Kersen :D